Anda di halaman 1dari 13

Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberkati saya atas selesainya karya tulis mengenai “Munculnya fenomena
HOAX di Media”.  Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Rizsky Alla
Saputra selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Cputra yang
telah memberikan tugas ini kepada saya.  Saya berharap arya ilmiah ini dapat
berguna bagi semua orang yang membaca dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai fenomena HOAX yang beterbaran di media
maupun Internet dan cara utnuk terhindar dari HOAX. Saya juga menyadari
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
karya ilmiah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga karya ilmiah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya, saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Surabya, 04 Maret 2019

Elvira
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Masyarakat Indonesia saat ini sangat menyukai untuk berbagi
informasi. Dibarengi dengan perkembangan Teknologi digital yang sangat
pesat dan dapat mencangkup semua kalangan masyarakat baik muda
maupun tua, laki-laki dan perempuan. Menurut DS Annual Start Up
Report sebnayak 281,9 juta orang memakai ponsel di Indonesia. Dengan
begitu, tentunya terdapat beberapa perubahan dari perilaku orang
Indonesia salah satunya adalah dalam media berkomunikasi. Seiring
berjalannya waktu, media Informasi yang digunakan sudah beralih
menjadi yang lebih canggih seperti banyak perusahaan koran yang
meluncurkan web sebagai media penyalur berita, Line Today, dll.
Tentunya, hal tersebut berdampak pada kecepatan penyebaran Informasi di
Indonesia. Media sosial pengirim pesan (aplikasi chat) menjadi hal utama
yang wajib dimiliki oleh orang Indonesia. Namun, hal tersebut
menimbulkan suatu hal yang dapat memicu konflik karena informasi benar
dan salah menjadi campur aduk tidak dapat dibedakan.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi banyak
dimanfaatkan oleh orang-orang untuk kepentingan pribadi. Salah satunya
yaitu dengan menyebar berita yang tidak benar atau HOAX. Jauh sebelum
kata “hoax” itu sendiri berkembang dan “viral”,kita sering menemukan
penggunaan kata isu untuk berita – berita yang sebenarnya masih
diragukan kebenarannya. Kata isu juga dikaitkan dengan kata gosip yang
sebenarnya makna artinya tidak sama atau berbeda. Namun, hanya saja
pada waktu ini penggunaan kata hoax itu sendiri lebih populer dan
dimengerti dikalangan masyarakat kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu HOAX dan pendapat saya mengenai HOAX ?
2. Apa ciri-ciri HOAX ?
3. Bagaimana cara terhindar dari HOAX ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Mengetahui tentang HOAX
2. Mengetahui ciri-ciri berita HOAX
3. Mengetahui cara terhindar dari HOAX
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari HOAX

1.4 Manfaat penuliusan


1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai berita HOAX
2. Memberikan informasi kepada pembaca agar bisa terhindar dari berita
HOAX yang tersebar luas
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian HOAX


Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita
tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai
rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual”
sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake News
sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja
menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan
sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga
tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai
serangkaian fakta. Akan tetapi, ada juga hoax yang sengaja dibuat untuk
membuat cara berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena tertipu berita
atau opini hoax. Anggota Komisi I DPR Sukamta menilai munculnya
fenomena berita bohong atau hoax bermula dari keisengan beberapa
netizen. Kemudian memuncak pada Pemilihan Kepala Daerah 2012.
"Puncaknya terjadi saat Pilkada 2012 dan Pilpres 2014. Itu terus
sampai sekarang," ujar Sukamta dalam diskusi bertajuk 'Media
Sosial, Hoax dan Kita' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu
(7/1/2017).Saat itu banyak menggunakan media sosial untuk
berkampanye. Bahkan informasi hoax dibuat dengan sengaja oleh
pihak tertentu .

