Anda di halaman 1dari 10

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL

NAMA : Yulia dwi Kartika


NIM : 181101024
KELAS : A
DOSEN PEMBIMBING : Sri Eka Wahyuni, S.kep Ns, M.kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


(SARJANA KEPERAWATAN)
FAKULTAS KEPERAWATAN 2019/2020
1. Konsep Transkultural Nursing
A. Definisi
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang
berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang
berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai,
keyakinan tantang tentag sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan yang
mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistic guna memberi tempat
praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey,
1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat
dalam memahami budaya klien.

B. Tujuan
1. Untuk melihat dari budaya maupun etnis dalam memengaruhi komunikasi dan juga
diagnosa keperawatan serta pengambilan keputusan dalam pengobatan yang
dilakukan (Roman et al, 2013).
2. Untuk terciptanya perawat yang sebanding dengan budaya melalui proses
pengembangan terhadap kebudayaan yang kompeten (Jeffreys, 2010).
3. Untuk membantu individu atau keluarga dengan budaya yang berbeda-beda untuk
mampu memahami kebutuhannya terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan.
4. Untuk membantu perawat dalam mengambil keputusan selama pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau kelompok melalui pengkajian gaya hidup,
keyakinan tentang kesehatan dan praktik kesehatan klien.

C. Komponen
a. Faktor teknologi

Dengan teknologi dalam bidang kesehatan,individu memungkinkan untuk


memilih atau mendapat alternatif dalam menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan
atau keperawatan. Dalam hal ini,perawat perlu mengkaji persepsi sehat-sakit,kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. faktor
agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor, seperti nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin dan status keluarga
,pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai budaya dan gaya hidup


Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya yang bersangkutan. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
memengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Pada tahap
ini, hal-hal yang dikaji meliputi peraturan dan kebijjakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat meliputi pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain, misalnya asuransi, dan penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini, semakin tinggi keyakinan klien dalam memercayai
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
meliputi tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan, serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif dan mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

D. Pengkajian
1. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur, dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

2. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau baik. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perly dikaji
pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
presepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

3. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
4. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirumah sakit memanfaatkan sumber sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien,sumber biaya pengobatan ,tabungan yang dimiliki
keluarga,biaya dari sumber lain, misalnya : asuransi,penggantian biaya dari kantor,atau
patungan dengan anggota keluarga.

5. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien sebelum menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.

E. Strategi
1. Strategi I : Perlindungan/mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan


kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya : budaya berolah raga setiap pagi

2. Strategi II : Mengakomodasi/negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk


membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
3. Strategi III : Mengubah/mengganti budaya klien

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

F. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif. (Nursalam,
2008)

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan pasien


tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
pasien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki pasien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien
2. Aplikasi Globalisasi dan Transkultural Nursing dalam Keperawatan

Profesi keperawatan adalah sebuah profesi yang menggunakan “Applied


Science”,suatu ilmu yang harus diterapkan. Oleh karena itu, hanya menguasai
kemampuan intelektual belum cukup, harus menguasai kemampuan teknikalnya juga.
Seorang perawat harus dapat menghitung kebutuhan cairan elektrolit. Ketika diagnosis
keperawatan sudah ditegakkan dan harus diberikan tambahan cairan melalui pemberian
infus, maka sorang perawat dituntut mampu memilih pembuluh darah vena yang akurat
untuk memasukkan jarum infus, yakinkan sekali tusuk tepat pada sasaran, jangan
sampai ditusuk sampai tiga kali karena kurang akuratnya pemilihan pembuluh darah
vena dan kurang terlatihnya perawat dalam memasukkan jarum infus. Perawat harus
dapat menghitung kebutuhan oksigenasi, harus mengetahui disistem atau organ mana
yang terganggu, tetapi juga harus mempu melaksanakan secara teknis bagaimana
membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi vias hidup, tenggorokan, dengan masker
atau dengan teknik yang lain. Perawat harus mengetahui adangan gangguan nutrisi,
eliminasi, aktifitas istirahat dan tidur, gangguan rasa nyaman dan nyeri, tetapi yakinkan
perawat dapat memenuhi tindakan teknikal dalam membantu memenuhi kebutuhan
dasar manusia yang terganggu tersebut

Perawat yang telah menguasai keterampilan intelektual dan teknikal membuat


dia menjadi perawat yang terbaik. Tetapi dua keterampilan ini belum cukup, karena
manusia bukanlah robot, ketika perawat akan memberikan bantuan tindakan asuhan
keperawatan harus diadakan komunikasi interpersonal yang memadai. Perawat harus
menyadari bahwa semua tindakan yang diberikan kepada pasien dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman atau nyeri, dipasang infus nyeri, di suntik nyeri, rawat luka dan
semua tindakan keperawatan nyaris menimbulkan gangguan rasa nyaman pada pasien,
oleh karena itu, dalam melaksanakan keterampilan intelektual dan teknikal tadi masih
harus ditambahkan dengan keterampilan interpersonal yang baik. Sebelum diberikan
tindakan, ajaklah pasien untuk berbicara, tanyakan kondisi pasien terahir sebelum
tindakan diberikan, jelaskan tentang tindakan yang akan diberikan, mulai dari jenis
tindakan, cara melakukan, mekanisme kerja asuhan keperawatan, manfaat dan
kemungkinan alternatif yang terjadi. Setelah yakin pasien dapat berkolaborasi secara
positif, barulah tindakan asuhan keperawatan dapat dilaksanakan. Jangan lupa
perhatikan aspek verbal dan non verbal pasien untuk memastikan adanya kesesuaian
antara apa yang dirasakan, diucapkan dan diekspresikan oleh pasien. Dengan berbekal
penguasaan 3 keterampilan dasar ini Insya Allah perawat mampu bersaing di era global.

