Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Membicarakan Arsitektur Islam sebenarnya tidak dapat lepas dari
masalah kebudayaan Islam pada umumnya. Arsitektur Islam sebagai salah
satu bagian dari kebudayaan Islam itu adalah hasil usaha manusia yang
berwujud konkrit dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani1. Jasmani karena Arsitektur Islam merupakan tempat yang berupa
bangunan-bangunan untuk menampung kegiatan manusia ; rohaniah karena
memang telah menjadi kenyataan di mana islam berpengaruh amat
mendalam terhadap kehidupan kejiwaan manusia, sejak Nabi Muhammad
saw mengemban perintah Allah untuk melaksanakan ajaran melalui agama
Islam.
Penampilan Arsitektur Islam secara fisik, ternyata juga menarik
perhatian, sebab daripadanya muncul bentuk bangunan-bangunan yang
dihasilkan oleh penganut Islam. Hal itu berupa bangunan yang berfungsi
sebagai fasilitas pelaksanaan ajaran agama Islam yang berwujud arsitektur
religi.
Arsitektur Islam berdasarkan wujud dan penampilannya merupakan
gambaran dari waktu yang telah diisi oleh kegiatan pagelaran bangunan-
bangunan yang secara khusus lahir dari suatu bentuk kebudayaan baru Islam
sebagai akibat dari diturunkannya wahyu Illahi guna menyebarkan agama
baru yakni agama Islam.
Arsitektur berkembang sebagai respons terhadap cara berpikir
manusia yang dengan kecerdasannya senantiasa mengadakan perubahan-
perubahan yang berdasarkan kemajuan hidupnya, serta senantiasa
membutuhkan ruangan yang makin lama makin luas juga 2. Maka demikianlah
juga keadaannya dengan prinsip penataan arsitektur dimana upaya manusia
dalam menambah ruang dan fasilitas guna memenuhi kebutuhannya akan
senantiasa menghasilkan bangunan yang semakin besar dan luas

1
Rochym, Abdul, Sejarah Arsitektur Islam : sebuah tinjauan, hal 1
2
Jones Alan P-Richard J.M.op.cit. hal 372

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 1
ruangannya. Maka terjadilah perkembangan Arsitektur Islam dari zaman ke
zaman yang jelas membuktikan kejadian tersebut.
Islamic Center merupakan salah satu bukti dari perkembangan
tersebut, dimana didalam bangunan ini juga diterapkan konsepsi-konsepsi
arsitektural seperti prinsip penataan ruang luar, penataan hubungan dan
sirkulasi ruang, organisasi ruang dan lain sebagainya.
Untuk itu dalam memahami penataan ruang didalam suatu karya
Arsitektur Islam, terlebih khusus mengenai ruang luar, penulis mencoba
mengkajinya melalui studi kasus pada Islamic Center Bekasi, yang dibangun
sekitar tahun 1989 dan diarsiteki oleh alm. Ir. Widianto. Semua itu akan dikaji
lebih jauh dalam penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah


Masalah utama yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana terbentuknya penataan ruang luar dalam Islamic Center
Bekasi ?
b. Seperti apa penataan ruang yang ada pada Islamic Center Bekasi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan penulis dapat mengkaji
mengenai penataan ruang luar yang ada pada Islamic Center Bekasi.

1.4 Batasan dan ruang lingkup penelitian


Penelitian ini dibatasi hanya mengenai penataan ruang luar secara
umum yang terdapat pada Islamic Center Bekasi.

1.5 Metode Penelitian


Berdasarkan tinjauan yang akan dicapai maka dipilih pendekatan
dengan memadukan dua metode peninjauan, yaitu :
Metode Histories ; digunakan untuk mencari jawaban atau pemecahan
masalah dengan cara menelusuri sejarahnya.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan :
a. Studi Pustaka.
b. Wawancara dengan informan.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 2
Metode Deskriptif ; dilakukan untuk mencari jawaban dengan cara
menguraikan dan menjelaskan perihal atau fenomena yang ditemukan
dilapangan pengamatan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengadakan
survey lapangan dengan jalan ;
a. Mengadakan pengamatan langsung.
b. Mengadakan pengumpulan data visual melalui sketsa dan foto.
c. Melakukan wawancara dengan sumber-sumber yang dianggap penting.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini mencakup 5 Bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi :
Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian, Metode
Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, meliputi :


Penjelasan mengenai landasan teoritik yang digunakan
untuk mendukung penelitian tersebut.

BAB III TINJAUAN KHUSUS, meliputi :


Penjelasan mengenai deskripsi study kasus yang sudah
dipilih sebelumnya.

BAB IV PEMBAHASAN, meliputi :


Pembahasan mengenai penelitian yang dilakukan oleh
penulis, dimana penulis menjelaskan semua hasil-hasil
yang telah didapatkan selama melakukan penelitian
berdasarkan landasan teori yang telah dibuat
sebelumnya.

BAB V PENUTUP, meliputi :


Pembuatan kesimpulan dari apa yang sudah dijelaskan
maupun disampaikan oleh penulis kedalam sebuah
bentuk tulisan yang singkat, padat dan berisi.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Ruang
Menelusuri arti ruang, space berakar dari istilah klasik spatium yang
menjadi spazio dalam bahasa italic dan espacio dalam bahasa Spanyol,
memberikan pengertian yang lebih abstrak dan belum dapat didefinisikan
secara tertutup, masih bersifat bebas atau pencarian identitas 3. Imanuel Kant
berpendapat bahwa Ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata, tetapi
merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan
manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa Ruang adalah suatu
kerangka atau wadah dimana obyek dan keadaan tertentu berada.
Aristoteles mengemukakan konsep mengenai ruang yang disebut sebagai
teori tempat (topos) sebagai sesuatu dimana atau place of belonging4.
Pengertian ini mengikat ‘ruang’ menjadi lokasi yang tepat bagi keberadaan
sesuatu. ‘Tempat’ merupakan titik dimana mengorientasikan diri dalam
aktivitas sehingga menimbulkan keterkaitan emosional terhadapnya, dalam
hal ini ruanglah yang menampung adanya tempat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ruang adalah “Suatu
wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan oleh manusia melalui
perasaan persepsi masing-masing individu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran dan penafsirannya”5.
Konsep ruang dengan pengertian yang abstrak dapat diwujudkan
secara konkrit. Menurut Paul Klee, sebuah titik diperpanjang menjadi garis
yang memiliki panjang, arah dan posisi 6. Garis diperluas menjadi bidang yang
luas memiliki panjang dan lebar, bentuk rupa, permukaan, orientasi dan
posisi. Bidang diperluas menjadi ruang yang memiliki panjang, lebar, tinggi,
bentuk/ruang, permukaan, orientasi dan posisi. Ruang secara arsitektural
dikenali dengan menelaah elemen-elemen yang terkandung didalamnya.