Jika sebelumnya hoax – hoax ini disebar luaskan lewat sms


ataupun email dengan banyak, maka hoax sekarang ini lebih banyak
beredar di dalam sosial media seperti Instagram, facebook, Twitter, Path,
Whatsapp, Line serta blog – blog tertentu. Maka dari itu dibutuhkan kehati
– hatian dalam menerima suatu berita atau opini. CNN Indonesia
menyebutkan bahwa dalam data yang dipaparkan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika menyebutkan ada sebanyak 800 ribu situs di
Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran
kebencian (hate speech) (Pratama, 2016). Kemkominfo juga selama tahun
2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasar pada 10 kelompok.
Kesepuluh kelompok tersebut di antaranya mengandung unsur pornografi,
SARA, penipuan/dagang ilegal, narkoba, perjudian, radikalisme,
kekerasan, anak, keamanan internet, dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Dari jumlah itu, paling banyak yaitu unsur pornografi (Jamaludin, 2016).
Menurut pendapat saya sendiri, hoax sering kali membuat resah
masyarakat dimana banyak masyarakat yang masih mempercayai hoax dan
tidak bisa memilah mana berita bohong dan tidak benar. Orang lebih
cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap
yang dimiliki. Disamping itu, kurangnya edukasi dan minimnya akan
minat baca masyarakat Indonesia membuat hoax gampang sekali
menjamur. Demikian pula hoax yang sering sekali membuat judul
clickbait dimana hal tersebut selalu memicu pembaca untuk emosi tanpa
mau membaca isi bacaan berita membuat berita yang benar seolah-olah
menjadi tidak benar dan berita salah menjadi benar. Apalagi, dimasa
politik sekarang banya sekali orang yang memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok. Dimana hal tersebut berdampak
pada Negara dan masyarakat Indonesia salah satu dampak yang
ditimbulkan adalah memecah masyarakat Indonesia menjadi beberapa
kubu. Peran pemerintah sangat dibutuhkan disini karena pemerintah
mampu menghimbau masyarakat dengan cakupan yang luas dan
memperketat UU untuk penyebar berita hoax. Selain itu, dukungan dari
media sosial dan masyarakat juga sangat penting salah satunya yaitu selalu
mencari tahu sumber berita yang sudah valid dan terverifikasi untuk
membaca berita.

2.2 Ciri-ciri HOAX


Tentunya Hoax dimedia sosial mempunyai beberapa ciri yang bisa
dilihat. Sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui ciri-ciri dari
berita Hoax karena nantinya masyarakat akan tahu dan tidak gampang
untuk terpancing jika membaca berita Hoax. Menurut pengamat media
sosial dari Forum Keamanan Informasi, Liza Darmawan Lumy, ada 7 ciri
hoaks di media sosial. Diantaranya :

1. Tidak Lengkap & Tanpa Link

Ciri hoax di media sosial yang pertama adalah informasi hanya


sepotong, namun menonjolkan daya tarik bagi siapa pun yang sekilas
membaca atau melihatnya. Tidak ada keterangan waktu, nama
pembuat atau kontak, tidak ada info tautan yang terpercaya. Kalaupun
ada tautan (link), umumnya menyaru dengan menggunakan nama
terkenal, seperti tokoh atau merek yang banyak orang kenal atau
pakai.

2. Tautan Palsu & Aneh

Ciri hoax di media sosial yang kedua adalah ada tautan palsu
atau link yang aneh. Biasanya, ada di alamat URL maupun di konten
website yang dituju yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang
asli. Masyarakat diimbau tidak mengeklik sama sekali link itu karena
kerap bisa menjadi “triger” browser yang sudah disusupi malware.

3. Bahasa & Gambar

Ciri ketiga, hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan gambar


sederhana agar mudah menyebar lewat media-media sosial, group
chat, dan lain-lain. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang
tengah ramai di kalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga
membuatnya sangat mudah memancing orang untuk membagikannya
(share).

4. Data Palsu
Agar lebih meyakinkan, hoax sering dilengkapi dengan data
statistik dan angka palsu, nama dan alamat palsu, tautan yang juga
palsu.

5. Logika Tak Serasi

Ciri kelima, hoax biasanya ditunjukkan dengan logika yang


tidak serasi misalnya ketika judul, gambar, atau keterangan tidak
mendukung konten atau tidak terkait antara satu dengan yang lainnya.

6. Konten Umum

Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya terkait


dengan golongan banyak orang, khalayak banyak, masalah yang
umumnya semua orang punya, supaya cukup sekali menyebar akan
terus mudah bergulir. Konten-konten tersebut seperti kesehatan,
agama, politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan
berhadiah, peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan umum yang banyak
dipakai seperti ‘mama minta pulsa’ atau ‘bapak kirim paket’.

7. Kalimat Persuasif

Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat persuasif untuk


melakukan satu tindakan sederhana.

