LAPORAN PENDAHULUAN
DOSEN PEMBIMBING :
SISUSUN OLEH :
TIFANNY RAHMALYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keseimbangan cairan tubuh pasien dan menentukan tingkat dehidrasi pasien. Jika
masalah keseimbangan cairan pada pasien gagal ginjal kronis tidak diatasi maka pada
akhirnya pasien akan mengalami edema, kerusakan ginjal hingga berujung kematian.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang review anatomi fisiologi
2. Mengetahui tentang dasar konsep penyakit
a. Mengetahui tentang defenisi gagal ginjal kronis
b. Mengetahui tentang penyebab gagal ginjal kronis
c. Mengetahui tentang manifestasi gagal ginjal kronis
d. Mengetahui tentang stadium gagal ginjal kronis
e. Mengetahui tentang penatalaksanaan gagal ginjal kronis
f. Mengetahui tentang komplikasi gagal ginjal kronis
3. Mengetahui tentang patofisiologi dan WEB OF CAUTION
4. Mengetahui tentang kondisi gawat darurat dan komplikasi kritis yang
terjadi
5. Mengetahui konsep asuhan keperawatan kritis
C. Manfaat Penulisan
Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan masukkan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan kesehatan khususnya pada pasien gagal ginjal kronik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut
dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di
sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam
urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012). Menurut Sherwood
(2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
. Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah
pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah
ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut
merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang
ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar
cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan
plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak
difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan
dieksresi (Sherwood, 2011).
6
2. Penyebab
Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
b. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna,
Stenosis arteria renalis
d. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif
e. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginja.
f. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
g. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
h. Nefropati obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur uretra,
anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra)
7
3. Menifestasi klinis
Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare (2001) dapat
dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
a. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction
rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis,
disritmia, kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
b. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit
abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena
pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
c. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan
liat,nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
d. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa
kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap,
parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran
gastrointestinal.
e. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai
kaki (foot drop).
f. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai
kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, tidak mampu berkonsentrasi,
perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
g. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler, impotensi,
penurunan libido, kemandulan
h. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas trombosit, masa
pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan perdarahan.
i. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit, peningkatan
resiko infeksi.
j. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria,
proteinuria, nocturia, aliguria.
8
% . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah,
tekanan darah akan naik, aktifitas penderita mulai terganggu.
3) Stadium III
Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul karena 90%
dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron yang utuh, Nilai GFR
nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml/menit atau kurang, uremia akan meningkat dengan mencolok dan kemih
isoosmosis. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis
caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus
meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal, kompleks
perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh, dengan pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
b. Sedangkan tahap cronic kidney disease (CKD) menurut Kidney.org/professionals
dan kidney.uk (2007) adalah :
1) Tahap I : kerusakan ginjal dengan GFR normal arau meningkat, GFR > 90
ml/menit/1,73 m.
2) Tahap II : penurunan GFR ringan, GFR 60-89 ml/menit/1,73 m.
3) Tahap III : penurunan GFR sedang yaitu 30-59 ml/menit/1,73 m.
4) Tahap IV : penurunan GFR berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m.
5) Tahap V : gagal ginjal dengan GFR < 15 ml/menit/1,73 m.
5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan
Bare (2001) yaitu :
a. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
1) Hipertensi diberikan antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet), Propanolol
(Inderal), Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta Blocker, Prazonin
(Minipress), Metrapolol Tartrate (Lopressor).
10
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001) yaitu :
a. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiostensin-aldosteron
11
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.
C. Patofisiologi
Patofisiologi ginjal dapat dijelaskan dengan hipotesis bricker atau hipotesis nefron
yang utuh. Bila nefron terserang penyakit , maka seluruh unit nya akan hancur . sisa
nefron yang masih utuh tetap berjalan normal. Kekurangan nefron akan mengalami
uremia sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan eletrolit. Adaptasi yang
dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit hipertrofi dan peningkatan kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi
setiap nefron terlalu tinggi sehingga keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat dipertahankan. Beban zat terlarut
yang meningkat akan menyebakan hilangnya kemapuan memekatkan atau
mengencerkan urin secara progresif (price dan wilson, 2006). Pada waktu terjadi
kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri
dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368).
12
nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan
tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk
pada malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur,
kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan
khusussnya ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental,
contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas,
takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.
e. Pengkajian fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
14
5) Kepala
a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : pernapasan cuping hidung
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction
rub pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada.
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsobsi natrium.