3
Cornelis van de ven, Ruang dalam Arsitektur, hal XVII
4
Cornelis van de ven, Ruang dalam Arsitektur, hal XVIII
5
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, hal 4
6
Francis Dk Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang dan susunannya, hal 19

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 4
Ruang selalu melingkupi keberadaan kita dan melalui volume ruang
lah kita bergerak, memilih bentuk-bentuk benda, mendengar suara-suara,
merasakan angin tertiup dan mencium bau semerbak. Pada ruang, bentuk
visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala, bergantung seluruhnya pada
batas-batas yang telah ditentukan oleh unsur bentuk. Jika ruang telah
ditetapkan, dilindungi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur bentuk,
maka arsitektur menjadi nyata7.
Dalam hubungan manusia dan ruang, Edward T. Hall menguraikan
bahwa salah satu perasaan kita yang penting mengenai ruang ialah perasaan
territorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri,
kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia.
Untuk menyatakan bentuk dunianya, manusia menciptakan ruang
tersendiri, dengan dasar fungsi dan keindahan, yang disebut ruang arsitektur.
Ruang Arsitektur menyangkut :
1. Ruang Dalam
Pada umumnya dikatakan bahwa Ruang Dalam (Interior) dibatasi
oleh tiga bidang, yaitu alas/lantai, dinding dan langit-langit/atap. Hanya perlu
diingat bahwa dalam beberapa hal, ruang dalam sukar untuk dibedakan
kedalam tiga bidang pembatas yang terjadi, misalnya pada konstruksi Shell,
dimana dinding dan atapnya menjadi satu bagian.
2. Ruang Luar
Merupakan ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada
bidang alas dan dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak
terbatas. Berfungsi sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang
mempunyai arti dan maksud tertentu serta sebagai bagian dari alam. Dengan
kata lain Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang : lantai dan
dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas.
Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menggunakan dua elemen
pembatas.

2.2 Hubungan antara manusia dengan ruang luar


7
Francis Dk Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang dan susunannya, hal 108

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 5
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya mempunyai
pengaruh secara timbal balik. Lingkungan yang baik akan membina sikap
mental dan budidaya manusia, sebaliknya manusia yang berbudi daya akan
selalu berusaha menjaga dan memperbaiki lingkungannya agar lebih
bermanfaat bagi kehidupannya.
Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia, oleh karena itu
titik tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan dari manusia.
Hubungan manusia dengan ruang lingkungan dapat dibagi dua, yaitu :
1. Hubungan dimensional (Antropometrics)
Menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh
manusia.
2. Hubungan psikologi dan emosional (Proxemics)
Hubungan ini menetukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk
kegiatan manusia.
Hubungan keduanya menyangkut daripada persepsi manusia terhadap ruang
lingkupnya.

2.3 Terjadinya ruang luar


A. Ruang mati
Pengertian dari Ruang Hidup adalah bentuk yang benar dalam
hubungannya dengan ruang-ruang yang bermutu untuk berkomposisi dengan
struktur yang direncanakan dengan baik.
Dari pengertian diatas maka Ruang Mati (death space) dapat
disimpulkan sebagai kebalikan dari ruang hidup, yaitu : Ruang yang terbentuk
dengan tidak direncanakan, tidak terlingkup dan tidak dapat digunakan
dengan baik. Atau dengan kata lain ruang yang terbentuk tidak dengan
disengaja atau ruang yang tersisa8. Ruang mati bila kita lihat merupakan
ruang yang terbuang percuma. Ruang yang tanggung bila digunakan untuk
suatu kegiatan, sebab terjadinya tidak direncanakan.
Ruang mati dapat pula terjadi karena adanya ruang yang terbentuk
antara dua atau lebih bangunan, yang tidak terencanakan khusus sebagai
ruang terbuka.

8
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, hal 5

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 6
Gambar 2.1. Ruang hidup dan Ruang mati9

Masalah ruang mati ini dapat dipecahkan atau diubah menjadi ruang
hidup bila dalam suatu perencanaan tapak, bangunan-bangunan ditentukan
letaknya dengan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan fungsi dan
keseimbangan serta segi estetis.

Gambar 2.2. Pemecahan10

Struktur dan ruang yang dihubungkan sebaiknya direncanakan dan


diperkembangkan bersama-sama sebagai suatu perpaduan yang
mengandung arti kepadatan dan kekosongan (solid and void).
Ruang luar sendiri berdasarkan kesan fisiknya dibagi atas :
a. Ruang Positif
Merupakan suatu ruang terbuka yang diolah dengan perletakkan
massa bangunan atau obyek tertentu melingkupinya akan bersifat positif.
Biasanya bergantung kepentingan dan kehendak manusia.

9
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 6
10
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 6

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 7
Gambar 2.3. Ruang Positif-Negatif11

b. Ruang negatif
Merupakan ruang terbuka yang menyebar dan tidak berfungsi dengan
jelas dan bersifat negatif. Biasanya terjadi secara spontan tanpa kegiatan
tertentu. Setiap ruang yang tidak direncanakan, tidak dilingkupi atau tidak
dimaksudkan untuk kegunaan manusia merupakan ruang negatif.

B. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat
menampung kegiatan aktivitas tertentu dari masyarakat baik secara individu
atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini sangat bergantung
pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan pola ruang umum terbuka
adalah :
1. Bentuk dasar daripada ruang terbuka diluar bangunan.
2. Dapat digunakan oleh public (setiap orang).
3. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan.
Contoh ruang terbuka adalah : Jalan, pedestrian, taman , plaza, lapangan
terbang, lapangan olah raga dan lain sebagainya.

11
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 11

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 8
Gambar 2.4. Plaza sebagai ruang terbuka12

Menurut Ian C. Laurit, ruang-ruang terbuka dalam lingkungan hidup


yaitu lingkungan alam dan manusia yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, antara lain berupa hutan,
perkebunan, pertanian, produksi mineral, peternakan, perairan (reservoir,
energi), perikanan dan sebagainya.
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan
manusia. Misalnya cagar alam berupa hutan, kehidupan laut/air, daerah
budaya dan bersejarah.
3. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Untuk melindungi kualitas air tanah.
b. Pengaturan, pembuangan air, sampah dan lain-lain.
c. Memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara.
d. Rekreasi, taman lingkungan, taman kota dan seterusnya.
Sedangkan ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya dibagi kedalam dua
jenis ruang terbuka, yaitu :
1. Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mengandung unsur-
unsur kegiatan di dalamnya, antara lain : bermain, olah raga, upacara,
berkomunikasi dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa : Plaza, lapangan
olah raga, tempat bermain, penghijauan ditepi sungai sebagai tempat rekreasi
dan lain-lain.
2. Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak
mengandung kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan/taman
12
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 7

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 9
sebagai sumber pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai jarak
terhadap rel kereta api dan lain-lain.
Menurut Rob Meyer, Ruang terbuka (Urban Space) secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Berbentuk memanjang. Umumnya hanya mempunyai batas-baras
pada sisi-sisinya, misal : jalanan, sungai dan lain-lain.
2. Berbentuk mencuat. Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adalah
ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya. Misalnya lapangan,
bundaran dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya ada dua jenis ruang terbuka, yaitu :
1. Ruang terbuka lingkungan, adalah ruang terbuka yang terdapat pada
suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan ruang-ruang
terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian
lingkungan.
2. Ruang terbuka bangunan, adalah ruang terbuka oleh dinding
bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum
atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Pada dasarnya fungsi dari ruang terbuka dapat kita lihat dari dua sisi,
yaitu baik dari kegunaannya sendiri maupun fungsinya secara ekologis
(berkaitan dengan lingkungan).

