(Disusun Guna Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Psikologi Industri Kelas A)
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
B. Jenis-Jenis Stres
Jenis-jenis stress kerja dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu:
1) Eustres adalah hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Stress yang dapat
meningkatkan motivasi karyawan. Ketika tubuh mampu menggunakan
stress yang dialami untuk melewati hambatan dan meningkatkan
performa, stress tersebut akan bernilai positif, sehat dan menantang.
Contohnya yaitu mengerjakan proyek besar secara sungguh-sungguh
2) Distress yaitu hasil dari respons terhadap stress yang bersifat tidak
membangun, tidak sehat, negative, dan desruktif (bersifat merusak).
Stres yang dapat menghancurkan produktivitas karyawan. Ketika ada
orang yang mengalami distress maka orang tersebut akan lebih
cenderung bersikap secara berlebihan, bingung dan tidak dapat
berperforma secara maksimal. Contohnya yaitu tekanan yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas (Massie dkk, 2018).
E. Frustasi Kerja
Menurut Purwanto (2007), Frustasi adalah keadaan batin
seseorang, ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas
karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi. Sedangkan
menurut ilmu kesehatan mental seseorang yang mengalami suatu keadaan,
di mana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa
tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami satu barrier atau halangan
dalam usahanya mencapai satu tujuan maka orang tersebut mengalami
frustasi [ CITATION Kar001 \l 2057 ]. Keadaan tersebut bisa menimbulkan
respon positif atau juga bisa menimbulkan respon negatif.
1) Faktor Penyebab Frustasi
Menurut Semiun (2006), terdapat dua faktor peyebab
frustasi, yakni frustasi dari dalam (faktor internal) dan faktor
penyebab frustasi dari luar (faktor eksternal), yaitu :
a) Faktor Internal
- Kekurangan diri sendiri, yakni kurangnya rasa percaya diri
atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi
pencapaian tujuan. Misalnya seorang karyawan yang takut
apabila pekerjaan yang dilakukannya salah dan ditegur
oleh atasannya.
- Konflik, yakni adanya sebuah permasalahan seseorang
dengan sesame pekerja yang lain sehingga timbul
perpecahan dalam suatu pekerjaan dimana dpat
menimbulkan frustasi saat seseorang mempunyai beberapa
tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Misalnya
saat dua karyawan memiliki pekerjaan yang sama dan
ditugaskan untuk menyelesaikaya bersama, mereka
berbeda pandangan untuk menyelesaikan tujuan yangsama
tersebut, sehingga timbul konflik diantaranya yang dapat
menyebabkan frustasi diantara keduanya.
b) Faktor eksternal
- Adat kebiasaan atau peraturan-peraturan masyarakat yang
membendung kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-
keinginan individu. Contohnya yakni ketika seorang
karyawan membutuhkan istirahat yang cukup, tiba-tiba ada
sebuah jadwal yang yang mengharuskan ia untuk kerja
lembur.
- Hal-hal yang mengganggu, lebih-lebih yang berhubungan
dengan kepentingan-kepentingan dan cara-cara hidup
individu yang sudah biasa. Contohnya seorang karyawan
baru yang harus menghormati karyawan senior dengan
membantu segala pekerjaan darikaryawan yang lebih
senior tersebut, dimana ia mengalami beban kerja yang
berlebih ketika menyelesaikan tugas seniornya tersebut.
- Kondisi-kondisi sosio-ekonomis yang menghalangi
pemenuhan kebutuhan dasar jasmaniah individu.
Contohnya seorang buruh terus bekerja saat ia tahu
fisiknya lelah, akan tetapi karena kondisi ekonominya yang
kurang, ia tetap harus bekerja.
2) Ciri-ciri Frustasi
3) Jenis Frustasi
a. Frustasi pribadi yaitu frustasi yang tumbuh dari ketidakpuasan
seseorang dalam mencapai tujuan, bisa juga akibat dari
kekurangan (insuffisiensi) seseorang, bisa juga diakibatkan
karena adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan
tingkatan kemampuannya. Misalnya: intelegensi yang rendah,
kekurangan kekuatan jasmani, atau kekurangan (handicap)
aspek aspek yang lain.