Tantangan dan peluang akibat persaingan global ini bukan hanya sebatas pada
wilayah Negara Republik Indonesia, tetapi juga mencakup sepuluh negara Asia
Tenggara. Oleh karena itu, perawat jika menginginkan dapat mengambil peluang kerja
ke luar negeri, maka minimal harus ditambah dengan penguasaan bahasa, budaya, dan
sistem kemasyarakatan yang berlaku di wilayah negara tujuan. Beberapa kemampuan
tambahan yang harus dimiliki perawat agar dapat bersaing di era MEA antara lain;
bahasa, pelayanan atau asuhan, dokumentasi, penampilan dan pemikiran.

Bahasa, mutlak harus dikuasai perawat terkait dengan komunikasi dan strategi
pelaksanaan asuhan keperawatan. Ada beberapa bahasa yang harus dikuasai perawat
antarai meliputi bahasa daerah dimana perawat akan bekerja dan memberikan asuhan
keperawatan, dan bahasa komunikasi antar tenaga kesehatan. Bahasa daerah dimana
perawat akan bekerja adalah bahasa sehari-hari dimana masyarakat akan dilayani.
Keadaan ini diperlukan agar perawat dapat melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik,
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Bahasa antara tenaga kesehatan umumnya
adalah bahasa Internasional, dapat menggunakan bahasa Inggris, Arab, atau bahasa
yang disepakati sebagai bahasa internasional. Apabila perawat tidak menguasai dua
jenis bahasa ini, dipastikan perawat akan sulit dapat bersaing dengan masyarakat
ekonomi Asean.

Pelayanan atau asuhan harus memiliki ciri atau pendekatan khusus agar perawat
dapat bersaing. Dampak pertama yang akan muncul dalam persaingan global adalah
adanya cross border provider, termasuk disitu adalah tele-health. Dengan keadaan ini,
tidak bisa perawat memberikan asuhan keperawatan hanya dengan kemampuan apa
adanya, tetapi harus dapat minimal sama dengan standar Internasional, bahkan harus
lebih tinggi dari kompetensi perawat dari negara tetangga yang juga merebut
persaingan. Sampai sejauh ini, menurut pengamatan kami adalah; kemampuan
intelektual, teknikal dan interpersonal perawat Indonesia tidak kalah jika dibanding
perawat dari negara tetangga, mayoritas kekurangan perawat Indonesia adalah pada
komponen bahasa.
Dokumentasi pemberian asuhan keperawatan merupakan bukti autentik
kompetensi dan tindakan apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat. Kemampuan
penguasaan menuliskan dokumentasi asuhan keperawatan menjadi sangat penting
sebagai aspek legal dari tindakan yang telah diberikan. Saat ini terdapat perkembangan
pesat dari teknologi, dampaknya penulisan dokumentasi perawatanpun harus
beradaptasi dengan perkembangan ini. Perawat harus menguasai dengan media apa dia
harus mendokumentasikan, tentang apa saja yang harus didokumentasikan, bagaimana
aspek tanggung jawab dan tanggung gugat dokumentasi yang telah dibuat, serta
bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat sebagai media
informasi dan komunikasi antar tenaga kesehatan yang sama-sama memberikan
pelayanan kepada pasien.

Penampilan perlu diperhatikan agar dapat membat kesan khusus bagi penerima
asuhan keperawatan. Penampilan juga perlu digunakan sarana komunikasi non verbal
untuk menunjukkan bahwa perawat Indonesia adalah merupakan sosok yang dapat
dipercaya (trustworthy). Sosok yang dapat dipercaya ini, dapat ditampilkan perawat
melalui penampilan yang mengesankan perawat adalah seorang yang jujur, tanggung
jawab, perhatian, peduli, caring, ramah dan komunikatif. Apabila perawat dapat
menampilkan dirinya sebagai seorang yang dapat dipercaya, insya Allah perawat
Indonesia akan mampu bersaing di kancah persaingan global.

Pemikiran perawat yang ingin bersaing di era MEA harus disesuaikan dengan
azas terjadinya globalisasi yaitu adanya proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan berbagai aspek budaya
lainnya.Aspek dasar dari globalisasi adalah pembebasan ilmu pengetahuan,
perdagangan dan transaksi, pergerakan modal, investasi, migrasi dan perpindahan
manusia. Apabila perawat tidak dapat meng-upgrade pemikiran, sudah dipastikan akan
kalah bersaing dengan para perawat asing yang dengan pemikiran global.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bab II Tinjauan Pustaka. Repository.umy.ac.id > handle


2. Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alince C. Geissler. 2006 .
Rencana Asuhan Keperawatan. , EGC. Jakarta.
3. Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
4. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Procces, and Practice.
5. Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai