Penataan Ruang Luar Pada Islamic Center
Penataan Ruang Luar Pada Islamic Center
PENDAHULUAN
1
Rochym, Abdul, Sejarah Arsitektur Islam : sebuah tinjauan, hal 1
2
Jones Alan P-Richard J.M.op.cit. hal 372
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 1
ruangannya. Maka terjadilah perkembangan Arsitektur Islam dari zaman ke
zaman yang jelas membuktikan kejadian tersebut.
Islamic Center merupakan salah satu bukti dari perkembangan
tersebut, dimana didalam bangunan ini juga diterapkan konsepsi-konsepsi
arsitektural seperti prinsip penataan ruang luar, penataan hubungan dan
sirkulasi ruang, organisasi ruang dan lain sebagainya.
Untuk itu dalam memahami penataan ruang didalam suatu karya
Arsitektur Islam, terlebih khusus mengenai ruang luar, penulis mencoba
mengkajinya melalui studi kasus pada Islamic Center Bekasi, yang dibangun
sekitar tahun 1989 dan diarsiteki oleh alm. Ir. Widianto. Semua itu akan dikaji
lebih jauh dalam penelitian ini.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 2
Metode Deskriptif ; dilakukan untuk mencari jawaban dengan cara
menguraikan dan menjelaskan perihal atau fenomena yang ditemukan
dilapangan pengamatan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengadakan
survey lapangan dengan jalan ;
a. Mengadakan pengamatan langsung.
b. Mengadakan pengumpulan data visual melalui sketsa dan foto.
c. Melakukan wawancara dengan sumber-sumber yang dianggap penting.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Ruang
Menelusuri arti ruang, space berakar dari istilah klasik spatium yang
menjadi spazio dalam bahasa italic dan espacio dalam bahasa Spanyol,
memberikan pengertian yang lebih abstrak dan belum dapat didefinisikan
secara tertutup, masih bersifat bebas atau pencarian identitas 3. Imanuel Kant
berpendapat bahwa Ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata, tetapi
merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan
manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa Ruang adalah suatu
kerangka atau wadah dimana obyek dan keadaan tertentu berada.
Aristoteles mengemukakan konsep mengenai ruang yang disebut sebagai
teori tempat (topos) sebagai sesuatu dimana atau place of belonging4.
Pengertian ini mengikat ‘ruang’ menjadi lokasi yang tepat bagi keberadaan
sesuatu. ‘Tempat’ merupakan titik dimana mengorientasikan diri dalam
aktivitas sehingga menimbulkan keterkaitan emosional terhadapnya, dalam
hal ini ruanglah yang menampung adanya tempat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ruang adalah “Suatu
wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan oleh manusia melalui
perasaan persepsi masing-masing individu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran dan penafsirannya”5.
Konsep ruang dengan pengertian yang abstrak dapat diwujudkan
secara konkrit. Menurut Paul Klee, sebuah titik diperpanjang menjadi garis
yang memiliki panjang, arah dan posisi 6. Garis diperluas menjadi bidang yang
luas memiliki panjang dan lebar, bentuk rupa, permukaan, orientasi dan
posisi. Bidang diperluas menjadi ruang yang memiliki panjang, lebar, tinggi,
bentuk/ruang, permukaan, orientasi dan posisi. Ruang secara arsitektural
dikenali dengan menelaah elemen-elemen yang terkandung didalamnya.
3
Cornelis van de ven, Ruang dalam Arsitektur, hal XVII
4
Cornelis van de ven, Ruang dalam Arsitektur, hal XVIII
5
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, hal 4
6
Francis Dk Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang dan susunannya, hal 19
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 4
Ruang selalu melingkupi keberadaan kita dan melalui volume ruang
lah kita bergerak, memilih bentuk-bentuk benda, mendengar suara-suara,
merasakan angin tertiup dan mencium bau semerbak. Pada ruang, bentuk
visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala, bergantung seluruhnya pada
batas-batas yang telah ditentukan oleh unsur bentuk. Jika ruang telah
ditetapkan, dilindungi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur bentuk,
maka arsitektur menjadi nyata7.