b. Frustasi lingkungan adalah frustasi yang disebabkan halangan
atau rintangan yang terdapat dalam lingkungannya, seperti:
kekurangan uang, kekangan fisik (misalnya seseorang
dipenjara di Lembaga Permasyarakatan-LP)
4) Reaksi Frustasi
Frustasi dapat mengakibatkan berbagai bentuk tingkah laku
reaktif. Misalnya seseorang dapat mengamuk dan mencelakai
orang lain, merusak barang, atau menyebabkan disorganisasi pada
struktur kepribadian sendiri. Namun, frustasi juga dapat
memunculkan titik perjuangan dan usaha baru serta dapat
menciptakan bentuk-bentuk adaptasi baru dan pola pemuasan
kebutuhan yang baru sehingga terjadilah bentuk perkembangan
hidup baru. Jadi, frustasi dapat menimbulkan situasi yang
menguntungkan kehidupan batin seseorang yang positif, tapi juga
dapat menjadi situasi yang merusak atau negatif, sehingga
mengakibatkan timbulnya macam-macam bentuk gangguan mental
(Kartono, 2000). Berikut bentuk reaksi frustasi yang positif, antara
lain :
a. Mobilisasi dan Penambahan Kegiatan
Menurut Ardani (2008), dalam penambahan aktivitas misalnya
ketika seseorang mengalami suatu hambatan dalam sebuah
tujuan yang ingin ia capai, maka terdapat suatu rangsangan
untuk memperbesar atau menambah energi, potensi, kapasitas,
sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua
kesulitan. Frustasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus
untuk mobilisir segenap energi dan tenaga hingga mampu
menyelesaikan setiap rintangan.
b. Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Besinnung ialah berfikir secara mendalam dengan wawasan
yang tajam dan jernih, serta menggunakan akal budi dan
kebijaksanaan, hingga tersusun reorganisasi dan aktivitas
aktivitasnya [ CITATION Kar001 \l 2057 ]. Contohnya yakni
ketika seseorang mengalami frustasi akibat kegagalannya
dalam mencapai target atau tujuannya, ia justru tidak terpuruk
dalam kesalahan itu melainkan menganalisis kembali kesalahan
apa yang telah ia lakukan dan memikirkan untuk melakukan
perubahan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali.
c. Resignation (tawakal dan pasrah pada Tuhan).
Resignation atau tawakal dan pastrah kepada tuhan yakni
menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap
rasional dan ilmiah. Sikap ilmiah itu antara lain mampu
melakukan koreksi terhadap kelemahan sendiri, bersikap
terbuka, sanggup menerima kritik dan saran-saran, berani
mengakui kesalahan sendiri, menghayati hukum kausalitas atau
hukum sebab-musabab dari setiap peristiwa, responsif dan
sensitif terhadap kejadian-kejadian di luar dirinya, jujur, serta
obyektif. Dengan tabah dan ulet seseorang terus bekerja dan
mengusahakan keseimbangan, ketenangan batin, kepuasan,
tanpa mengalami banyak konflik-konflik batin yang serius
(Kartono, 2000; Ardani, 2008).
d. Membuat Dinamika Nyata Suatu Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa menjadi lenyap dengan sendirinya,
karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak
sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi
(Ardani, 2008). Kebutuhan tersebut dipastikan sudah tidak
sesuai, tidak berharga lagi, bahkan dianggap salah tempat,
salah waktu dan tidak berguna. Tidak sesuai dalam artian
sejajar dengan membuat kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi
dinamis-riil [ CITATION Kar001 \l 2057 ]. Misalnya: seseorang
yang punya keinginan pergi ke suatu tempat, tiba-tiba menilai
keinginannya itu tidak bermanfaat lagi, karena sudah tidak
ingin pergi kesana.
e. Kompensasi atau Subtitusi dari Tujuan
Menurut Ardani (2008) kompensasi adalah usaha untuk
mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi
sukses dalam bidang lainnya. Dengan kompensasi ini akan
hilang segala stres dan ketegangan batin, lalu orang menjadi
senang dan seimbang kembali. Perasaan rendah diri dan
perasaan kalah yang menyakitkan hati disebabkan oleh
kelemahan, kegagalan dan cacat badan sendiri, diusahakan
mengimbangi atau menghilangkannya dengan bekerja lebih
giat, atau dengan jalan mencapai suatu prestasi dan kecakapan
khusus di bidang lain. Lalu dihidupkan satu spirit perjuangan
baru yang agresif, penuh optimisme dan tidak kenal menyerah
(Kartono, 2000).
f. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu usaha untuk mengganti kecenderungan
egoistik, nafsu seks animalistik, dorongan-dorongan biologis
primitif dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk
tingkah laku terpuji yang bisa diterima masyarakat. Misalnya
terhambatnya nafsu seks disalurkan dalam bidang seni atau
olahraga dan lain-lain (Ardani, 2008; Kartono, 2000).
Sedangkan bentuk reaksi frustasi yang negatif, antara lain:
a. Agresi
Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, melakukan
serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar karena
seseorang mengalami kegagalan (Ardani, 2008; Kartono,
2000). Agresi dapat mengganggu fungsi intelegensi, sehingga
harga diri seseorang yang mengalami kemarahan yang meluap-
luap bisa merosot atau rendah, prilaku ini bisa menyebabkan
timbulnya penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
(Kartono, 2000).
b. Regresi
Regresi adalah perilaku yang kembali ketingkat sebelumnya
atau (mundur) yang meyebabkan seseorang dalam
menghilangkan kekecewaan, kegagalan, kesukaran dan
kesusahannya itu menimbulkan perilaku yang kembali kepada
pola yang kekanak-kanakan[ CITATION Sit05 \l 2057 ].
