ANEMIA
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Anemia dengan baik.
Dikarenakan pengetahuan kami tentang materi anemia ini sangat sedikit sehingga
kami tidak dapat menyajikan makalah ini secara lengkap akan tetapi kami
menyajikan makalah ini dengan maksimal.
Makalah ini secara umum berisi tentang materi anemia. Makalah ini juga
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah hematologi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di
perlukan demi kesempurnaan makalah ini
` Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah....................................................................................................
2.2 Sel Darah Merah (Eritrosit).................................................................
2.3 Hemoglobin (Hb).................................................................................
2.4 Zat Besi................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Definisi Anemia....................................................................................
3.2 Etiologi Anemia....................................................................................
3.3 Patofisiologi Anemia ...........................................................................
3.4 Pemeriksaan Laboratorium dan Penekanan Pemeriksaan Darah
pada Anemia.........................................................................................
3.5 Tatalaksana Terapi Anemia ( Farmakologi dan Non Farmakologi)
3.5.1. Terapi Farmakologi pada Anemia............................................
3.5.2. Terapi Non Farmakologi pada Anemia....................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada defisiensi besi yang progresif akan terjadi perubahan pada nilai
hematologi dan biokimia. Hal yang pertama terjadi adalah menurunnya simpanan
besi pada jaringan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anemia?
2. Bagaimana etiologi dari anemia?
3. Bagaimana patofisiologi dari anemia?
4. Bagaimana pemeriksaan dan penekanan pemeriksaan darah pada
anemia?
5. Bagaimana tatalaksana terapi anemia secara farmakologi dan non
farmakologi?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari anemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari anemia.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan dan penekanan pemeriksaan darah
pada anemia.
5. Untuk mengetahui tatalaksana terapi anemia secara farmakologi
dan non farmakologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain
karena berbentuk cairan. Darah merupakan alat utama transportasi,
distribusi, dan sirkulasi dalam tubuh. Volume darah manusia
sekitar 7% dan 10% berat normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung
pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah
(Handayani & Sulistyo, 2008).
Fungsi utama darah dalam siklus adalah transport internal,
menghantarkan berbagai macam substansi untuk fungsi
metabolisme darah. Proteksi terhadap cidera dan pendarahan,
pencegahan pendarahan merupakan fungsi dari trombosit karena
adanya pembekuan, fibrinolitik yang ada pada plasma.
Mempertahankan suhu tubuh yaitu darah membawa panas dan
bersikulasi keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga menghasilkan
energi dalam bentuk panas (Tarwoto, 2008).
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang
berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan
oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan
menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah
dikirimkan keseluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen keseluruh tubuh melalui saluran halus
darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke
jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava
inferior. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme,
obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke
ginjal untuk dibuang sebagai air seni (Carascallo, 2012).
Komponen darah terdiri atas 2 komponen darah yaitu:
a. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar
terdiri atas air, elektrolit dan protein darah.
b. Butir-butir darah yang terdiri atas komponen-komponen
antara lain eritrosit sel darah merah atau (SDM-Red Blood
cell), , leukosit atau sel darah putih (SDP –White blood
cell), dan trombosit atau butir pembeku darahpletelet
(Handayani & Sulistyo, 2008).
2.2. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit mampu mengangkut
oksigen karena memiliki hemoglobin (Hb). Hemoglobin
merupakan suatu protein khusus yang mengandung zat besi yang
mampu mengikat oksigen. Dalam setiap eritrosit terdapat sekitar
250 juta molekul Hb. Tiap molekul Hb dapat membawa empat
molekul oksigen. Pengikatan oksigen oleh Hb terjadi di dalam
paru-paru melalui reaksi:
Hb + 2O2 → HbO2
Oksigen yang telah berikatan dengan Hb itu, kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, oksigen
dipakai untuk reaksi respirasi guna menghasilkan energi. Eritrosit
juga berfungsi membawa karbon dioksida, yaitu bahan buangan
yang dihasilkan sel, walaupun sebagian karbon dioksida dibawa
oleh plasma.
Eritrosit dibuat di dalam sumsum merah pada tulang-tulang
tertentu (tulang belakang, tulang rusuk, tulang tengkorak, dan
tulang pipa). Umur eritrosit manusia sekitar 120 hari. Dalam
setiap detik, kira-kira 2,4 juta eritrosit dirombak untuk digunakan
dengan yang baru. Perombakan eritrosit terjadi di dalam hati.
2.3. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah metal protein pengangkut
oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah
mamalia dan hewan lainnya. Molekul Hb terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan
satu atom besi. Hb adalah protein yang kaya akan zat besi.
Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan
oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah
merah. Hb dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah
dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada
darah. Hb adalah kompleks proteinpigmen yang mengandung zat
besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam
eritrosit. Sebuah molekul Hb memiliki empat gugus haeme yang
mengandung besi dan empat rantai globin (Brooker, 2009).
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali
karbondioksida dari seluruh sel paru-paru untuk di keluarkan dari
tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen: menerima,
menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak
kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin
(Almatsier, 2013).
Adapun manfaat hemoglobin antara lain:
a) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di
dalam jaringan- jaringan tubuh
b) Mengambil oksigen dari paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar
c) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh
sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.
Untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah
atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb.
Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah
yang disebut anemia (Widayanti, 2008).
Tahap 2 Tahap 3
Tahap 1
Hemoglobin Sedikit Menurun Jelas
Normal
Menurun (mikrositik/hipokromik)
a. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron
deficiency, ditandai dengan berkurangnya cadangan besi
atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi
protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi
peningkatan absorpsi besi non heme.Feritin serum menurun
sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
b. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron
deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis
didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
eritropoisis.Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh
nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun,
sedangkan TIBC meningkat dan free erythrocyte porphrin
(FEP) meningkat.
c. Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency
anemia. Keadaan ini terjadi bila besiyang menuju eritroid
sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan
penurunan kadar Hb. Dari gambaran tepi darah di dapatkan
mikrositosis dan hipokromik yang progesif. Pada tahap ini
telah terjadi perubahan epitel terutama pada ADB yang
lebih lanjut.
3.4 Pemeriksaan Laboratorium dan Penekanan Pemeriksaan
Darah pada Anemia
Parenteral ( cyanocobalamin ) :
100 , 1000 mcg / mL injeksi IM
atau SC
Parenteral ( hydroxocobalamin ) :
1000 mcg / mL hanya untuk
injeksi IM
m. Sargramostim ( GM -
CSF ) ( Leukine )
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Transfusi RBC