Dalam hubungan manusia dan ruang, Edward T. Hall menguraikan
bahwa salah satu perasaan kita yang penting mengenai ruang ialah perasaan
territorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri,
kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia.
Untuk menyatakan bentuk dunianya, manusia menciptakan ruang
tersendiri, dengan dasar fungsi dan keindahan, yang disebut ruang arsitektur.
Ruang Arsitektur menyangkut :
1. Ruang Dalam
Pada umumnya dikatakan bahwa Ruang Dalam (Interior) dibatasi
oleh tiga bidang, yaitu alas/lantai, dinding dan langit-langit/atap. Hanya perlu
diingat bahwa dalam beberapa hal, ruang dalam sukar untuk dibedakan
kedalam tiga bidang pembatas yang terjadi, misalnya pada konstruksi Shell,
dimana dinding dan atapnya menjadi satu bagian.
2. Ruang Luar
Merupakan ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada
bidang alas dan dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak
terbatas. Berfungsi sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang
mempunyai arti dan maksud tertentu serta sebagai bagian dari alam. Dengan
kata lain Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang : lantai dan
dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas.
Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menggunakan dua elemen
pembatas.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 5
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya mempunyai
pengaruh secara timbal balik. Lingkungan yang baik akan membina sikap
mental dan budidaya manusia, sebaliknya manusia yang berbudi daya akan
selalu berusaha menjaga dan memperbaiki lingkungannya agar lebih
bermanfaat bagi kehidupannya.
Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia, oleh karena itu
titik tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan dari manusia.
Hubungan manusia dengan ruang lingkungan dapat dibagi dua, yaitu :
1. Hubungan dimensional (Antropometrics)
Menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh
manusia.
2. Hubungan psikologi dan emosional (Proxemics)
Hubungan ini menetukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk
kegiatan manusia.
Hubungan keduanya menyangkut daripada persepsi manusia terhadap ruang
lingkupnya.
8
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, hal 5
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 6
Gambar 2.1. Ruang hidup dan Ruang mati9
Masalah ruang mati ini dapat dipecahkan atau diubah menjadi ruang
hidup bila dalam suatu perencanaan tapak, bangunan-bangunan ditentukan
letaknya dengan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan fungsi dan
keseimbangan serta segi estetis.
9
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 6
10
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 6
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 7
Gambar 2.3. Ruang Positif-Negatif11
b. Ruang negatif
Merupakan ruang terbuka yang menyebar dan tidak berfungsi dengan
jelas dan bersifat negatif. Biasanya terjadi secara spontan tanpa kegiatan
tertentu. Setiap ruang yang tidak direncanakan, tidak dilingkupi atau tidak
dimaksudkan untuk kegunaan manusia merupakan ruang negatif.
B. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat
menampung kegiatan aktivitas tertentu dari masyarakat baik secara individu
atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini sangat bergantung
pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan pola ruang umum terbuka
adalah :
1. Bentuk dasar daripada ruang terbuka diluar bangunan.
2. Dapat digunakan oleh public (setiap orang).
3. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan.
Contoh ruang terbuka adalah : Jalan, pedestrian, taman , plaza, lapangan
terbang, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
11
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 11
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 8
Gambar 2.4. Plaza sebagai ruang terbuka12
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 9
sebagai sumber pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai jarak
terhadap rel kereta api dan lain-lain.
Menurut Rob Meyer, Ruang terbuka (Urban Space) secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Berbentuk memanjang. Umumnya hanya mempunyai batas-baras
pada sisi-sisinya, misal : jalanan, sungai dan lain-lain.
2. Berbentuk mencuat. Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adalah
ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya. Misalnya lapangan,
bundaran dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya ada dua jenis ruang terbuka, yaitu :
1. Ruang terbuka lingkungan, adalah ruang terbuka yang terdapat pada
suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan ruang-ruang
terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian
lingkungan.
2. Ruang terbuka bangunan, adalah ruang terbuka oleh dinding
bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum
atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Pada dasarnya fungsi dari ruang terbuka dapat kita lihat dari dua sisi,
yaitu baik dari kegunaannya sendiri maupun fungsinya secara ekologis
(berkaitan dengan lingkungan).