Misalnya seorang karyawan yang habis diberi teguran oleh
atasannya kemudian menangis tersedu-sedu agar mendapakan
perhatian dari rekan-rekan kerjanya. Reaksi tersebut
disebabkan oleh rasa kebimbangan, rasa dongkol, rasa tidak
mampu, lalu ia ingin dihibur dan ditolong, agar bisa keluar dari
kesulitanya. Tingkah laku tersebut mungkin bisa menimbulkan
respon simpati dari orang lain terhadap dirinya (Kartono,
2000).
c. Fiksasi (pembatasan)
Fiksasi adalah suatu usaha untuk menghilangkan kekecewaan
dengan membatasi tingkah laku tertentu, yang khas, yang
memberi keamanan [ CITATION Sit05 \l 2057 ]. Contohnya
yakni ketika seorang pekerja mengalami masa sulit dan
kegagalan dalam melaksanakan tugasnya, ia justru menyakiti
dirinya sendiri dengan menggedor-gedorkan kepalanya ke
meja kerja.
d. Proyeksi (Projection)
Proyeksi merupakan cara untuk mempertahankan diri dengan
melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri
yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan
menuduhkannya kepada orang lain, dengan kata lain
menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya atau
kegagalannya sendiri yang tidak baik (Baihaqi, 2005).
Contohnya yakni seorang pekerja yang baru saja di marahi
oleh atasannya melihat temannya mendapatkan reward. Hal ini
membuat pekerja tersebut iri, sehingga ia menyebarkan gossip
tentangrekannya tersebut ke rekan-rekan kerja yang lain
sehingga menimbulkan citra yang buruk pada pekerja yang
mendapat reward tersebut.
e. Autisme
Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total dan
tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar. Contohnya
yaitu seorang karyawan yang terus merasa terbebani akibat
pekerjaannya yang begitu menumpuk serta kegagalan-
kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaannya membuat ia
tidak peduli dengan lingkungan kerjanya beserta orang-orang
atau rekan kerjanya yang dapat membantu karyawan
tersebutdalam menyelesaikan tugasnya dengan benar.
f. Rasionalisme
Rasionalisme adalah cara menolong diri sendiri secara tidak
wajar atau cara pembenaran diri sendiri dengan membuat
sesuatu yang tidak rasional serta tidak menyenangkan menjadi
sesuatu yang rasional dan menyenangkan bagi dirinya sendiri.
Sebagai contoh seseorang yang mengalami kegagalan biasanya
ia mencari sebab musababnya pada orang lain, serta
menganggap dirinya paling benar sedang orang lain
dijadikannya penyebab dari kegagalannya. Ia tidak mau
mengakui kesalahan dan kekurangan dirinya sendiri dan selalu
berusaha membela dirinya sendiri karena ia ingin segala
perbuatan dan alasannya dibenarkan oleh fikiran akal/orang
lain (Kartono, 2000).
g. Teknik Anggur Asam
Teknik anggur asam adalah pola yang berusaha memberikan
atribut yang negatif atau jelek pada tujuan yang tidak bisa ia
capai atau usaha untuk menghilangkan kekecewaannya dengan
cara memberi sifat jelek pada apa yang tidak dapat ia capai.
Misalnya: seseorang yang gagal dalam ujian mengatakan
bahwa ujiannya itu tidak sesuai dengan yang ia pelajari atau
yang diajarkan (Kartono, 2000; Ardani, 2008).
h. Teknik Anggur Manis
Teknik anggur manis adalah suatu usaha untuk menghilangkan
kekecewaannya dengan jalan memberikan sifat-sifat yang
berlebih-lebihan terhadap apa yang kurang itu (Sundari, 2005).
Sebagai contoh seseorang yang mempunyai hidung yang
bengkok lalu ia mengatakan bahwa hidung bengkok
sebenarnya adalah keturunan bangsawan.
i. Identifikasi
Identifikasi merupakan usaha untuk menyamakan atau meniru
diri sendiri dengan orang lain yang dianggapnya sukses dalam
hidupnya. Misalnya orang akan puas dan bahagia apabila
orang yang dianggapnya sukses itu mendapat kesuksesan
sehingga orang tersebut ikut senang, begitu pun sebaliknya
apabila orang tersebut mengalami kekalahan ia akan
merasakan sedih, seolah-olah ia ikut mengalami dan
merasakannya.
j. Narsisme
Narsisme merupakan perasaan superior, merasa dirinya
penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan
berlebih-lebihan. Misalnya seorang karyawan yang merasa
dirinya paling baik dan paling bagus pekerjaannya
dibandingkan rekan kerjanya yang lain.