2.3 Strategi agar terhindar dari Hoax


Orang cenderung membangun sebuah perspektif melalui struktur
pengetahuan yang sudah terkonstruksi dalam kemampuan menggunakan
informasi (Pooter, 2011). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
masyarakat Indonesia bisa terhindar dari berita hoax. Masyarakat
Indonesia harus jeli dan dibudayakan untuk membaca isi berita terlebih
dahulu. Selain itu, hal yang bisa dilakukan adalah mengedukasi
masyarakat dengan cara Komunikasi. Hal dilakukan pemerintah, melalui
Kominfo, dengan berbagai pihak dari luar seperti Facebook dan Google.
Kerja sama dilakukan untuk menyaring konten dan beragam informasi.
Dalam melawan hoax dan mencegah meluasnya dampak negatif hoax,
pemerintah pada dasarnya telah memiliki payung hukum yang memadai.
Pasal 28 ayat 1 dan 2 UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, Pasal 14 dan 15
UU No. 1 tahun 1946, Pasal 311 dan 378 KUHP, serta UU No. 40 tahun
2008 tentang Penghapusan Diskiriminasi Ras dan Etnis merupakan
beberapa produk hukum yang dapat digunakan untuk memerangi
penyebaran hoax. Selain produk hukum, pemerintah juga sedang
menggulirkan kembali wacana pembentukan Badan Siber Nasional yang 
dapat menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran informasi yang
menyesatkan, selain memanfaatkan program Internetsehat dan
Trust+Positif yang selama ini menjalankan fungsi sensor dan pemblokiran
situs atau website yang ditengarai memiliki materi negatif yang
bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Kedua yaitu dengan program internet sehat dan aman. Munculnya
gerakan literasi media khususnya internet sehat merupakan salah satu
wujud kepedulian masyarakat terhadap dampak buruk media internet.
Perkembangan internet selain memberikan dampak positif pada kehidupan
manusia juga memiliki dampak negatif. Beberapa dampak negatif tersebut
diantaranya adalah mengurangi tingkat privasi individu, dapat
meningkatkan kecenderungan potensi kriminal, dapat menyebabkan
overload-nya informasi, dan masih banyak lagi (Sholihuddin, n.d.). tujuan
dari internet sehat dan aman adalah untuk memberikan pendidikan kepada
pengguna internet untuk menganalisis pesan yang disampaikan,
mempertimbangkan tujuan komersil dan politik dibalik citra atau pesan di
internet dan meneliti siapa yang bertanggungjawab atas pesan yang
diimplikasikan itu.
Yang ketiga adalah perubahan pola. Hal serupa diungkapkan
pengamat media sosial, Nukman Luthfie. Menurut dia, pada era saat
masyarakat sulit membedakan informasi yang benar dan salah, hal
terpenting adalah meningkatkan literasi media dan literasi media sosial.
Literasi media adalah seperangkat kecakapan yang berguna dalam proses
mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam
beragam bentuk. Literasi media digunakan sebagai model instruksional
berbasis eksplorasi sehingga setiap individu dapat dengan lebih kritis
menanggapi apa yang mereka lihat, dengar, dan baca.

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
1. Kecanggihan teknologi digital membuat berita hoax gampang
menyebar dikalangan masyarakat.
2. Melalui UU Pemerintah mampu untuk mengendalikan jumlah
berita hoax yang tersebar di Internet bagi penyebar hoax.
3. Semakin besar pengguna internet, maka akan semakin banyak
pula pengguna mendapatkan dan menyebarkan berita hoax.
4. Rendahnya minat baca masyarakat menyebabkan hoax mudah
untuk dipercayai.

3.2 Saran
1. Masyakat harus bijak dalam memilih berita yang ingin dibaca.
Jika judul berita provokatif, hendaknya diabaikan.
2. Edukasi masyarakat sangat penting untuk mengetahui
penggunaan internet sehat sehingga dapat mengenali ciri-ciri
hoax dan pembaca dapat mendapatkan berita yang benar
terjadi.
3. Pemerintah bisa mencegah penyebaran berita hoax melalui
sanksi yang tercatat dalam UU. Namun, hal ini belum
membuat para pembuat hoax jera.
Daftar pustaka

https://www.bnpt.go.id/ini-ciri-ciri-hoax-menurut-ketua-dewan-
pers.html

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/2546/kesa
ntunan-berbahasa-dan-berita-hoaks-jadi-perhatian

http://romeltea.com/pengertian-hoax-dan-ciri-cirinya/
Setiawan, A. B. (2012). Penanggulangan Dampak
Negatif Akses Internet Di Pondok Pesantren Melalui
Program Internet Sehat Overcoming Negative Impact of
Internet Access in Pondok Pesantren Through Healhty
Internet Program.

https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong

https://www.merdeka.com/teknologi/773-ribu-situs-
diblokir-kemkominfo-setahun-pornografi-paling-
banyak.html

Daftar isi

Kata Pengantar ………………………………

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………


Rumusan masalah …………………………………

Tujuan penulisan …………………………………

Manfaat penulisan …………………………………

BAB II PEMBABHASAN

2.1 Pengertian Hoax …………………………………

2.2 ciri-ciri Hoax …………………………………

2.3 Strategi agar terhindar dari Hoax…………………

BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan …………………………………

Saran …………………………………

Bahasas Indonesia

Munculnya Fenomana HOAX


Elvira

Dosen pengampu :

Universitas Ciputra

2019

Anda mungkin juga menyukai