2.4 Sirkulasi
2.4.1 Sirkulasi pada ruang luar
Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan
aktivitas dan pola penggunaan tanah sehingga merupakan pergerakan dari
ruang yang satu ke ruang yang lain. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang
dapat dibedaan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Jalur melalui ruang :
- Integritas masing-masing ruang kuat.
- Bentuk alur cukup fleksibel.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 10
b. Jalur memotong ruang :
- Mengakibatkan terbentuknya ruang diam dan ruang bergerak.
A B
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 11
Sirkulasi pedestrian atau manusia membentuk pertalian yang penting
hubungannya dengan aktivitas dalam site. Maka banyak hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain :
- Lebar jalan.
- Penambahan estetis yang menyenangkan.
- Fasilitas penyebrangan dan lain-lain.
Skala pedestrian dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. < 300 meter : Merupakan jarak yang cukup mudah
dicapai dan menyenangkan.
2. 300 – 450 meter : Orang masih dapat mencapainya, tetapi
mungkin ia akan lebih menyukai dengan menggunakan kendaraan, terutama
bila pengolahan udara dan tata hijau kurang nyaman.
3. > 450 meter : Pada cuaca dan suasana yang umum,
sudah diluar skala bagi pejalan kaki (di dalam pengertian Arsitektur).
Gambar 2.5. 13
13
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 43
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 12
b. Pencapaian Samping
Digunakan untuk memperkuat efek perspektif objek yang dituju.
Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak
squence sebelum mencapai objek.
Gambar 2.6.14
c. Pencapaian Spiral
Digunakan untuk memperlambat pencapaian dan
memperbanyak sequence serta memperlihatkan tampak 3D dari objek
dengan mengelilinginya.
Gambar 2.7.15
2.5 Elemen-elemen Ruang Luar
Elemen-elemen pada desain Ruang Luar pada dasarnya dapat dibagi
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
14
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 44
15
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 44
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 13
a. Hard Material, elemen keras, seperti perkerasan, jalur sirkulasi
bangunan dan sebagainya.
b. Soft Material, elemen lembut : tanaman.
2.5.1 Hard Material
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pada dasarnya Hard
Material merupakan semua elemen keras yang terdapat pada ruang luar, baik
yang berfungsi sebagai pelengkap maupun untuk perkerasan. Beberapa
contoh Hard Material yang biasa digunakan pada penataan ruang luar antara
lain adalah :
a. Bangku Taman
Bangku Taman pada umumnya mempunyai aneka bentuk rancangan,
namun hanya dua tipe, yaitu yang memakai sandaran punggung dan yang
tidak. Bangku tempat duduk biasanya terbuat dari kayu, beton atau batu.
b. Lampu Taman
Upaya mempercantik taman dapat diekspresikan dengan
mengoptimalkan penggunaan elemen dekoratif dari lampu taman. Dengan
pilihan materi desain yang tepat, dwifungsi lampu taman sebagai alat
penerangan di malam hari sekaligus sebagai unsur dekoratif bagi lingkungan
sekitar, dapat mempertegas nuansa artistik yang dikehendaki.
16
Asri No. 142, Potensi Air, Esensi Disain Taman, Januari 1995
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 14
bahkan diatur untuk suatu pameran. Biasanya dapat dibuat dari berbagai
material, tetapi yang paling sering dipakai adalah bahan dari beton.
e. Dinding
Dinding dapat digunakan untuk menciptakan “enclosure”, membentuk
ruang atau berfungsi sebagai elemen penahan atau pendukung. Bata, batu
dan beton adalah bahan-bahan yang sering digunakan untuk dinding.
