PENDAHULUAN
olahan yang berbahan dasar susu sehingga mendorong produsen susu untuk terus
Penanganan serta pengolahan susu yang tepat akan memberikan nilai tambah
yang optimal bagi para pemilik kepentingan yang terkait dengan konsumen susu.
Komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral,
laktosa serta enzim – enzim dan beberapa jenis mikroba yang bermanfaat bagi
Produk – produk olahan susu yang sudah dikenal dalam industri pengolahan
susu antara lain susu fermentasi, mentega, susu pasteurisasi atau sterilisasi, es krim,
karamel atau kembang gula, dan tahu susu. Namun, di sisi lain juga menimbulkan
kekhawatiran baru dalam peningkatan volume limbah yang dihasilkan. Volume air
limbah pabrik susu di Indonesia, rata – rata menghasilkan limbah dengan volume
sebesar 2 liter/kg produk susu. Limbah dalam industri pengolahan susu menghasilkan
limbah padatan dan limbah cair. Limbah padatan merupakan sisa saringan, sisa
kemasan, serta padatan saat pencucian, sedangkan limbah cair umumnya merupakan
sisa – sisa susu yang tumpah selama proses produksi berlangsung, limbah cair
industri susu mempunyai karakeristik khas yaitu lebih rentan terhadap bakteri
pengurai sehingga harus segera diolah terlebih dahulu agar tidak terjadi pembusukan
Industri susu tidak luput dari masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair
yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khusus, yaitu kerentanannya
terhadap bakteri. Limbah tersebut sangat mudah mengalami proses pembusukan dan
apabila tidak segera didaur ulang akan sangat membahayakan terhadap lingkungan
sekitar industri.
Limbah terdiri dari susu penuh dan olah, whey dari produksi keju, dan air
yang tinggi dan bahan tersuspensi yang rendah. BOD dari susu penuh sekitar
100.000 mg/l.
limbah hasil produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut dalam
kolam penampungan. Pengolahan limbah ini akan menghasilkan lumpur susu yang
anggur, berbentuk bulat, tidak motil, tidak membentuk spora dan tersusun dalam
kelompok-kelompok tidak teratur, mudah tumbuh pada berbagai media pembenihan.
Pada pembenihan Staphylococcus aureus berwarna kuning emas, selain itu bakteri ini
bersifat anaerob, meragikan glukosa, tidak meragikan manitol, koagulasi negatif dan
pada media agar darah tidak mengalami hemolisis (Jawetz dkk., 1986). S. aureus
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan mual, muntah, dan diare dan kasus
berukuran 0,4-0,7 µm, bersifat anaerobik fakultatif dan mempunyai flagella peritrikal.
Bakteri ini banyak ditemukan di dalam usus manusia sebagai flora normal
(Jawetz dkk., 2001). E. coli yang patogen tersebut dapat mengakibatkan gangguan
µm x 2-3 µm dan tidak berflagel, tidak membentuk spora, bila ditanam pada media
agar tampak koloni yang konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh.
Shigella merupakan bakteri dengan habitat alamiah usus besar manusia. Disentri
basiler atau Shigellosis adalah infeksi usus akut yang disebabkan oleh Shigella
arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh sebagai anaerob yang berbentuk batang,
Gram negatif, bergerak dengan flagel polar, tidak berkapsul, berukuran 0,8-1,2 µm,
tidak memfermentasi laktosa, tumbuh baik pada 37°C-42°C (Jawetz dkk., 2001).
oksidasi
aktif.
masih tersisa.
memenuhi kualitas baku mutu air buangan golongan III sehingga air
dkk., 2002).
dalam bentuk trap, dan limbah olahan yang terdapat pada lagoon
secara flushing.
III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Prescott, et al. 2008. Microbiology 7th edition. McGraw-Hill Book Company. USA.
Vahdani, M., Azimi, L., Asghari, B., Bazmi, F., and Rastegar, L. A. 2012.
Phenotypic Screening of Extended-Spectrum β-Lactamase and Metallo-β-
Lactamase in Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa From Infected
Burns. Annals of Burns and Fire Disasters. 25(2): 78-81.
Wagini, R., Karyono, Agus, S. B. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Susu.
Jurnal Manusia dan Lingkungan. 9(1): 23-31.