2.4 Sirkulasi
2.4.1 Sirkulasi pada ruang luar
Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan
aktivitas dan pola penggunaan tanah sehingga merupakan pergerakan dari
ruang yang satu ke ruang yang lain. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang
dapat dibedaan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Jalur melalui ruang :
- Integritas masing-masing ruang kuat.
- Bentuk alur cukup fleksibel.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 10
b. Jalur memotong ruang :
- Mengakibatkan terbentuknya ruang diam dan ruang bergerak.

c. Jalur berakhir dalam ruang :


- Lokasi ruang menentukan arah
- Sering digunakan pada ruang bernilai fungsional atau simbolis.

A B

Dalam perencanaan sirkulasi ruang luar perlu dipertimbangkan factor


kenyamanan. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari penataan sirkulasi
yang kurang baik, misalnya tidak adanya pembagian ruang untuk sirkulasi
kendaraan dan manusia dan penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan.
Maka untuk hal tersebut hendaknya diadakan pembagian sirkulasi kendaraan
dan manusia.

2.4.2 Sirkulasi Kendaraan


Secara hirarki dapat dibagi dua jalur, yaitu :
1. Jalur Distribusi, untuk perpindahan lokasi (jalur cepat).
2. Jalur Akses, untuk melayani bangunan-bangunan (jalur lambat).

Keduanya harus terpisah agar kelancaran lalu lintas dapat terjamin.


Fasilitas penunjang yang diperlukan antara lain rambu-rambu lalu lintas dan
ruang parkir yang mana harus disesuaikan dengan keadaan site yang
tersedia.

2.4.3 Sirkulasi Manusia

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 11
Sirkulasi pedestrian atau manusia membentuk pertalian yang penting
hubungannya dengan aktivitas dalam site. Maka banyak hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain :
- Lebar jalan.
- Penambahan estetis yang menyenangkan.
- Fasilitas penyebrangan dan lain-lain.
Skala pedestrian dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. < 300 meter : Merupakan jarak yang cukup mudah
dicapai dan menyenangkan.
2. 300 – 450 meter : Orang masih dapat mencapainya, tetapi
mungkin ia akan lebih menyukai dengan menggunakan kendaraan, terutama
bila pengolahan udara dan tata hijau kurang nyaman.
3. > 450 meter : Pada cuaca dan suasana yang umum,
sudah diluar skala bagi pejalan kaki (di dalam pengertian Arsitektur).

2.4.4 Pencapaian Ruang


Masih dalam kaitannya dengan system sirkulasi, kita mengenal
beberapa system pencapaian terhadap suatu ruang yang dapat dibedakan
atas :
a. Pencapaian Frontal

Gambar 2.5. 13

Sistem ini mengarah langsung dan lurus ke obyek ruang yang


ditujau, sehingga pandangan visual obyek yang dituju jelas terlihat dari
jauh.

13
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 43

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 12
b. Pencapaian Samping
Digunakan untuk memperkuat efek perspektif objek yang dituju.
Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak
squence sebelum mencapai objek.

Gambar 2.6.14

c. Pencapaian Spiral
Digunakan untuk memperlambat pencapaian dan
memperbanyak sequence serta memperlihatkan tampak 3D dari objek
dengan mengelilinginya.

Gambar 2.7.15
2.5 Elemen-elemen Ruang Luar
Elemen-elemen pada desain Ruang Luar pada dasarnya dapat dibagi
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

14
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 44
15
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 44

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 13
a. Hard Material, elemen keras, seperti perkerasan, jalur sirkulasi
bangunan dan sebagainya.
b. Soft Material, elemen lembut : tanaman.
2.5.1 Hard Material
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pada dasarnya Hard
Material merupakan semua elemen keras yang terdapat pada ruang luar, baik
yang berfungsi sebagai pelengkap maupun untuk perkerasan. Beberapa
contoh Hard Material yang biasa digunakan pada penataan ruang luar antara
lain adalah :
a. Bangku Taman
Bangku Taman pada umumnya mempunyai aneka bentuk rancangan,
namun hanya dua tipe, yaitu yang memakai sandaran punggung dan yang
tidak. Bangku tempat duduk biasanya terbuat dari kayu, beton atau batu.

b. Lampu Taman
Upaya mempercantik taman dapat diekspresikan dengan
mengoptimalkan penggunaan elemen dekoratif dari lampu taman. Dengan
pilihan materi desain yang tepat, dwifungsi lampu taman sebagai alat
penerangan di malam hari sekaligus sebagai unsur dekoratif bagi lingkungan
sekitar, dapat mempertegas nuansa artistik yang dikehendaki.

Gambar 2.8. Lampu Taman16


c. Bak Pohon dan Pot
Berfungsi sebagai wadah tumbuh pohon. Pot-pot dapat disesuaikan
dengan mudah, dapat dipindah dan diatur sesuai dengan keinginan atau

16
Asri No. 142, Potensi Air, Esensi Disain Taman, Januari 1995

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 14
bahkan diatur untuk suatu pameran. Biasanya dapat dibuat dari berbagai
material, tetapi yang paling sering dipakai adalah bahan dari beton.

Gambar 2.9. Pot Tanaman17

d. Kolam dan Air Mancur


Sebagai elemen alam, air dapat menjadi perwujudan yang menonjol
dalam penataan ruang luar. Air dapat digunakan di kolam atau sebagai air
mancur disebabkan oleh sifat-sifatnya yang dapat merefleksikan bayangan,
memberikan perubahan suara atau karena dapat memberikan suasana
dingin.

Gambar 2.10 Air Mancur18

e. Dinding
Dinding dapat digunakan untuk menciptakan “enclosure”, membentuk
ruang atau berfungsi sebagai elemen penahan atau pendukung. Bata, batu
dan beton adalah bahan-bahan yang sering digunakan untuk dinding.
17
Veronoka Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 116
18
Asri No. 142, Potensi Air, Esensi Disain Taman, Januari 1995

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 15
Tinggi dinding suatu ruang sebagai pelingkup, sangat erat
hubungannya dengan tinggi mata orang. Ketinggian dinding pelingkup sendiri
dibagi dalam 5 (lima) bagian, yaitu :
a. Dinding setinggi 30 cm. Hampir tidak mempunyai daya meruang,
meskipun dapat berfungsi sebagai pembatas suatu daerah, disamping
juga dapat digunakan untuk duduk dan melepas lelah sesaat. Untuk
keadaan tertentu dinding semacam ini tidak menimbulkan kesan yang
formal.
b. Dinding setinggi 60 – 90 cm. Pada dasarnya sama dengan dinding
30 cm, dinding tersebut hanya menambah kontinuitas visual tetapi
hamper tidak mempunyai daya ruang. Orang bias membungkuk dan
bertekan siku pada dinding tersebut atau kadang-kadang juga duduk
diatasnya.
c. Dinding setinggi 120 cm. Dinding tersebut dapat menutupi sebagian
besar badan orang dan menimbulkan kesan / suasana aman.
Meskipun dapat berfungsi sebagai pemisah ruang tetapi secara visual
masih mempunyai efek ruang yang continue.
d. Dinding setinggi 150 cm. Dinding sudah mempunyai daya meruang
bahkan dapat menyembunyikan seluruh badan orang kecuali
kepalanya.
e. Dinding setinggi 180 cm. Dinding dapat menutupi seluruh tubuh
manusia dan hampir dalam semua hal memberi daya meruang yang
kuat.