17
Veronoka Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 116
18
Asri No. 142, Potensi Air, Esensi Disain Taman, Januari 1995
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 15
Tinggi dinding suatu ruang sebagai pelingkup, sangat erat
hubungannya dengan tinggi mata orang. Ketinggian dinding pelingkup sendiri
dibagi dalam 5 (lima) bagian, yaitu :
a. Dinding setinggi 30 cm. Hampir tidak mempunyai daya meruang,
meskipun dapat berfungsi sebagai pembatas suatu daerah, disamping
juga dapat digunakan untuk duduk dan melepas lelah sesaat. Untuk
keadaan tertentu dinding semacam ini tidak menimbulkan kesan yang
formal.
b. Dinding setinggi 60 – 90 cm. Pada dasarnya sama dengan dinding
30 cm, dinding tersebut hanya menambah kontinuitas visual tetapi
hamper tidak mempunyai daya ruang. Orang bias membungkuk dan
bertekan siku pada dinding tersebut atau kadang-kadang juga duduk
diatasnya.
c. Dinding setinggi 120 cm. Dinding tersebut dapat menutupi sebagian
besar badan orang dan menimbulkan kesan / suasana aman.
Meskipun dapat berfungsi sebagai pemisah ruang tetapi secara visual
masih mempunyai efek ruang yang continue.
d. Dinding setinggi 150 cm. Dinding sudah mempunyai daya meruang
bahkan dapat menyembunyikan seluruh badan orang kecuali
kepalanya.
e. Dinding setinggi 180 cm. Dinding dapat menutupi seluruh tubuh
manusia dan hampir dalam semua hal memberi daya meruang yang
kuat.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 16
Gambar 2.12. Tangga20
g. Sculpture
Sculpture, kadang-kadang berfungsi sebagai titik tangkap perhatian
(vocal point) di dalam penataan ruang luar. Kehadiran elemen dekoratif
seperti sculpture bukan saja akan menunjang keindahan ruang luar saja,
tetapi juga untuk mengurangi kesan monoton.
20
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 120
21
Verunika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 118
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 17
memudahkan terjadinya hubungan yang selaras dengan unsur-unsur tapak
lainnya.
Bahan atau material yang dapat digunakan untuk perkerasan jalan
adalah sebagai berikut :
1. Batu, salah satu bahan yang paling tua, mempunyai permukaan yang
tahan aus untuk jangka panjang dengan pemeliharaan yang minimum.
2. Batu bata, bahan bangunan yang paling tua dan masih digunakan
sampai saat ini. Bata dapat diletakkan pada dasar pasir atau plat beton
dengan bermacam pola, baik ikatan berjajar, duri ikan serta anyaman
bambu.
3. Beton, karena dapat dicetak ditempat, beton mempunyai variasi dalam
tekstur dan warna, serta membentuk permukaan yang tahan aus.
Terbuat dari agregat mineral yang diikat dengan bahan PC.
4. Aspal, tidak mempunyai banyak variasi dalam tekstur, tetapi
mempunyai keistimewaan lain, yaitu dapat memberikan kesan lebih
lunak pada permukaan jalur pedestrian.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 18
Gambar 2.1422
- Bangunan
Peletakan pohon, perdu, semak, ground cover dan
rumput dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, air dan
menahan jatuhnya sinar ke daerah yang membutuhkan
keteduhan.
Gambar 2.1523
b. Pada ruang luar sendiri tanaman dapat digunakan sebagai
dinding, atap dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh border.
Atap dapat dibentuk oleh pohon yang membentuk canopy atau
oleh tanaman merambat pada pergola. Untuk lantai dapat
menggunakan rumput atau ground cover.
22
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 47
23
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 47
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 19
Gambar 2.16. Tanaman Sebagai Atap24
Gambar 2.17.25
24
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 48
25
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 48
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 20
Gambar 2.18.26
Gambar 2.19.27
b. Pengendali angin
26
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 49
27
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 50
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 21
Gambar 2.20.28
c. Pengendali suara
Gambar 2.21.29
28
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 50
29
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 51
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 22
Gambar 2.22.30
Gambar 2.23.31
30
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 51
31
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 52
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 23
Tanaman juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi hewan dan
sebagai tempat perlindungannya. Sehingga secara tidak langsung tanaman
membantu kelestarian hewan-hewan tersebut.
