Dari dua pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pada setiap individu memiliki
harta kekayaan yang pada sisi positif disebut kebendaan dan pada sisi negatif disebut perikatan.
Selanjutnya, pasal 2 ayat 1 Undang – Undang Kepailitan dan PKPU, mengatur bahwa : “debitur
yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas
permohonanya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”. Dari pasal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dikabulkannya suatu pernyataan pailit jika dapat
terpenuhinya persyaratan kepailitan sebagai berikut :
1. Debitur tersebut mempunyai dua atau lebih kreditur
Point ini ditujukan agar harta kekayaan debitur pailit dapat diajukan sebagai jaminan
pelunasan piutang kepada semua kreditur agar memperoleh pelunasan secara adil baik
secara Pari passu (harta kekayaan debitur dibagikan secara bersama – sama diantara para
kreditur ) maupun Prorata. ( pembagian tersebut besarnnya sesuai dengan imbangan
piutang masing – masing kreditur terhadap utang debitur secara keseluruhan)
2. Debitur tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih
Hutang yang tidak terbayar adalah “utang pokok atau bunganya”. Dan untuk ”yang telah
jatuh waktu” yang dimaksud menurut penjelasan pasal 2 ayat 1 tersebut adalah
kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang,
maupun karena putusan pengadilan.
Berdasarkan pasal 1238 KUHPer mengenai utang yang jatuh waktu dan dapat ditagih adalah
ketika debitur melakukan kelalaian dalam perjanjian, dan berdasarkan ketepatan waktu kelalaian
tersebut dapat dibedakan atas :
1. Dalam hal terdapat ketepatan waktu dalam perjanjian.
Jika dalam perjanjian telah ditetapkan suatu waktu tertentu tentang kapan debitur harus
melaksanakan kewajibannya melunasi utang, maka dengan lewatnya jangka waktu
tersebut dan debitur tidak melaksanakan kewajiban utangnya, debitur sudah dianggap
lalai. Dan sejak saat itulah muncul hak kreditur untuk melakukan penagihan pelunasan
utang melalui lembaga kepailitan.
2. Dalam hal tidak terdapat ketetapan waktu dalam perjanjian.
Secara umum asumsi hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih :
1 Kewajiban yang telah jatuh waktu
2 Percepatan waktu penagihan
3 Pengenaan sanksi oleh Instansi berwenang
4 Pengenaan dengan oleh Instansi berwenang
5 Karena putusan pengadilan
6 Karena putusan arbitrase