Gambar 2.11. Ketinggian Dinding19


f. Tangga
Tangga berfungsi sebagai alat penghubung antara lantai-lantai yang
perbedaan ketinggiannya cukup besar. Tangga dapat juga digunakan untuk
kesan penting pada daerah pintu atau tempat masuk serta daerah yang
memiliki objek seperti air mancur atau patung.
19
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 59

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 16
Gambar 2.12. Tangga20

g. Sculpture
Sculpture, kadang-kadang berfungsi sebagai titik tangkap perhatian
(vocal point) di dalam penataan ruang luar. Kehadiran elemen dekoratif
seperti sculpture bukan saja akan menunjang keindahan ruang luar saja,
tetapi juga untuk mengurangi kesan monoton.

h. Batu Alam dan Batu Artifisial


Biasanya digunakan untuk menampilkan kesan natural pada penataan
ruang luar. Selain itu juga unsur bebatuan ini dapat berfungsi sebagai elemen
dekoratif pada penataan ruang luar.

Gambar 2.13. Komposisi Batu Alam-Artifisial21


i. Perkerasan
Perkerasan digunakan untuk mencegah kerusakan yang disebabkan
oleh lumpur dan debu serta untuk meratakan atau menghaluskan permukaan
jalan agar memudahkan sirkulasi. Selain itu penggunaan material untuk
perkerasan jalan dapat dipilih dari tekstur dan warnanya, sehingga dapat

20
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 120
21
Verunika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 118

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 17
memudahkan terjadinya hubungan yang selaras dengan unsur-unsur tapak
lainnya.
Bahan atau material yang dapat digunakan untuk perkerasan jalan
adalah sebagai berikut :
1. Batu, salah satu bahan yang paling tua, mempunyai permukaan yang
tahan aus untuk jangka panjang dengan pemeliharaan yang minimum.
2. Batu bata, bahan bangunan yang paling tua dan masih digunakan
sampai saat ini. Bata dapat diletakkan pada dasar pasir atau plat beton
dengan bermacam pola, baik ikatan berjajar, duri ikan serta anyaman
bambu.
3. Beton, karena dapat dicetak ditempat, beton mempunyai variasi dalam
tekstur dan warna, serta membentuk permukaan yang tahan aus.
Terbuat dari agregat mineral yang diikat dengan bahan PC.
4. Aspal, tidak mempunyai banyak variasi dalam tekstur, tetapi
mempunyai keistimewaan lain, yaitu dapat memberikan kesan lebih
lunak pada permukaan jalur pedestrian.

2.5.2 Soft Material


Soft Material atau tanaman selalu berubah keadaannya. Variasi ini
dapat kita lihat dari bentuk, tekstur, warna dan ukurannya. Perubahan ini
diakibatkan oleh karena tanaman tersebut adalah makhluk yang selalu
tumbuh dan dipengaruhi juga oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya. Hal ini
mengakibatkan penggunaan taman menjadi bervariasi.
A. Fungsi
Tanaman tidak hanya mengandung atau mempunyai nilai estetis saja,
tetapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan. Adapun fungsi
dari tanaman adalah :
1. Visual Control / Kontrol Pandangan
a. Menahan silau yang ditimbulkan oleh matahari, lampu dan
pantulan sinar lainnya. Contoh penerapan :
- Jalan Raya
Dengan peletakan tanaman disisi jalan atau dijalur
tengah jalan, sebaiknya dipilih pohon atau perdu padat.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 18
Gambar 2.1422

- Bangunan
Peletakan pohon, perdu, semak, ground cover dan
rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, air dan
menahan jatuhnya sinar ke daerah yang membutuhkan
keteduhan.

Gambar 2.1523
b. Pada ruang luar sendiri tanaman dapat digunakan sebagai
dinding, atap dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh border.
Atap dapat dibentuk oleh pohon yang membentuk canopy atau
oleh tanaman merambat pada pergola. Untuk lantai dapat
menggunakan rumput atau ground cover.

22
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 47
23
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 47

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 19
Gambar 2.16. Tanaman Sebagai Atap24

c. Tanaman juga dapat digunakan untuk membentuk kesan


privacy yang dibutuhkan oleh manusia.

Gambar 2.17.25

d. Tanaman dapat pula digunakan sebagai penghalang


pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk
dilihat, seperti : sampah, galian, pembangunan dan sebagainya.

24
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 48
25
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 48

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 20
Gambar 2.18.26

2. Phsical Barriers / Pembatas Fisik


Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang gerak manusia dan
hewan, selain itu juga dapat berfungsi untuk mengarahkan.

3. Climate Control / Pengendali Iklim


Tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan
manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah
suhu, radiasi matahari, angina dan kelembaban. Selain itu hal lain yang dapat
mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suara dan bau.
a. Kontrol radiasi matahari dan suhu
Vegetasi menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan
memantulkannya.

Gambar 2.19.27
b. Pengendali angin

26
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 49
27
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 50

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 21
Gambar 2.20.28

Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap dan mengalirkan angin


sehingga menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus
diperhatikan tinggi, bentuk, jenis, kepadatan / lebarnya.

c. Pengendali suara

Gambar 2.21.29

Tanaman dapat menyerap suara kebisingan bagi daerah yang


membutuhkan ketenangan. Pemilihan jenis tergantung pada : tinggi lebar dan
komposisi tanaman (kombinasi lebih dari satu jenis akan lebih efektif
menyerap suara.

d. Tanaman sebagai filter

28
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 50
29
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 51

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 22
Gambar 2.22.30

Tanaman sebagai filter atau penyaring bau, debu dan memberikan


angin segar.

4. Erotion Control / Pencegah Erosi


Akar tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh
dan tahan terhadap pukulan air hujan dan tiupan angin. Tanaman juga dapat
menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung.

Gambar 2.23.31

5. Wildlife Habitats / Habitat Binatang

30
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 51
31
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 52

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 23
Tanaman juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi hewan dan
sebagai tempat perlindungannya. Sehingga secara tidak langsung tanaman
membantu kelestarian hewan-hewan tersebut.

6. Aesthetic Values / Nilai Estetis


Tanaman dapat memberikan nilai estetis dan menambah kualitas
lingkungan dari :
a. Warna
Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual, tergantung
pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna tanaman
dapat menarik perhatian manusia dan binatang serta mampu mempengaruhi
emosi yang melihatnya. Berikut ini merupakan efek psikologis yang
ditimbulkan oleh warna :
- Warna Cerah : memberi rasa senang, gembira, berkesan dekat dan hangat.
- Warna Lembut : Memberi rasa tenang, sejuk dan kesan jauh.
b. Bentuk
Bentuk tanaman dapat digunakan untuk menjukkan bentuk 2D atau
3D, juga memberi kesan dinamis, indah, sebagai aksen, kesan lebar/luas dan
sebagainya.

Gambar 2.24.32

c. Tekstur

32
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 24
Tekstur tanaman ditentukan oleh cabang, batang, ranting, daun, tunas
dan jarak pandang terhadap tanaman tersebut. Tekstur juga mempengaruhi
psikis dan fisik yang memandangnya.

d. Skala
Skala / Proporsi tanaman
adalah perbandingan tanaman
dengan lingkungannya. Nilai estetis
yang didapat dari tanaman tidak
hanya satu jenis saja, tetapi dapat
pula dari kombinasi tanaman atau
kombinasi tanaman dengan elemen
lansekap lainnya. Selain itu juga
tanaman dapat menimbulkan pola
bayangan pada dinding, lantai dan
sebagainya, yang akan berubah
berubah-ubah bentuknya dipengaruhi Gambar 2.25. Skala33

oleh angin dan waktu. Hal tersebut akan menciptakan suatu pemandangan
yang menarik.

Gambar 2.26. Refleksi34

2.7.2 Penggolongan jenis Tanaman

33
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 54
34
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 54

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 25
Menurut aspek Arsitektural, penggolongan jenis tanaman akan
menghasilkan pembagian seperti berikut ini :
1. Tanaman pelantai, Yaitu tanaman-tanaman pembentuk bidang lantai.
Yang termasuk dalam golongan ini ialah tanaman-tanaman yang
tingginya mulai dari nol sampai setinggi mata kaki, antara lain : lumut,
rumput, ground covers dan lain-lain.
2. Tanaman dinding, Yaitu tanaman pembentuk bidang-bidang dinding.
Jenis tanaman ini dibedakan dalam 3 (tiga) ketinggian yaitu :
a. Rendah
Dari setinggi mata kaki sampai setinggi lutut. Contoh : Semak
pendek dan tanaman border.
b. Sedang
Dari setinggi lutut sampai setinggi tubuh. Antara lain : semak
besar dan perdu.
c. Tinggi
Dari setinggi tubuh sampai beberapa meter. Antara lain : Perdu
dan jenis-jenis cemara serta bambu.
3. Tanaman Pengatap, Yaitu tanaman pembentuk bidang atap. Yang
termasuk kedalam kelompok ini ialah tanman yang mempunyai
percabangan yang melebar ke samping seperti pohon rindang dan
tanaman-tanaman yang bisa dibentuk sebagai atap, seperti tanaman
pergola (bougenville, stefanot, flame of Irian dan sebagainya).
4. Tanaman Pendekorasi, Yaitu tanaman-tanaman yang mempunyai
warna menarik pada bunga ataupun daunnya serta yang bertajuk
indah (tanaman soliter).

B. Jenis-jenis Tanaman
a. Tanaman Semak Pendek
Tanaman semak pendek merupakan tanaman dengan ketinggian mulai
dari nol sampai setinggi mata kaki. Tanaman ini terutama dipergunakan
sebagai penutup tanah atau ground covers. Contoh : Maranta batik, Maranta
antik, Beras tumpah dan lain-lain.

b. Tanaman Teh-tehan

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 26
Tanaman Teh-tehan merupakan tanaman dengan fungsi sebagai
pembatas ruang. Tanaman Teh-tehan dibedakan kedalam beberapa jenis,
antara lain : tanaman yang berdaun indah (Contoh : Puring, Sugi putih,
Pisang bugis dan lain-lain) serta tanaman yang berbunga indah (Contoh :
Kana, Koreopsis, Floks dan lain-lain).

c. Tanaman Pohon
Tanaman Pohon merupakan tanaman yang dapat berfungsi sebagai
tanaman pengatap dengan ketinggian sama dengan tinggi tubuh sampai
beberapa meter (3-5 meter). Tanaman Pohon dibedakan kedalam bebarapa
jenis, antara lain : tanaman perdu (Contoh : Kolbanda, Ketapang, Beringin
dan lain-lain) serta tanaman peneduh / perindang (Contoh : Akasia,
Mahagoni, Asem dan lain-lain).

d. Tanaman Pergola
Tanaman Pergola biasanya merupakan tanaman merambat dan
menjalar tumbuh pada pergola. Tanaman pergola dibedakan antara tanaman
yang berdaun indah (Contoh : Bintang terang, Sirih-gading dan lain-lain),
tanaman yang berbunga indah (Contoh : Petrea, Kongea, Stepanot dan lain-
lain) serta tanaman pagar (Contoh : Teh-tehan, Bambu Cina, Kemuning dan
lain-lain).

e. Tanaman Nanas-nanasan
Keluarga nanas-nanasan (Biomeliaceae atau Bromeliads) cukup besar
jumlah dan aneka ragamnya. Dikenal dengan ciri khasnya yaitu keindahan
bentuk dan susunan daunnya, helaian daunnya, warna daunnya sampai
dengan bunga dan buahnya. Susunan daunnya bermotif ‘resettes’ dan
seakan-akan membentuk mangkuk karena cekung ditengah.
Beberapa ada yang tumbuh di tanah seperti Nanas buah (Ananas
comosus), adapula yang bisa hidup menempel seperti halnya anggrek atau
efipit. Diantara lebih dari seribu jenis (species), yang banyak dikenal
dibudidayakan adalah : Nanas buah, Kriptanus hijau, nanas pandan dan lain-
lain.
f. Tanaman Keluarga Palem

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 27
Orang Belanda sering mengatakan bahwa palem merupakan ratu
ditengah taman. Kiranya tidak berlebihan karena palem memang mempunyai
tajuk yang palin sempurna diantara tanaman hias manapun juga. Oleh karena
itu kehadirannya didalam taman akan selalu paling cepat menarik perhatian.
Ibarat primadona muncul dari pentas, segala pemandangan terarah padanya.
Seperti beraneka ragamnya jenis-jenis cemara, palem juga mempunyai
jenis yang ramping sampai yang kekar meraksasa, yang cantik dan yang
gagah, yang lentur-lentik dan yang tegap kekar, yang anggun, yang wibawa,
yang berbatang tunggal, yang berumpun, yang melilit pohon besar lainnya,
yang “nangkring” diatas tanah, yang bertopang pada akar yang mencuat
diatas permukaan tanah, yang berendam di rawa, tumbuh di Lumpur, tumbuh
di gurun pasir dan sebagainya.
Beberapa contoh jenis-jenis keluarga palem antara lain adalah :
Kelapa sayur, Jambe kinang, Kelapa sawit, Kurma, Pinang merah, Palem
Jepang, Sikas halus, Pakis haji dan sebagainya.

g. Tanaman Keluarga Bambu


Keluarga bambu-bambuan dikenal dengan cirinya yang khas, yaitu :
tumbuh dengan merumpun, batangnya beruas-ruas, berbentuk tabung dan
kosong dibagian tengahnya, daunnya kecil runcing. Dengan batang yang
tinggi lentur semampai dan daunnya yang bergemersik bila tertiup angin.
Beberapa jenis bambu sering ditanam sebagai tanaman hias, baik sebagai
pagar ataupun tanaman soliter. Sedangkan jenis-jenis lainnya merupakan
tanaman bermanfaat, bukan saja karena merupakan bahan serba guna, tetapi
juga dapat dikonsumsi rebungnya.
Beberapa contoh dari tanaman keluarga bambu antara lain adalah :
Bambu pagar, Bambu kuning, Bambu emas, Bambu Jepang, Bambu tali,
Bambu gobong dan sebagainya.

h. Tanaman Air
Tanaman air adalah tanaman yang tumbuh dalam air atau genangan
air terus menerus. Jadi memang berhabitat di air. Oleh karena itu sering
dimanfaatkan sebagai tanaman aquarium. Beberapa contohnya adalah :
Teratai, Paku air, bia-bia, Ganggang, Lidah tiang dan lain sebagainya.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 28
2.7.4 Bentuk Tanaman
Bentuk dasar dari semua tanaman tergantung dari sifat alamiah dan
cara pertumbuhannya. Bentuk-bentuk dasar dari tanaman ialah :
a. Vertikal
Bentuk vertikal penting untuk menciptakan
kontras yang kuat diantara tanaman-tanaman
yang berbentuk bulat atau yang pertumbuhannya
horizontal.

b. Bulat
Bentuk bulat merupakan sifat kebanyakan
tanaman, berguna untuk menciptakan masa
tanaman yang besar, misalnya sebagai pembatas
dari suatu areal.

c. Mendatar
Tanaman-tanaman yang bentuknya mendatar
akan menimbulkan kesan lebar dan luas,
meluaskan pandangan mata.

d. Menjumbai
Tanaman-tanaman yang bentuknya menjumbai
atau menggantung dari tanaman, memberi kesan
melunakkan. Diantara yang kaku dan tegak,
garis-garis yang menggantung dapat berfungsi
sebagai aksen.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 29
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Gambaran Umum


3.1.1 Letak Geografis
Terletak di jalan Jend A. Yani
dengan batasan-batasan site
sebagai berikut :
Utara : Sentra
Niaga
Timur : Asrama
Haji
Barat : HERO
Plaza
Selatan : PT. Armada
Karya

Gambar 3.1. Peta Lokasi

3.1.2 Latar Belakang Pendirian


Membangun Islamic Center sudah lama menjadi obsesi warga Bekasi.
Pusat pengembangan yang diperuntukkan bagi umat Islam ini layak ada,
mengingat 92 % masyarakat disini adalah muslim. Inilah Islamic Center yang
benar-benar didesain sejak awal, bukan merupakan pengembangan dari
sebuah fasilitas pendidikan atau masjid seperti yang umumnya berdiri.
Bahkan, komplek megah ini terutama dikembangkan berdasarkan kebutuhan
jamaah haji dari Jawa Barat.
Didirikannya Nurul Islam ini dilatarbelakangi fakta bahwa 92 % warga
Bekasi adalah muslim. Sekitar 2,3 juta jiwa penduduk itu menginginkan
adanya pusat pengembangan Islam yang menjadi kebanggaan mereka.
Keinginan ini tercetus pada 1989, kala umaronya dipimpin oleh Suko dan
ulamanya dipimpin oleh KH Noer Alie (kini alm).

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 30
3.1.3 Tujuan Pendirian
Islamic Center Nurul Islam atau yang lebih dikenal Islamic Center
Bekasi didirikan berdasarkan tiga tujuan. Pertama, untuk mewadahi kegiatan
umat Islam, dalam rangka syiar meliputi pendidikan dan dakwah. Kedua,
sebagai tempat ideal bagi pembinaan dan pemberangkatan jamaah haji, yang
hingga kini belum dimiliki Jawa Barat. Ketiga, sebagai fasilitas bagi
terselenggaranya kegiatan-kegiatan sosial umat.

3.1.4 Tahun Pendirian


Pusat pengembangan Islam ini dibangun dalam tempo 3 tahun, sejak
perletakkan batu pertama pada 15 Agustus 1990 hingga peresmiannya pada
15 Agustus 1993, oleh Gubernur Jawa Barat (pada saat itu Yogi SM)
bertepatan dengan dengan HUT ke- 43 Kabupaten Bekasi. Seluruh fasilitas
yang ada dibangun secara bertahap, sesuai dengan dana yang ada. Pertama,
pembangunan gedung serbaguna, bangunan pengelola, dan perpustakaan.
Kedua, pembangunan selasar, dan asrama. Tahap terakhir, pembangunan
plaza, menara, pagar, jalan, jembatan , parkir dan taman.

3.2 Gambaran Khusus


3.2.1 Sarana dan Prasarana Pendukung
Nurul Islam bermakna harapan, agar Islam di Bekasi memancar dari
komplek ini. Pada lahan seluas 37.512 m2 yang terletak dijalan Jendral
Achmad Yani ini Nurul Islam berdiri, dimana didalamnya terdapat sejumlah
bangunan guna mendukung Nurul Islam tersebut. Yakni masjid dan menara,
gedung serbaguna, perpustakaan, asrama dan ruang makan, serta pengelola.
Kecuali masjid, seluruh bangunan dengan luas total 9.167 m2 dibuat dua
lantai.
Pada gedung pengelola seluas 1400 m2 bernaung semua kantor-
kantor yang terkait. Yakni, Kantor Yayasan Nurul Islam, Kantor Urusan Haji,
yang didalamnya meliputi Kepala Staff Urusan Haji, Sekretariat Urusan Haji,
Pusat Informasi dan Sekretariat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 31
Selain itu juga terdapat kantor kegiatan ormas-ormas Islam non-afiliasi seperti
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Badan Amil
Zakat dan Infak Sodaqoh (BAZIS), LPTQ, ICMI dan IPHI.
Disamping itu, terdapat beberapa tempat pelatihan manasik haji.
Antara lain, plaza yang di dalamnya berdiri miniature Ka’bah untuk latihan
thawaf, selasar untuk latihan Sa’I (lengkap dengan tonggak-tonggaknya), dan
halaman muka untuk latihan melontar jumrah.
Sarana yang komersial hanya gedung serbaguna yang memiliki dua
lantai, berkapasitas 500 orang (di atas) dan 400 orang (di bawah). Bangunan
seluas 1.375 m2 ini disewakan – untuk aneka kegiatan, seperti pesta
pernikahan, penataran atau seminar – guna membiayai biaya operasional,
termasuk karyawan dan maintenance bangunan.
Bangunan asrama terdiri dari dua blok, yang diberi nama Shofa dan
Marwa, yang merupakan nama dua bukit tujuan ulang-alik tatkala melakukan
ibadah Sa’I dalam haji. Berkapasitas 38 kamar, asrama seluas 2.794 m2 ini
terbagi atas 30 kamar standar (untuk 14 orang), dan 8 kamar VIP (4kamar
untuk 2 orang dan 4 kamar untuk 3 orang).
Di belakang asrama terdapat bangunan ruang makan bersama,
lengkap dengan dapur umum, yang juga memiliki dua lapis lantai. Seperti
halnya aula, gedung ruang makan seluas 1.620 m2 ini juga dibuat multifungsi,
dapat digunakan untuk ruang kuliah atau upacara. Bahkan di lantai dua,
ruang makan dapat menjadi tempat olahraga badminton. Baik asrama,
maupun ruang makan, secara kebetulan berorientasi pula terhadap matahari,
sehingga jendela dan bukaan lainnya ditempatkan di sisi Utara – Selatan,
sementara sisi Barat – Timur dibuat masif.
Pada master plan yang sudah fix itu juga tertuang rancangan masjid
satu lantai berukuran 19 m x 19 m yang didesain secara integratif.

Gambar 3.2. Masjid

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 32
Sebagai penyempurnaannya, pada komplek tersebut terdapat
perpustakaan dengan luas 648 m2, yang terletak diantara masjid dan
gedung pengelola.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 33
Rg. Makan

Asrama B Asrama A

Aula

Gd. Pengelola

Plaza

Perpustakaan

Masjid

Plaza

Gambar 3.3. Keterangan Bangunan

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 34
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep Penataan Ruang


Semula, sentral dari
perencanaan seluruh kawasan
adalah miniatur Ka’bah. Semua
bangunan dibuat sekelilingnya,
dengan pintu masuk yang
dihadapkan kepadanya. Begitu
keluar dari masjid, perpustakaan
(luas 648 m2), pengelola
asrama dan aula, fokus
pandangan pengguna segera
akan tertuju pada bangunan
kubus hitam ini.
Orientasi seluruh
kawasan ini adalah arah kiblat.
Maka, poros utama berasal dari
garis lurus yang
menghubungkan kiblat, masjid
dan miniatur Ka’bah. Namun
Gambar 4.1. Site Plan
kondisi site yang cenderung
segitiga, menyebabkan perlu adanya as sekunder yang dibelokkan dari
sumbu utama persis dititik pusat Ka’bah, agar sejajar lahan. Poros ini
diperlukan sebagai acuan pengembangan bagian belakang site. Karena itu,
entrance utama diletakkan di selasar yang menghadap tepat di titik potong
kedua sumbu tersebut. Maksudnya agar dapat terlihat langsung oleh para
pengunjung dan pengantar haji yang datang. Ide ini diilhami Babussalam,
entrance utama Masjidil Haram yang langsung menghadap Ka’bah.

4.2 Analisa Sirkulasi

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 35
Pada Bab terdahulu, dikatakan bahwa dalam perencanaan sirkulasi
ruang luar perlu dipertimbangkan faktor kenyamanan. Kenyamanan dapat
berkurang akibat dari penataan sirkulasi yang kurang baik, misalnya tidak
adanya pembagian ruang untuk sirkulasi kendaraan dan manusia. Maka
untuk hal tersebut hendaknya diadakan pembagian sirkulasi kendaraan dan
manusia.
Pada kasus Islamic Center sendiri, hal tersebut sudah terealisasi,
dimana sudah ada pembagian terhadap sirkulasi untuk manusia maupun
kendaraan.

4.2.1 Sirkulasi Manusia


Sirkulasi pedestrian membentuk suatu prasarana yang penting dalam
menghubungkan kegiatan didalam suatu tapak bahkan dapat menjadi elemen
utama pembentuk pola dasar suatu tapak.
Dalam penerapan pada Islamic Center sendiri, sirkulasi pedestrian
atau manusia yang ada, telah berfungsi maupun di fungsikan dengan baik.
Dengan lebar sekitar 1.50 meter, sirkulasi pedestrian tersebut sudah
memberikan kenyamanan terhadap penggunanya.
Selain itu, untuk menambah kenyamanan pengguna, pada jalur
sirkulasi tersebut terdapat penambahan estetis yang menyenangkan berupa
penataan komposisi tanaman keluarga palem disekitar jalur pedestrian.
Sebagaimana dikatakan pada bab terdahulu bahwa Palem memiliki
keindahan tajuk yang benar-benar sempurna, sehingga akan selalu menjadi
pusat perhatian bagi orang yang melihatnya. Tidak adanya penutup atap
dapat digantikan dengan adanya pohon-pohon perdu maupun peneduh
disekitar jalur sirkulasi yang berfungsi sebagai pohon pengatap, Sehingga
kenyamanan pengguna jalan tidak terganggu dengan adanya hujan maupun
panas.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 36
AA2
A1
B1
B

Gambar 4.2. Sirkulasi Manusia

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 37
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa berdasarkan dari tujuan
pengunjung, sirkulasi didalam Islamic Center ini mempunyai dua alur. Yang
pertama (Marking A), memiliki tujuan ataupun berhenti pada main entrance
(Marking A1) dan Aula (Marking A2). Tempat terakhir yang disebutkan ini
dituju bila Islamic Center sedang mengadakan acara khusus seperti seminar
ataupun resepsi pernikahan.
Sedangkan yang kedua (Marking B), memiliki tujuan ataupun berhenti
pada Masjid (Marking B1). Jalur ini biasa dipergunakan oleh masyarakat luar
yang hendak beribadah.

4.2.2 Sirkulasi Kendaraan


Pada arah menuju tapak, pemandangan pintu masuknya terlihat
dengan jelas, karena pada pintu masuknya terdapat aksen berupa pintu
gerbang, sehingga pintu masuk dapat dengan mudah ditemukan, meski ada
penghalang pandang sekalipun.
Lebar jalan yang mempunyai ukuran berkisar 6 meter memungkinkan
untuk dilalui oleh dua kendaraan roda empat, sehingga pintu keluar-masuk
kedalam site berfungsi secara optimal. Selain itu, jalur lintasan jalan yang
ada, sedekat mungkin mengikuti bentuk topografi yang mendekati 0 %.
Alur sirkulasi seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini, untuk
masuk kendaraan menggunakan pintu sebelah kiri. Sedangkan pintu
keluarnya ada disebelah kanan. Bentuk alurnya sendiri hanya berputar
disekitar areal parkir untuk staff yang memang sering digunakan pada hari-
hari biasa. Untuk mobil pengantar biasanya berputar pada taman kecil
didepan aula dan biasanya juga berhenti pada main entrance untuk
menurunkan orang.
Pada hari-hari biasa sistem sirkulasi yang digunakan pada Islamic
Center cukup terkendali namun kurang optimal karena tidak ada pemanfaatan
yang maksimal pada fasilitas yang ada didalamnya. Salah satu contoh adalah
areal parker yang berada disebelah kanan bawah site yang sangat jarang
dipakai, kecuali pada saat musim haji.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 38
Tidak
terpakai
Gambar 4.3. Sirkulasi Kendaraan

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 39
4.3 Elemen-elemen ruang luar
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa pada
penataan ruang luar ataupun desain lansekap, terdapat beberapa elemen
penting yang dapat menambah value maupun memberikan estetis yang
menyenangkan pada penataan ruang luar tersebut. Pada Islamic Center
sendiri hal tersebut sudah diterapkan, dimana pada penataan ruang luarnya
terdapat material keras maupun material lembut yang dikomposisikan secara
fungsional.

4.3.1 Analisa Hard Material


Pada Islamic Center Bekasi, terdapat beberapa elemen keras yang
dipergunakan, antara lain adalah :
a. Perkerasan
Pada Islamic Center Bekasi, perkerasan yang ada pada penataan
ruang luarnya, menggunakan 2 (dua) jenis bahan, diantaranya adalah :
- Aspal
Aspal digunakan untuk melapisi lapisan jalan yang digunakan untuk
sirkulasi kendaraan yang ada pada Islamic Center tersebut.

- Beton Tekstur
Beton tekstur digunakan untuk melapisi jalan yang biasa digunakan untuk
sirkulasi pedestrian. Beton tekstur tersebut dipasang dengan menggunakan
pola anyaman bambu, sehingga terlihat lebih dekoratif.

Gambar 4.4. Beton Tekstur

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 40
Beton
Aspal
Tekstur

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 41
b. Tangga
Pada Islamic Center Bekasi, tangga hanya digunakan untuk
pencapaian menuju masjid. Kontur Masjid yang lebih tinggi karena adanya
pengungkapan penghormatan, merupakan salah satu alasannya.

Gambar 4.6. Tangga


c. Lampu Taman
Lampu taman yang ada pada Islamic Center Bekasi, merupakan lampu
taman yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dengan bentuk menyerupai
tulisan Allah pada tulisan arab, lampu taman ini difungsikan sebagai
penerangan pada sirkulasi manusia. Dengan tinggi lampu kurang lebih 2,50 m
diharapkan dapan memberikan pencahayaan akustik ruang luar yang baik
pada malam hari.

Gambar 4.7. Lampu taman

d. Tempat Sampah
Seperti halnya ditempat umum, tempat ini juga memiliki tempat
sampah dengan jumlah yang terbatas namun dapat mengakomodir sampah
yang ada karena peletakannya searah dengan sirkulasi manusia.

Gambar 4.8. Tempat Sampah

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 42
Gambar 4.9. Titik-titik Lampu

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 43
Gambar 4.10. Tempat Sampah dan tangga

Analisa Soft Material


Disamping penggunaan hard material, di Islamic Center Bekasi sendiri
terdapat beberapa elemen lembut berupa tanaman yang dipergunakan pada
penataan ruang luarnya. Berikut elemen-elemen soft material yang berhasil
di-identifikasi, diantaranya adalah :

a. Tanaman Keluarga Palem


Tanaman ini diletakkan pada pintu masuk sebagai point of interest.
Selain itu ada pula yang dikomposisikan pada taman. Dengan bentuk tajuk
yang sempurna, tanaman ini akan selalu merebut perhatian.

Gambar 4.11. Cocos Capitata (Kelapa Gading) Gambar 4.12. Palem Raja

b. Tanaman Pohon
Tanaman Pohon merupakan tanaman yang dapat berfungsi sebagai
tanaman pengatap. Karena fungsi tersebut, maka tanaman ini banyak
diletakkan pada sirkulasi pedestrian untuk sedikitnya melindungi panas
maupun hujan.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 44
Gambar 4.13. Mimusops Alengi (Pohon Tanjung)

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 45
Gambar 4.14. Soft Material Mapping

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 46
c. Tanaman Teh-tehan
Tanaman ini merupakan tanaman dengan fungsi sebagai pembatas
ruang. Pada Islamic Center sendiri, tanaman ini banyak digunakan sebagai
pembatas taman atau pagar taman.

Gambar 4.15. Tanaman Teh-tehan

d. Tanaman Semak Pendek


Digunakan sebagai penutup tanah atau groundcovers pada area
taman kecil didekat area parkir staff dan peletakkannya berhadapan dengan
main entrance bangunan utama, sehingga dapat dijadikan aksen ataupun
dapat dijadikan pemandangan buatan yang cukup indah karena warnanya
yang mencolok.

Gambar 4.16. Calanchoe Pinnata (Cocor Bebek)


Dikomposisikan dengan tanaman sejenis berwarna hijau
sehingga menimbulkan kesan warna-warni

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 47
d. Tanaman Nanas-nanasan
Keluarga nanas-nanasan dikenal dengan cirri khasnya, yaitu
keindahan bentuk dan susunan daunnya, helaian daunnya, warna daunnya,
sampai dengan bunga dan buahnya. Susunan daunnya bermotif ‘resettes’
dan seakan-akan membentuk mangkuk karena cekung ditengah. Pada
penataan ruang luar di Islamic Center sendiri, tanaman ini bukan tanaman
yang dominan.

Gambar 4.17. Nidularium Striatum (Nanas hias hijau-cerah strip putih)


Dikomposisikan dengan tanaman cocor bebek

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan seluruhnya, maka pada bab
kesimpulan ini, penulis mendapatkan beberapa point penting pada penulisan
kali ini. Hal tersebut diantaranya adalah :
a. Penataan ruang luar pada dasarnya merupakan pemanfaatan ruang
hidup yang ada pada site, untuk diolah sedemikian rupa, untuk
dikembangkan segala potensinya, sehingga menjadi ruang yang
berfungsi dengan baik.
b. Dalam penataan ruang tersebut harus dipertimbangkan segala faktor,
baik fisik maupun non-fisik, agar tercipta sebuah penataan ruang luar
yang baik dan benar.
c. Dalam pengolahannya, dibutuhkan beberapa elemen-elemen
pendukung yang difungsikan sebagai penambah kesempurnaan
maupun kelengkapan yang ada pada penataan ruang luar.

5.2 Saran
a. Bagi Penelitian
Agar fasilitas yang tersedia dalam objek penelitian, dalam hal ini
Islamic Center Bekasi, dimaksimalkan. Diantara fasilitas yang perlu
dimaksimalkan adalah areal parkir.
b. Bagi Peneliti
Agar peneliti lebih tajam dalam menganalisa suatu permasalahan
dalam hal ini mengenai penataan ruang luar.
c. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat memanfaatkan fasilitas yang ada dan tidak
menyalah-fungsikan fasilitas tersebut, seperti berjualan pada areal
pedestrian.

_____________________________________________Penulisan Ilmiah 49

Anda mungkin juga menyukai