Anda di halaman 1dari 8

Menaksir Produktivitas Perikanan

Produktivitas bisa diartikan sebagai hasil yang menguntungkan, tetapi makna


produktivitas dari sisi perikanan jauh lebih kompleks, karena memiliki dimensi-dimensi
yang berbeda. Produktivitas tidak hanya pada kemampuan populasi ikan menghasilkan
ikan, akan tetapi juga kemampuannya untuk memberikan nilai ekonomi dan keuntungan-
keuntungan sosial.

MSFCMA menghendaki sektor perikanan dikelola untuk menyediakan


keuntungan seluas-luasnya untuk bangsa, khususnya untuk “food production” serta
bidang rekreasi (kegiatan pemancingan), dan agar menjaga stok ikan pada level yang
dapat menghasilkan hasil yang optimum untuk jangka waktu yang lama. Optimum yield
(keuntungan optimum) sebagai hasil yang menciptakan keuntungan yang terbaik, bukan
pada bobot ikan yang besar namun hasil optimum dapat terjadi pada tangkapan yang
lebih kecil jika biaya penangkapan tinggi, jika pasar menyerap hanya pada jumlah yang
kecil, dan jika masyarkat menghargai rendah bobot ikan. Sebelum tahun 1996
amandement MSFCMA, hukum mendefinisikan hasil optimum sebagai hasil maksimum
yang berkelanjutan diartikan sebagai modifikasi dari faktor-faktor sosial, ekonomi dan
ekologi lebih dari atau kurang dari hasil maksimum yang berkelanjutan. Tahun 1996
amandement menempatkan “as moficated by” (sebagai modifikasi dari) dengan sebagai
pengurangan untuk menjamin bahwa produktivitas opt imum tidak bisa di set pada level
di atas hasil maksimum yang berkelanjutan

Kelayakan dari menggunakan produksi maksimum berkelanjutan sebagai tujuan


pengelolaan perikanan masih diperdebatkan. Yang terpenting sebenarnya adalah bukan
menangkap ikan sebanyak-banyaknya akan tetapi sebagai kontributor utama terhadap
keuntungan-keuntungan perikanan yang membuat produktivitas perikanan adalah
produktivitas tersebut menghasilkan nilai-nilai ekonomi dan sosial. Sebaik faktor
biologis, keuntungan dan kerumitan-kerumitan muncul karena 3 tipe keutungan tidak
selalu secara bersama-sama saling menguntungkan pada level yang sama. Ingatlah
bahwa keuntungan-keuntungan tidak hanya pada produksi dan rekreasi pemancingan,
keuntungan selalu berasal dari “menikmati bukan membunuh”. Suatu nilai diekspresikan
untuk mendukung kegiatan/program konservasi perikanan.

Apa itu Produktivitas ?

Faktor biologis, ekonomi, dan sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi


bagaimana mendefinisikan dan mengukur produktivitas. Pengukuran produktivitas
tidaklah statis tetapi harus terus menerus beradaptasi pada perubahan.

Produktivitas Biologi

The National Marine Fisheries Services Publication Our Living Ocean


menampilkan produktivitas biologis dari sumberdaya perikanan dalam tiga konsep :

1. Hasil tahunan terakhir, rata-rata tangkapan dalam periode tiga tahun

2. Hasil potensial saat ini, potensi tangkapan yang berdasarkan kelimpahan


stok pada saat itu dan pertimbangan ekosistem
3. Potensi hasil jangka panjang, rata-rata hasil tangkapan maksimum jangka
panjang yang serupa pada hasil maksimum yang berkelanjutan.

Perhatian utama dari pengelolaan perikanan tangkap adalah ikan yang dibunuh oleh
kegiatan penagkapan meskipun pengelolaan saat ini telah bertambah tanggung
jawabnya terhadap perlindungan habitat ikan dari efek kerusaklan akibat penangkapan.

Jika hasil tangkapan saat ini dibandingkan dengan potensinya , jelaslah bahwa
perikanan tangkap tidak sebagai produktivitas biologis. Alasan utama dari degradasi
adalah overfishing.

TPI statistik hanya menunjukkan bagian ikan yang mati, ikan yang ditangkap dan
dilepaskan dalam kegiatan pemancingan (biasanya yang dilepaskan mati) tidak pernah
dihitung karena tidak masuk pasar, terlalu sedikit dan melampaui limit penangkapan
atau ada yang memang dilarang oleg regulasi. Menurut perspektif dari produktivitas
biologi, ini harus masuk hitungan mortalitas ikan. Intinya perikanan tangkap harus
mengamati onboard vessels untuk mengukur dan memonitor ikan yang ditangkap dan
dilepaskan dan menghitung hasil yang ditangkap sebagai bagian dari total penangkapan
yang diperkenankan.

Produktifitas Ekonomi

Produktivitas ekonomi berhubungan dengan efisiensi perikanan (penerimaan


dibandingkan dengan biaya). Efisien jika perbedaan penerimaan dan biaya besar.
Penerimaan maksimal menunjukkan bahwa efisiensi perikanan tinggi. Biaya yang efektif
diartikan dengan jumlah tangkapan tertentu diperoleh dari biaya yang sekecil-kecilnya.

Produktivitas ekonomi selalu berhubungan dengan kontribusi keuntungan-


keuntungan ekonomi terhadap individu dan masyarakat. Tipenya bukan hanya pada
ukuran keuntungan tetapi bagaimana pendistribusian keuntungan tersebut. Ingatlah
bahwa harus dibedakan antara efisiensi individu dengan efisiensi secara luas.
Produktivitas ekonomi selalu diukur oleh pengembalian investasi yang dibuat oleh bisnis
perikanan. Untuk bisnis individu efisiensi adalah sesuatu dari mengkobinasikan seluruh
bagian-bagian dari usaha perikanan (perahu, alat tangkap, dsb) yang bisa menghasilkan
keuntungan setinggi-tingginya. Untuk perikanan secara luas, efisiensi adalah masalah
yang lebih luas dimana keuntungan-keuntungan masyarakat umum adalah yang
penting. Keuntun gan umum termasuk pekerjaan, kesejahteraan, pemasukan pajak, dan
aktivitas-aktivitas ekonomiyang diciptakan oleh sektor perikanan tangkap. Ingatlah
bahwa bisnis ini menggeneralisasikan keuntungan kepada publik, juga tidak membuat
nilai tetapi mencipatakan biaya. Nilai dibatalkan jika ikan terbuang, dan ketika musim
paceklik. Pentingnya keuntyungan publik dan biaya berubah-ubah tiap waktu, ini
bergantung pada pasar, kecendrungan publik, pendekatan publik, pendekatan
manajemen dan kondisi ekologi, serta produktivita ekonomi.

Produktivitas Sosial

Produktivitas sosial berhubungan dengan hal-hal obyektif. Seperti :

1. Meraih keadilan dalam distribusi pendapatan dan keragaman dari skala


usaha perikanan
2. Kesempatan untuk rekreasi dan perikanan subsisten

3. Keberlanjutan komunitas pesisir

4. Pemeliharaan budaya

5. dan penyaluran pengetahuan

Produktivitas sosial digunakan pada perancangan sistem managemen


desentralisasi regional serta untuk mendukung kualitas kehidupan( kesehatan fisik dan
mental, ketiadaan penyakit sosial, apresiasi estetika, dan rekreasi).

Produktivitas sosial didasarkan pada produktivitas biologis dan ekonomi. Perlu


diingat bahwa produktivitas ekonomi dan sosial tidak sama sehingga dapat
menimbulkan konflik diantaranya. Contohnya efisiensi ekonomi seperti phk karyawan
tidak berorientasi pada produktivitas sosial.

Permasalahannya adalah bagaimana mengukur produktivitas sosial? (ini karena


sifat datanya yang kualitatif). Produktifitas sosial yang berkurang bisa diukur pada
kondisi kemiskinan dan menunjukkan tanda-tanda ”social distress”.

Mengelola Produktivitas

Dibidang perikanan tidak hanya mengejar tujuan tunggal (komersial, rekreasi


atau tujuan subsistensi dan artinya tidak ada keuntungan tunggal terbaik yang didapat
dari sektor perikanan. Setiap keuntungan pasti ada implikasinya dan bisa menjadi
masalah yang sangat kompleks. Kita ambil contoh pada Atlantic Billfish. Di Amerika AB
secara eksklusif hanya untuk kegiatan pemancingan saja tidak untuk kom ersial. Oleh
karena itu produktivitas biologisnya adalah mengurangi mortalitas dari AB dan kegiatan
pemancibngan memang menyebabkan mortalitas AB menurun. Tetapi jika yang dilepas
setelah dipancing tidak selamanya bisa hidup sebab rupanmya dia bisa tertangkap oleh
alat tangkap ”longline gear” yang memang ditujukan untuk komersialisasi.

Harus diingat bahwa susah untuk menentukan keuntungan yang pasti diperoleh
dan prioritasnya susah menentukan peluang kehilangan dan mendapatkan keuntungan
dari pengelolaan sektor perikanan. Contohnya pada kasus ”The Gulf of Mexico Red
Snapper Fishery”. Ikan dewasa ditangkap nelayan dengan menggunakan “gear type”
yang bervariasi. Untuk memancing, nelayan menggunakan hook dan line. Juvenile fish
biasa ditangkap oleh nelayan tetapi dilepaskan karena ada aturannya (biasa ikan yang
dilepas mati). Ikan yang dilepas suka terjaring oleh shrimp trawl, sehingga mortalitasnya
tinggi.

Susah juga menyeimbangkan produktivitas biologis ekonomi dan sosial pada


bidang perikanan (contohnya apa yang terjadi pada nelayan di North Pacific Halibut,
program adopsi kegiatan penangkapan perseorangan sukses secara biologis tetapi
secara ekonomi dan sosial gagal). Begitu pula yang terjadi pada The Alaska Groudfish
Fisheries dimana tidak selarasnya produktifitas biologi dan ekonomi. Populasi ikan tidak
menurun karena nelayan diarahkan pada konservasi tetapi tidak cukup bagi
produktivitas ekonomi nelayan. Manajemen selalu memberikan dampak terhadap
produktivitas ketika sumberdaya ikan dialokasikan pada grup-grup nelayan (tradisional
dan modern). Semua teknik manajemen perikanan menciptakan pemenang dan yang
kalah, meskipun teknik pengelolaan tersebut atas dasar untuk konservasi. Misalnya saja
pelarangan mendekati wilayah “Spawning” mrnyrbabkan nelayan mencari waktu dan
wilayah lain untuk penangkapan, pelarangan mendekati wilayah “near shore” melarang
akses untuk kegiatan memancing. Aturan tentang ukuran minimumikan membuat
nelayan menjauhi wilayah ikan-ikan kecil . Open access menyebakan mrtalitas tinggi,
serta konflik diantara nelayan. Langkah-langkah pengelolaan berdasarkan pasar “market
based” seperti transfer quota secara individu diarahkan pada peningkatan produktifitas
ekonomi dan biologi (seperti membagi resiko secara bersama).

Menjaga Produktifitas sepanjang Waktu

“Perikanan yang berkelanjutan artinya mengelola untuk masa depan sebaik saat ini
tidak menjadi standar yang sulit untuk mencapainya jika keinginan politik “politikal Will”
ada

(Jim Glade)

Ketika masyarakat berbicara tentang produktivitas, mereka pasti membicarakan tentang


keberlanjutan, dan ide tentang keberlanjutan berhubungan dengan manusia terhadap
ikan. , karena sistem perikanan termasuk manusia dan ikan yang saling bergantung
padanya karena juga terdapat ketidakpastian terhadap masa depan, ide tentang
keberlanjutan harus memasukkan pilihan untuk memelihara produktifitas populasi ikan
dan habitatnya, sebaik manusia dan komunitas dimana istilah perikanan berkelanjutan
diartikan orang kebanyakan sebagai pengelolaan perikanan pada level tertinggi dari
produktifitas dari generasi ke generasi tanpa membuang atau merusak ekosistem.
Pertanyaannya adalah :

1. Tinggi untuk siapa ?

2. Di dalam variabel sistem, mampukah produksi selalu tinggi?

Perbedaan ide tentang apa yang dimaksud dengan “cukup dan siapa yang
mendapatakan apa” menjadi sumber dari pernyataan yang membuat kesulitan politis
bagi para manajer.

Perikanan berkelanjutan harus dapat meliputi bisnis perikanan yang sehat secara
ekonomi sebaik sehatnya stok ikan secara biologis. Beberapa hal menunjukkan bahwa
memelihara populasi ikan pada level yang baik, bisnis dan masyarakat yang bergantung
pada sektor ini selalu dipelihara. Tanpa keberlanjutan jangka panjang, beberapa
keuntungan tidak mungkin diperoleh dan argumentasi tentang bagaimana
mengalokasikan ikan menjadi tidak berarti.

Keseimbangan adalah kunci dari keberlanjutan untuk banyak-keseimbangan antara hari


ini dan besok, menggunakan dan konservasi, biologi dan ekonomi, komunitas dan
individu, berubah-ubah dan stabil. Ini sangat rumit karena keseimbangan yang tepat
adalah berbeda untuk orang yang berbeda. Pengelola perikanan harus mengutamakan
konservasi, kemudian memutuskan bagaimana untuk membagi ”the fish” diantara
kompetitor tapi pengelola sering berlaku melampaui batas dengan mengizinkan alokasi
kebutuhan-kebutuhan menentukan keputusan-keputusan konservasi. Kelemahan dari
manajemen gagal untuk mengelola prioritas dari konservasi karena manajemen
”membilang/menghitung hanya pada ketertarikan jangka pendek dari konservasi yang
saat ini aktif pada bidang perikanan, sebagai pengganti ”the general publick, saat ini dan
di masa yang akan datang.

Mencapai keberlanjutan perikanan , banyak catatan, membutuhkan pertolongan


pergantian alami dari perairan. Mengelola variabel lingkungan kelautan secara konsisten
tidak menghasilkan. Bagian dari tugas penting pengelolaan perikanan adalah untuk
menyeimbangkan antara tahun yang tinggi kelimpahan dan kelimpahan yang rendah
pada perikanan – untuk mengelola pada level penggunaan yang memperbolehkan
perikanan- untuk mengelola pada level penggunaan yang memperbolehkan perikanan
dan komunitas nelayan untuk menyerap kelimpahan yang rendah sebaik kelimpahan
yang tinggi. Untuk beberapa, keberlanjutan berarti mendukung segala sesuatu pada
posisinya saat ini. Kekuatan untuk melindungi siapa saja dan menetap pada perikanan
membuat dukungan perikanan pada level yang menguntungkan menjadi tidak mungkin.

Stakeholder selalu menunjukkan bahwa perikanan dapat berlanjut pada banyak level.
Meskipun pada level yang paling rendah dari produktivita-sepanjang apa yang
berpindah tidak melampaui stok apa yang dapat diproduksi. Meskipun juga banyak yang
diamati, ini susah untuk difikirkan bahwa keberlanjutan perikanan pada level bawah.
Pada level ini, perikanan dan ekonomi bisa saling mendukung , pendukung-
pendukung/penyangga-penyangga bisa disediakan untuk melawan resiko dan
ketidakpastian, Biodiversity dan kesehatan ekosistem bisa dikelola, dan pilihan tentang
tipe-tipe daya guna bisa dimaksimalkan. Akan tetapi m,ereka akan selalu manfaatkan
dari pilihan-pilihan yang dibuat antara daya guna yangbbersaing dari bidang perikanan.
Pengurangan stok ikan di bawah level yang dapat memproduksi keuntungan maksimal
artinya kehilangan dari beberapa pilihan untuk dipilih.

Mencari kelebihan stok ikan untuk keberlanjutan dari ekosistem adalah suatu ide yang
kerap diakui, tetapi jarang diiplementasikan. Satu catatan penelitian, bahwa karena
variabilitas ekosistem, kebutuhan-kebutuhan keberlanjutan perlu ditentukan oleh
sehatnya ekosistem secara keseluruhan dari pada sehatnya spesies secara khusus-
dengan pola-pola yang sehat dari variabilitas ekosistem. Perhatioan lainnya adalah
meskipun pengelolaan ”single species” dapat diefektifkan untuk mengelola populasi dari
tiap spesies. Sebagai contoh ” stripped bass” di Chesapeake Bay- perencanaan
pengelolaan perikanan pada saat ini dimulai untuk mengambil beberapa faktor-faktor
ekonomi untuk dihitung, seperti efek dari pemindahan pakan dari marine bird dan efek
dari alat tangkap pada habitat.

Beberapa ide pengelolaan ekosistem meliputi pengaturan wilayan perlindungan. ”The


1993 report to congress the ecosistem Principles advisory Panel” merekomendasikan
para ”fishery manager” untuk menyadari dan mengevaluasi keuntungan-keuntungan
potensial dari Marine protected Area” untuk mempromosikan pengelolaan berdasarkan
ekosistem. MPA bisa berubah dalam ukuran dan derajat dari pelarangan. Sebagai
contoh, beberapa bisa melarang segala bentuk penangkapandan penggunaan non
fishing; lainnya bisa melarang atau membatasi hanya pada komersial dan alat tangkap
untuk tujuan rekreasi. Peraturan di beberapa wilayah MPA bisa tetap pada eke
disepanjang tahun, sementara wilayah taman nasional lainnya bisa membatasi aktivitas
hanya selama waktu-waktu tertentu. Contohnya pada saat ikan sedang bertelur.
Pertanyannya sekarang adalah bagaimana untuk menyeimbangkan keuntungan di
wilayah MPA (Marine Protected Area) yang bertentangan dengan biaya-biaya.
Tantangan pengelolaan perikanan adalah untuk memastikan penangkapan baik untuk
komersial, rekreasi dan subsistensi- memperbolehkan keberlanjutan ekosistem untuk
dikelola.

Didalam mengetahui hambatan dari pengelolaan skala ekosistem, beberapa stakeholder


selalu berfikir bahwa jawaban untuk mengelola kesehatan ekosistem bisa ditentukan
mana mereka telah ketahui dan mempraktekkannya. Kita bisa tidak membutuhkan untuk
membangun kerumitan/kesulitan dan pendekatan informasi secara intensif kepada
pengelola ekosistem. Alternatif yang lebih mudah mungkin adalah pendekatan yang
lebih konservatif dari aturan-aturan untuk mengelola stok. Pengelolaan yang lebih baik
mampu menjaga level ketersediaan stok lebih tinggi, membuat ikan lebih tersedia
sebagai sumber makanan dan mamalia laut dan menjaga seluruh ekosistem agar lebih
sehat.

Pengalaman yang lalu selama 20 tahun membuat jelas bahwa untuk mengelola
perikanan secara berkelanjutan pada long run membutuhkan lebih banyak kehati-hatian
pada short run. Sebagai hasilnya, lebih banyak keputusan-keputusan manajemen
memasukkan pendekatan-pendekatan pencegahan. Pendekatan ini mengakui
perubahan pada sistem perikanan adalah hanya dapat diputar balikkan secara lambat,
susah untuk dikontrol, tidak bagus untuk dipahami, dan subjek untuk merubah
lingkungan dan nilai-nilai kemanuasiaan. Dikatakan bahwa dimana dampak dari
perikanan nampak tidak jelas, pengelolaan harus lebih konservatif dan tidak ”membunuh
angsa yang menelurkan telur emas”. The MSFCMA, meskipun tidak eksplist
menggunakan istilah pencegahan namun merefleksikan pendekatan. Pendekatan
Melanjutkan definisi yang dimodifikasi dari keuntungan optimum, definisi dari overfishing
dan persyaratan dari overfished stoks.

Dimasa lampau, kesehatan dari stok ikan sering dikorbankan untuk kepentingan
ekonomi jangka pendek dan perhatian sosial (social concern). Mencari keseimbangan
yang tepat antara biologis, ekonomi dan keuntungan-keuntungan sosial adalah suatu
pertanyaan yang banyak pendapatnya. Apakah ekonomi jangka pendek dan
pengorbanan-pengorbanan sosial adalah tepat untuk membangun kembali stok ikan
untuk mengelola keuntungan jangka panjang? Ini adalah satu dari pertanyaan yang
paling mengganggu terhadap pengelolaan perikanan.

Konservasi adalah suatu proses dari menyimpan dan investasi. Masyarakat berbeda di
dalam kerelaan mereka dan kemampuan mereka untuk menyimpan dan investasi-
dimana siapa yang memiliki ”cash flow” (aliran uang tunai) tidak akan adil membayar
hutang yang ada adalah tidak seperti mengesampingkan simpanan dan investasi untuk
pengembalian di masa datang (future return). Investasi di dalam konservasi perikanan
tidak berbeda. Masyarakat seperti ingin menyimpan ikan untuk masa depan- investasi
pada masa depan produktivitas perikanan- ketika perikanan sehat secara ekonomi, yang
dijelaskan, setidaknya dalam bagian, peningkatan keberatan (tidak terima) melawan
kekuatan investasi pada konservasi perikanan ketika perikanan dibawah tekanan.

Banyak orang yang kami wawancarai mengakui kesulitan dari menanyakan nelayan
untuk mengorbankan pendapatan saat ini untuk keuntungan masa depan yang tidak
pasti. Meskipun stakeholder yang menekankan kebutuhan untuk konservasi secara
umum bersimpati tergadap kepedihan manusia, dan kesulitan ekonomi yang
berhubungan dengan membangun kembali stok yang kosong. Membangun kembali stok
sering menyediakan periode waktu yang lebih panjang dari pada banyaknya masyarakat
yang akan mengalami kesulitandi dalam perikanan. Panjang periode waktu
pembangunan kembali, transparansi penjualan antara kesakitan individu dengan
keuntungan sosial menjadi - antara biaya pada generasi yang satu dengan keuntungan
generasi yang lainnya. Permasalahannya adalah bahawa siapa yang membayar biaya
dari pengurangan jumlah produksi tidak mengharapkan untuk menjadi salah satu orang
yang menuai keuntungan.

Terkadang masyarakat di dalam perikanan membutuhkan untuk mengoperasikan di


bawah lebih bersifat membatasi regulasi didalam respon untuk penurunan stok tidak
disebabkan oleh penangkapan. Banyak perubahan kelimpahan stok sebagai hasil dari
kejadian alam seperti El Nino atau siklus populasi. Suatu response bersama untuk
situasi ini adalah untuk memprotes bahwa “kita tidak dapat menyebabkan kecendrungan
ini untuk mundur/turun, oleh karenanya mengapa kita bisa memotong kembali?” tetapi
hanya musim kering disebabkan oleh pola perubahan cuaca membutuhkan pembatasan
terhadap penggunaan air, oleh karenanya fluktuasi alami pada stok ikan membutuhkan
peningkatan pembatasan pada penangkapan ikan.

Banyak sekali contoh dari perikanan yang telah terselamatkan dari pandangan dangkal
dari manajemen. Para ahli lingkungan mengutip contoh dari spiny dogfish di New
England dan Mid Atlantic.” Kami menggiatkan pembangunan dari perikanan spiny
dogfish Atlantic tanpa tinjauan ke masa depan dan tanpa perencanaan manajemen
perikanan” (jawabnya menyesali). Kita semestinya belajar dari giatnya penangkapan
yang tidak diinginkan seperti wabahu ....dogfish akan mengambil masa 10 tahun untuk
pulih-perikanan mungkin akan menjadi punah. Jika kita telah mengelola perikanan dari
awal, kita harus dapat menghindarkan meletakkan nelayan di luar bisnis. “sebagai
anggota dari seluruh sektor yang dikenali, kehilangan peluang di masa depan sebagai
suatu hasil dari kegagalan mengantisipasi dan mencegah wabah ikan.

Tetapi selalu ada contoh dari perikanan dimana, suatu ketika satu masalah dari short
sightedness telah diobservasi, tindakan koreksi telah dilakukan. North Pacific Hallibut,
dapat dibantah lebih produktif, sustainable.

Peluang Biologi yang hilang

Over fishing mengakibatkan beberapa kondisi antara lain :

1. Menangkap ikan pada suatu ukuran yang jauh di bawah ukuran potensi
maksimumnya.
2. Tidak dilakukannya re-stoking pada daerah-daerah catchable area

Peluang Ekonomi yang hilang

Dapat juga diakibatkan oleh overfishing ekonomi secara alami. Overfishing ekonomi
terjadi manakala perikanan telah dikembang;kan di luar titik tangkapan maksimum tetapi
penyebab overfishing mendasar adalah overcapacity dimana jumlah kapal dan alat
tangkap yang melebihi dari jumlah yang diperbolehkan.
Peluang Sosial yang hilang

Dampak dari peraturan perikanan misalnya dengan memberikan kuota dapat


mengakibatkan menurunnya beban pekerjaan sehingga terjadi penurunan pendapatan.
Dalam satu paragraph dijelaskan Manajemen dewan disalahkan oleh beberapa
stakeholders karena lambat dalam memberikan pemahaman dan pendidikan ke publik
tentang perikanan sebagai suatu ecosystem yang lebih luas.

Diadakan survey pada 3.500 nelayan hasilnya mengatakan 81 persen mereka sangat
cemas dengan masa depan perikanan, 79 % dikatakan mereka tidak akan
merekomendasikan perikanan sebagai masa depan mereka.

Kesimpulan

1. Stock sehat akan memelihara masyarakat sehat, economies sehat, dan perikanan
sehat.

(Dick Schaefer, National Marine Fisheries Scienice)

2. Stakeholders harus memperhatikan konservasi dengan memperkuat manajemen


perikanan

Anda mungkin juga menyukai