Gambar 2.24.32
c. Tekstur
32
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 24
Tekstur tanaman ditentukan oleh cabang, batang, ranting, daun, tunas
dan jarak pandang terhadap tanaman tersebut. Tekstur juga mempengaruhi
psikis dan fisik yang memandangnya.
d. Skala
Skala / Proporsi tanaman
adalah perbandingan tanaman
dengan lingkungannya. Nilai estetis
yang didapat dari tanaman tidak
hanya satu jenis saja, tetapi dapat
pula dari kombinasi tanaman atau
kombinasi tanaman dengan elemen
lansekap lainnya. Selain itu juga
tanaman dapat menimbulkan pola
bayangan pada dinding, lantai dan
sebagainya, yang akan berubah
berubah-ubah bentuknya dipengaruhi Gambar 2.25. Skala33
oleh angin dan waktu. Hal tersebut akan menciptakan suatu pemandangan
yang menarik.
33
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 54
34
Veronika Widi Prabasari dan Agus Suparman, Tata Ruang Luar 01, Hal 54
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 25
Menurut aspek Arsitektural, penggolongan jenis tanaman akan
menghasilkan pembagian seperti berikut ini :
1. Tanaman pelantai, Yaitu tanaman-tanaman pembentuk bidang lantai.
Yang termasuk dalam golongan ini ialah tanaman-tanaman yang
tingginya mulai dari nol sampai setinggi mata kaki, antara lain : lumut,
rumput, ground covers dan lain-lain.
2. Tanaman dinding, Yaitu tanaman pembentuk bidang-bidang dinding.
Jenis tanaman ini dibedakan dalam 3 (tiga) ketinggian yaitu :
a. Rendah
Dari setinggi mata kaki sampai setinggi lutut. Contoh : Semak
pendek dan tanaman border.
b. Sedang
Dari setinggi lutut sampai setinggi tubuh. Antara lain : semak
besar dan perdu.
c. Tinggi
Dari setinggi tubuh sampai beberapa meter. Antara lain : Perdu
dan jenis-jenis cemara serta bambu.
3. Tanaman Pengatap, Yaitu tanaman pembentuk bidang atap. Yang
termasuk kedalam kelompok ini ialah tanman yang mempunyai
percabangan yang melebar ke samping seperti pohon rindang dan
tanaman-tanaman yang bisa dibentuk sebagai atap, seperti tanaman
pergola (bougenville, stefanot, flame of Irian dan sebagainya).
4. Tanaman Pendekorasi, Yaitu tanaman-tanaman yang mempunyai
warna menarik pada bunga ataupun daunnya serta yang bertajuk
indah (tanaman soliter).
B. Jenis-jenis Tanaman
a. Tanaman Semak Pendek
Tanaman semak pendek merupakan tanaman dengan ketinggian mulai
dari nol sampai setinggi mata kaki. Tanaman ini terutama dipergunakan
sebagai penutup tanah atau ground covers. Contoh : Maranta batik, Maranta
antik, Beras tumpah dan lain-lain.
b. Tanaman Teh-tehan
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 26
Tanaman Teh-tehan merupakan tanaman dengan fungsi sebagai
pembatas ruang. Tanaman Teh-tehan dibedakan kedalam beberapa jenis,
antara lain : tanaman yang berdaun indah (Contoh : Puring, Sugi putih,
Pisang bugis dan lain-lain) serta tanaman yang berbunga indah (Contoh :
Kana, Koreopsis, Floks dan lain-lain).
c. Tanaman Pohon
Tanaman Pohon merupakan tanaman yang dapat berfungsi sebagai
tanaman pengatap dengan ketinggian sama dengan tinggi tubuh sampai
beberapa meter (3-5 meter). Tanaman Pohon dibedakan kedalam bebarapa
jenis, antara lain : tanaman perdu (Contoh : Kolbanda, Ketapang, Beringin
dan lain-lain) serta tanaman peneduh / perindang (Contoh : Akasia,
Mahagoni, Asem dan lain-lain).
d. Tanaman Pergola
Tanaman Pergola biasanya merupakan tanaman merambat dan
menjalar tumbuh pada pergola. Tanaman pergola dibedakan antara tanaman
yang berdaun indah (Contoh : Bintang terang, Sirih-gading dan lain-lain),
tanaman yang berbunga indah (Contoh : Petrea, Kongea, Stepanot dan lain-
lain) serta tanaman pagar (Contoh : Teh-tehan, Bambu Cina, Kemuning dan
lain-lain).
e. Tanaman Nanas-nanasan
Keluarga nanas-nanasan (Biomeliaceae atau Bromeliads) cukup besar
jumlah dan aneka ragamnya. Dikenal dengan ciri khasnya yaitu keindahan
bentuk dan susunan daunnya, helaian daunnya, warna daunnya sampai
dengan bunga dan buahnya. Susunan daunnya bermotif ‘resettes’ dan
seakan-akan membentuk mangkuk karena cekung ditengah.
