Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ROKET AIR

FISIKA KELAS 10

Nama : Kevin Tanuwijaya


KELAS : 10 MIA 2
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala kelimpahan rahmat dan karuniaNya sehingga saya
bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berjudul “Roket Air”.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk


menambah nilai mata pelajaran fisika serta menerapkan teori
fisika.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya saya dengan


ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada guru Mata
Pelajaran Fisika kelas X IPA yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan karya tulis ini. Saya juga berterima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.

Dalam penyusunan karya tulis ini, saya menyadari pengetahuan


dan pengalaman saya masih sangat terbatas. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak agar karya tulis ini lebih baik dan bermanfaaat.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan sekian.
Momentum

Momentum adalah hasil kali besaran skalar massa dengan besaran vektor kecepatan. Menurut Serway
(2009:284) “Momentum linear sebuah partikel atau benda yang dapat dimodelkan sebagai partikel
dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v didefinisikan sebagai hasil kali masa dan kecepatan”.
Energi kinetik juga merupakan besaran yang bergantung pada massa dan kecepatan, namun energi
kinetik merupakan besaran skalar yang tidak dapat memberikan gambaran arah dari suatu benda”.
Secara sistematis dapat ditulis

P = m.v

Dimana :

p = momentum (kg.m/s)

m = massa (kg)

v = Kecepatan(m/s)

II.4 Impuls

Untuk membuat benda yang diam menjadi bergerak, maka perlu dikerjakan gaya pada benda tersebut
selama selang waktu tertentu. Hasil kali gaya dengan selang waktu singkat bekerjanya gaya terhadap
benda yang menyebabkan perubahan momentum disebut impuls yang secara sistematis dapat ditulis I =
F. Δt

Hubungan Impuls dan Momentum secara matematis dapat ditulis

I=Δp

Keterangan:

I = Impuls (Kg.m/s)

F = Gaya Impuls (Newton)

Δt= Selang Waktu (Sekon)

Δp= Perubahan Meomentum


2.5 Hukum Kekekalan Momentum

Hukum kekekalan momentum dapat ditinjau dari sistem dua partikel yang bergerak pada suatu garis
lurus dengan arah berlawanan. Kedua partikel ini pada suatu saat akan bertumbukan. Menurut Sutrisno
(1986 : 148), “Pada saat kedua benda bertumbukan, kedua benda ini saling menolak. Pada partikel
pertama bekerja gaya oleh partikel pertama. Kedua gaya ini adalah pasangan aksi-reaksi”. Hukum ini
dikenal dengan hukum Newton III.Berdasarkan pendapat tentang hukum Newton III dapat diartikan
bahwa gaya terhadap partikel yang selalu sama besarnya dan berlawanan arah dengan gaya pada
partikel yang satu lagi, maka impuls gaya-gaya itu sama besarnya dan berlawanan arahnya. Karena itu
perubahan vektor momentum salah satu partikel dalam sembarang selang waktu sama besarnya dan
berlawanan arahnya dengan percobaan vektor momentum partikel lainnya.
Pada peristiwa tumbukan antara dua benda yang tidak melibatkan gaya luar berlaku hukum kekekalan
momentum yang berbunyi, “jumlah momentum benda-benda sebelum dan sesudah tumbukan sama
dengan jumlah momentum benda-benda setelah tumbukan” (Kanginan, 1999 : 140).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diartikan bahwa bila tidak ada gaya luar yang bekerja pada
suatu sistem, maka besar dan arah momentum total sistem itu akan tetap konstan sehingga dapat ditulis
:

P1 + P2 = P1’ + P2’

M1V1 + M2V2 = M1V1’ + M1V2’

Pada roket yang kami buat kami menggunakan cdr, dimana cdr tersebut bereaksi dengan air yang
berjumlah ¼ dari botol bekas cdr.

Cdr dan air bereaksi dan mengeluarkan gas, saat gas keluar terjadi perubahan momentum gas selama
waktu tertentu sehingga menghasilkan gaya yang dikerjakan roket pada gas. Gaya inilah yang
menyebabkan roket bergerak keatas dengan kecepatan tinggi untuk mengembangkan momentum Po =
P1

     MT.Vo = MR.VR + MG. (-VG)          (Tanda negatif pada VG menunujukan arah)

  0 = MR.VR - MG.VG

     MG.VG = MR.VR

KETERANGAN :

Po =  Momentum Awal (Kg m/s)

P1 = Momentum Akhir (Kg m/s)

MT = Massa Total (m)


MR = Massa Roket (m)

MG = Massa Gas (m)

VO = Percepatan Awal (m/s2)

VR = Percepatan Roket (m/s2)

VG = Percepatan Gas (m/s2)

totalnya.

Prinsip terdorongnya roket memenuhi hukum kekekalan momentum. Ketik roket diam momentumnya =
0

Kecepatan akhir yang dicapai roket tergantung pada kecepatan semburan gas dan jumlah bahan bakar
yang dibawahnya.