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus.
15
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya
kurang dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) Gula darah acak (GDA), pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi
hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat
menurun, PaCO2 menurun.
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan)
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino
esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan
urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter dan retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan
seljaringan untuk diagnosis hostologis.
16
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan Bare
(2001) adalah
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
1) Tujuan: kelebihan cairan/edema tidak adekuat.
2) Kriteria hasil:
a) Pembatasan diet dan cairan
b) Turgor kulit normal tanpa edema
c) TTV normal
3) Intervensi:
a) Kaji status cairan
(1) Timbang berat badan harian
(2) Keseimbangan masukan dan haluaran
(3) Turgor kulit dan adanya edema
(4) Tekanan darah, denyut dan irama nadi
17
c) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai dengan indikasi.
d) Kolaborasi pemberin O2
e) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
d. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan curah jantung dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan
vasikuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, kondsisi jantung
(ketidakseimbangan elektrolit).
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung
dapat dipertahankan
2) Kriteria hasil:
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Akral hangat
c) Nilai laboratorium dalam batas normal
3) Intervensi :
a) Selidiki keluhan nyeri dada:
b) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokas dan beratnya.
c) Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema perifer atau
kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan darah, perhatikan
postural misalnya: duduk, berbaring dan berdiri.
d) Evaluasi bunyi jantung
e) Kaji aktivitas dan respon terhadap aktivitas.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, dan prosedur analisis.
1) Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
2) Kriteria hasil :
a) Berpartisipasi dalam meningkatkan aktivitas dan latihan
b) Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
c) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
3) Intervensi :
a) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
(1) Anemia
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah penulis membahas secara keseluruhan dari uraian mengenai asuhan
keperawatan dengan gagal ginjal kronis, serta membahas permasalahan yang ada,
penulis dapat mengambil kesimpulan:
Penyakit ginjal kronik ( Chronic Kidney Disease ) adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan uremia
(Smeltzer&Bare, 2002).
2. Saran
a. Bagi penderita gagal ginjal kronis
Disarankan kepada penderita gagal ginjal kronis supaya menjaga pola makan
seperti mengurangi makan makanan yang tinggi garam dan banyak minum ,
kemudian perbanyak istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2006. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 2. Jakarta ;EGC
O,callaghan,C.2009. Sains Dasar Ginjal Dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal Edisi
Ke 2. Jakarta : Erlangga
Price,S & Wilson L, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi
6.EGC:Jakarta
Riskesdas. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Ri Diabetes Melitus ,
Jakarta http://www.litbang.depkes.og.id/sites/doenload/rkd2013/laporanriskesdas2013.
PDF.
Smeltzer, C.S dan B.G Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedal Edisi 8. Jakarta. EGC.
Smeltzer, C.S dan B.G Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedal Edisi 8. Jakarta. EGC.
Contiunity of The Human Body.13THEdition. Amaerika Serikat: John Wiley & sons,INC.
22
KASUS
Ny.S 45 tahun masuk rumah sakit RSUD Arifin Ahmad karena penyakit ginjal yang di
alaminya yang diawali dengan sakit pinggang. Keluarga klien mengatakan klien mengalami hal
ini sejak 3 tahun yang lalu, klien awalnya mengira hanya penyakit biasa saja sehingga klien
membeli obat warung/jamu untuk mengurangi rasa sakit terhadap penyakitnya tersebut, klien
juga tidak pernah memeriksakan keadaannya ke rumah sakit. Keluarga juga mengatakan jika
klien mempunyai riwayat sakit hipertensi yang sudah lama di deritanya. Kondisi klien semakin
lama semakin memburuk sehingga keluarga membawa klien ke rumah sakit. Selain itu keluarga
juga mengatakan jika bahwa akhir-akhir ini pasien BAK dengan jumlah yang sedikit. Hasil
pemeriksaan labor di dapatakan ureum 380mg/dl, kreatinin 15 dan HB 6,2 mg/dl, SGOT
19,SGPT 30. Dilakukan pemeriksaan USG pada kedua ginjal didapatkan ginjal mengecil. Saat
ini klien mengeluh mual sehingga tidak nafsu makan dan juga sering mengalami muntah, tubuh
klien terlihat lemah, pucat, kulit kering dan bersisik, klien sering menggaruk bagian tubuhnya
karena rasa gatal (pruritus) dan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi
70x/menit,36,6OC, pernafasan 24x/i.
23
ANALISA DATA
DIGANOSA
NO DIAGNOSA PARAF
INTERVENSI