Beberapa ada yang tumbuh di tanah seperti Nanas buah (Ananas
comosus), adapula yang bisa hidup menempel seperti halnya anggrek atau
efipit. Diantara lebih dari seribu jenis (species), yang banyak dikenal
dibudidayakan adalah : Nanas buah, Kriptanus hijau, nanas pandan dan lain-
lain.
f. Tanaman Keluarga Palem
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 27
Orang Belanda sering mengatakan bahwa palem merupakan ratu
ditengah taman. Kiranya tidak berlebihan karena palem memang mempunyai
tajuk yang palin sempurna diantara tanaman hias manapun juga. Oleh karena
itu kehadirannya didalam taman akan selalu paling cepat menarik perhatian.
Ibarat primadona muncul dari pentas, segala pemandangan terarah padanya.
Seperti beraneka ragamnya jenis-jenis cemara, palem juga mempunyai
jenis yang ramping sampai yang kekar meraksasa, yang cantik dan yang
gagah, yang lentur-lentik dan yang tegap kekar, yang anggun, yang wibawa,
yang berbatang tunggal, yang berumpun, yang melilit pohon besar lainnya,
yang “nangkring” diatas tanah, yang bertopang pada akar yang mencuat
diatas permukaan tanah, yang berendam di rawa, tumbuh di Lumpur, tumbuh
di gurun pasir dan sebagainya.
Beberapa contoh jenis-jenis keluarga palem antara lain adalah :
Kelapa sayur, Jambe kinang, Kelapa sawit, Kurma, Pinang merah, Palem
Jepang, Sikas halus, Pakis haji dan sebagainya.
h. Tanaman Air
Tanaman air adalah tanaman yang tumbuh dalam air atau genangan
air terus menerus. Jadi memang berhabitat di air. Oleh karena itu sering
dimanfaatkan sebagai tanaman aquarium. Beberapa contohnya adalah :
Teratai, Paku air, bia-bia, Ganggang, Lidah tiang dan lain sebagainya.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 28
2.7.4 Bentuk Tanaman
Bentuk dasar dari semua tanaman tergantung dari sifat alamiah dan
cara pertumbuhannya. Bentuk-bentuk dasar dari tanaman ialah :
a. Vertikal
Bentuk vertikal penting untuk menciptakan
kontras yang kuat diantara tanaman-tanaman
yang berbentuk bulat atau yang pertumbuhannya
horizontal.
b. Bulat
Bentuk bulat merupakan sifat kebanyakan
tanaman, berguna untuk menciptakan masa
tanaman yang besar, misalnya sebagai pembatas
dari suatu areal.
c. Mendatar
Tanaman-tanaman yang bentuknya mendatar
akan menimbulkan kesan lebar dan luas,
meluaskan pandangan mata.
d. Menjumbai
Tanaman-tanaman yang bentuknya menjumbai
atau menggantung dari tanaman, memberi kesan
melunakkan. Diantara yang kaku dan tegak,
garis-garis yang menggantung dapat berfungsi
sebagai aksen.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 29
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 30
3.1.3 Tujuan Pendirian
Islamic Center Nurul Islam atau yang lebih dikenal Islamic Center
Bekasi didirikan berdasarkan tiga tujuan. Pertama, untuk mewadahi kegiatan
umat Islam, dalam rangka syiar meliputi pendidikan dan dakwah. Kedua,
sebagai tempat ideal bagi pembinaan dan pemberangkatan jamaah haji, yang
hingga kini belum dimiliki Jawa Barat. Ketiga, sebagai fasilitas bagi
terselenggaranya kegiatan-kegiatan sosial umat.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 31
Selain itu juga terdapat kantor kegiatan ormas-ormas Islam non-afiliasi seperti
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Badan Amil
Zakat dan Infak Sodaqoh (BAZIS), LPTQ, ICMI dan IPHI.