PRINSIP KERJA ROKET

Prinsip kerja roket mirip dengan prinsip terdorongnya balon mainan. Sebuah roket mengandung tangki
yang berisi bahan hidrogen cair dan oksigen cair. Kedua bahan bakar ini dicampur dalam ruang
pembakaran sehinga terjadi pembakaran yang menghasilkan gas panas yang akan menyembur keluar
melalui mulut pipa yang terletak pada ekor roket. Terjadi perubahan momentum gas dari nol (0)
menjadi mvselama selang waktu tertentu (∆t). Ini menghasilkan gaya yang dikerjakan roket pada gas
(sesuai dengan persamaan F=∆p/∆t,gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan perubahan
momentum benda per satuan waktu ) dengan arah kebawah. sesuai hukum III Newton, timbul reaksi
gaya yang dikerjakan gas pada roket, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan yaitu ke atas. Jadi,
gas akan mengerjakan gaya ke atas pada roket sehingga roket akan terdorong ke atas.

Jika gaya berat kita abaikan sehingga tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem roket, maka prinsip
terdorongnya roket memenuhi hukum Kekekalan Momentum. Oleh karena mula-mula sistem (roket dan
bahan bakar) diam, maka momentumnya sama dengan nol. sesudah gas menyembur keluar dari roket,
momentum sistem tetap, atau dengan kata lain momentum sebelum dan sesudah keluar adalah sama.

m1 v1+m2 v2 = 0

m1 v1 = -m2 v2

Berdasarkan kekekalan momentum,

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ROKET AIR

1.      Wings (sayap)


Ukuran wings yang bagus adalah yang tidak terlalu lebar atau tidak terlalu sempit, karena dapat
berpengaruh pada kestabilan roket saat meluncur. Makin lebar sayap maka makin lebar pula luas
penampang roket. Makin lebar luas penampang roket, makin mudah bagi roket untuk mengalirkan
udara tetapi juga makian besar hambatan yang diterima roket. Bahannya bisa dari kertas karton (dipakai
untuk pintu kanopi),  atau bisa juga menggunakan sterofoam. Tetapi apabila kita menggunakan
sterofoam, bisa cepat rusak karena tidak kuat.

Jumlah sayap dapat tiga atau empat buah tetapi yang bagus adalah tiga buah. Apabila roket meluncur di
udara berbelok atau berputar-putar seperti baling-baling, mungkin terjadi kesalahan pada jumlah sayap,
bentuk dan ukuran yang tidak sama, sehingga akan menyebabkan roket jatuh sebelum mencapai jarak
yang maksimal. Fungsi dari wings adalah sebagai pengarah aliran udara dari ujung roket menuju
belakang. Selain itu juga, sebagai penyeimbang ketika roket meluncur di udara agar tetap stabil.

2.      Body ( Botol)

Body roket terdiri dari satu atau dua botol cdr baik. Dalam pembuatan roket seringnya ruang kompresi
digunakan sebagai body roket pula. Alur pada permukaan botol juga berpengaruh pada hambatan angin
yang diterima roket.

3.      Nose cone

Nose cone adalah bagian paling ujung dari roket. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari bentuk
kerucut, kerucut tumpul, sampai yang tidak mempunyai nose cone (hanya ujung botol saja). Bentuk
Nose cone yang bagus adalah bentuk kerucut, karena lebih mudah membelah udara saat roket
meluncur. Bahan untuk membuat nose cone hendaknya lebih lunak dari pada bahan untuk membuat
wings supaya lebih mudah untuk dibentuk, seperti bahan karton.

4.      Volume Air

Bahan bakar dari roket air adalah air. Volume air dalam botol yang paling ideal adalah 1/4 volume botol.
Apabila volumenya terlalu banyak maka akan membutuhkan waktu pemompaan yang lama dan roket
biasanya menjadi tidak stabil. Sebaliknya jika volumenya kurang dari 1/4 maka roket akan meluncur
sebelum waktunya sehingga jarak tempuh roket kurang maksimal.

KONSEP FISIKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN ROKET AIR

Beberapa konsep Fisika yang ada dalam Roket Air Sederhana adalah sebagai berikut :

1.     Udara memiliki tekanan

Udara yang dipompakan ke dalam botol mengakibatkan botol semakin  keras. Hal ini berarti udara
memiliki tekanan. Semakin banyak udara yang kita pompakan ke dalam botol semakin besar pula 
tekanan yang diterima botol tersebut, sebaliknya semakin sedikit udara semakin kecil pula tekanan yang
diterimanya.

2.     Udara menempati ruang

Seperti hal tersebut di atas udara yang dipompakan ke dalam botol membuat botol sedikit mengembang
dan menjadi keras. Hal ini berarti  udara mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya.

3.     Perubahan Energi


Energi potensial → energi gerak → energi potensial grafitasi → energi gerak.

Udara yang dipompakan ke dalam botol disimpan menjadi energi potensial.

Kesimpulan
    Jadi, roket tersebut dapat terbang akibat dari reaksi yang disebabkan oleh cdr
dan air. Adapun faktor yang menyebabkan roket dapat terbang yaitu  reaksi yang
terjadi antara cdr dan air yang menghasilkan udara yang menyebabkan tekanan
pada botol cdr yang tertutup , menyebabkan adanya tekanan udara yang
menyebabkan roket naik.

Sumber : Web
Judul web : Laporan cara kerja roket penerapan momentum dan impuls
Link : https://projectschool8.blogspot.com/2017/06/laporan-cara-kerja-roket-penerapan.html

Anda mungkin juga menyukai