Disamping itu, terdapat beberapa tempat pelatihan manasik haji.
Antara lain, plaza yang di dalamnya berdiri miniature Ka’bah untuk latihan
thawaf, selasar untuk latihan Sa’I (lengkap dengan tonggak-tonggaknya), dan
halaman muka untuk latihan melontar jumrah.
Sarana yang komersial hanya gedung serbaguna yang memiliki dua
lantai, berkapasitas 500 orang (di atas) dan 400 orang (di bawah). Bangunan
seluas 1.375 m2 ini disewakan – untuk aneka kegiatan, seperti pesta
pernikahan, penataran atau seminar – guna membiayai biaya operasional,
termasuk karyawan dan maintenance bangunan.
Bangunan asrama terdiri dari dua blok, yang diberi nama Shofa dan
Marwa, yang merupakan nama dua bukit tujuan ulang-alik tatkala melakukan
ibadah Sa’I dalam haji. Berkapasitas 38 kamar, asrama seluas 2.794 m2 ini
terbagi atas 30 kamar standar (untuk 14 orang), dan 8 kamar VIP (4kamar
untuk 2 orang dan 4 kamar untuk 3 orang).
Di belakang asrama terdapat bangunan ruang makan bersama,
lengkap dengan dapur umum, yang juga memiliki dua lapis lantai. Seperti
halnya aula, gedung ruang makan seluas 1.620 m2 ini juga dibuat multifungsi,
dapat digunakan untuk ruang kuliah atau upacara. Bahkan di lantai dua,
ruang makan dapat menjadi tempat olahraga badminton. Baik asrama,
maupun ruang makan, secara kebetulan berorientasi pula terhadap matahari,
sehingga jendela dan bukaan lainnya ditempatkan di sisi Utara – Selatan,
sementara sisi Barat – Timur dibuat masif.
Pada master plan yang sudah fix itu juga tertuang rancangan masjid
satu lantai berukuran 19 m x 19 m yang didesain secara integratif.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 32
Sebagai penyempurnaannya, pada komplek tersebut terdapat
perpustakaan dengan luas 648 m2, yang terletak diantara masjid dan
gedung pengelola.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 33
Rg. Makan
Asrama B Asrama A
Aula
Gd. Pengelola
Plaza
Perpustakaan
Masjid
Plaza
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 34
BAB IV
PEMBAHASAN
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 35
Pada Bab terdahulu, dikatakan bahwa dalam perencanaan sirkulasi
ruang luar perlu dipertimbangkan faktor kenyamanan. Kenyamanan dapat
berkurang akibat dari penataan sirkulasi yang kurang baik, misalnya tidak
adanya pembagian ruang untuk sirkulasi kendaraan dan manusia. Maka
untuk hal tersebut hendaknya diadakan pembagian sirkulasi kendaraan dan
manusia.
Pada kasus Islamic Center sendiri, hal tersebut sudah terealisasi,
dimana sudah ada pembagian terhadap sirkulasi untuk manusia maupun
kendaraan.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 36
AA2
A1
B1
B
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 37
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa berdasarkan dari tujuan
pengunjung, sirkulasi didalam Islamic Center ini mempunyai dua alur. Yang
pertama (Marking A), memiliki tujuan ataupun berhenti pada main entrance
(Marking A1) dan Aula (Marking A2). Tempat terakhir yang disebutkan ini
dituju bila Islamic Center sedang mengadakan acara khusus seperti seminar
ataupun resepsi pernikahan.
Sedangkan yang kedua (Marking B), memiliki tujuan ataupun berhenti
pada Masjid (Marking B1). Jalur ini biasa dipergunakan oleh masyarakat luar
yang hendak beribadah.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 38
Tidak
terpakai
Gambar 4.3. Sirkulasi Kendaraan
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 39
4.3 Elemen-elemen ruang luar
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa pada
penataan ruang luar ataupun desain lansekap, terdapat beberapa elemen
penting yang dapat menambah value maupun memberikan estetis yang
menyenangkan pada penataan ruang luar tersebut. Pada Islamic Center
sendiri hal tersebut sudah diterapkan, dimana pada penataan ruang luarnya
terdapat material keras maupun material lembut yang dikomposisikan secara
fungsional.
- Beton Tekstur
Beton tekstur digunakan untuk melapisi jalan yang biasa digunakan untuk
sirkulasi pedestrian. Beton tekstur tersebut dipasang dengan menggunakan
pola anyaman bambu, sehingga terlihat lebih dekoratif.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 40
Beton
Aspal
Tekstur
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 41
b. Tangga
Pada Islamic Center Bekasi, tangga hanya digunakan untuk
pencapaian menuju masjid. Kontur Masjid yang lebih tinggi karena adanya
pengungkapan penghormatan, merupakan salah satu alasannya.
d. Tempat Sampah
Seperti halnya ditempat umum, tempat ini juga memiliki tempat
sampah dengan jumlah yang terbatas namun dapat mengakomodir sampah
yang ada karena peletakannya searah dengan sirkulasi manusia.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 42
Gambar 4.9. Titik-titik Lampu
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 43
Gambar 4.10. Tempat Sampah dan tangga
Gambar 4.11. Cocos Capitata (Kelapa Gading) Gambar 4.12. Palem Raja
b. Tanaman Pohon
Tanaman Pohon merupakan tanaman yang dapat berfungsi sebagai
tanaman pengatap. Karena fungsi tersebut, maka tanaman ini banyak
diletakkan pada sirkulasi pedestrian untuk sedikitnya melindungi panas
maupun hujan.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 44
Gambar 4.13. Mimusops Alengi (Pohon Tanjung)
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 45
Gambar 4.14. Soft Material Mapping
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 46
c. Tanaman Teh-tehan
Tanaman ini merupakan tanaman dengan fungsi sebagai pembatas
ruang. Pada Islamic Center sendiri, tanaman ini banyak digunakan sebagai
pembatas taman atau pagar taman.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 47
d. Tanaman Nanas-nanasan
Keluarga nanas-nanasan dikenal dengan cirri khasnya, yaitu
keindahan bentuk dan susunan daunnya, helaian daunnya, warna daunnya,
sampai dengan bunga dan buahnya. Susunan daunnya bermotif ‘resettes’
dan seakan-akan membentuk mangkuk karena cekung ditengah. Pada
penataan ruang luar di Islamic Center sendiri, tanaman ini bukan tanaman
yang dominan.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan seluruhnya, maka pada bab
kesimpulan ini, penulis mendapatkan beberapa point penting pada penulisan
kali ini. Hal tersebut diantaranya adalah :
a. Penataan ruang luar pada dasarnya merupakan pemanfaatan ruang
hidup yang ada pada site, untuk diolah sedemikian rupa, untuk
dikembangkan segala potensinya, sehingga menjadi ruang yang
berfungsi dengan baik.
b. Dalam penataan ruang tersebut harus dipertimbangkan segala faktor,
baik fisik maupun non-fisik, agar tercipta sebuah penataan ruang luar
yang baik dan benar.
c. Dalam pengolahannya, dibutuhkan beberapa elemen-elemen
pendukung yang difungsikan sebagai penambah kesempurnaan
maupun kelengkapan yang ada pada penataan ruang luar.
5.2 Saran
a. Bagi Penelitian
Agar fasilitas yang tersedia dalam objek penelitian, dalam hal ini
Islamic Center Bekasi, dimaksimalkan. Diantara fasilitas yang perlu
dimaksimalkan adalah areal parkir.
b. Bagi Peneliti
Agar peneliti lebih tajam dalam menganalisa suatu permasalahan
dalam hal ini mengenai penataan ruang luar.
c. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat memanfaatkan fasilitas yang ada dan tidak
menyalah-fungsikan fasilitas tersebut, seperti berjualan pada areal
pedestrian.
_____________________________________________Penulisan Ilmiah 49