Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN GERONTIK

MINI LITERATUR REVIEW

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Mita Agustina, S.Kep. M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH

Shelviana 20186323038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN AJAR 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mini literature review
yang bertemakan “Hipertensi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
menyelesaikan mini literature review ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Keperawatan Gerontik”. Selain itu, mini literature review ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi kami dan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Mita Agustina, S. Kep.
M.Tr.Kep selaku dosen mata kuliah ini dan kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya. Kami menyadari bahwa mini literature
review yang kami buat masih jauh dari kata sempurna dan banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
mini literature review ini, supaya nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada mini literature review ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Singkawang, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 1

PENDAHULUAN 1

A. Pengertian Hipertensi 1
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler(jantung) 2
C. Klasifikasi 10
D. Etiologi 11
E. Patofisiologi 14
F. Tanda Dan Gejala 15
G. Pemeriksaan Diagnostik 16
H. Penatalaksanaan 17

BAB II 20

PEMBAHASAN 20

A. Jurnal Yang Dianalisis 20


B. Metode PICO(Problem,Invention,Comparison,Outcome) 20

BAB III 24

KESIMPULAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai
“pembunuh diam-diam” karena orang yang hipertensi sering tidak
menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah
memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau
dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.

Tingginya tekanan darah yang lam tentu saja akan merusak pembuluh
darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, dan otak.
Maka konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol
adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan stroke. Selain
itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat
memompa melawan tingginya tekanan darah. Hipertrofi ini dapat diperiksa
dengan elektrokardiogram atau Sinar X pada dada.

Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat


badan dan mengelola stress yang merupakan dua faktor yang mempertinggi
resiko hipertensi (Vitahealth,2004). Hasil penelitian Victor Moniaga, dkk
(2013) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pengukuran tekanan
darah sistolik subjek sebelum perlakuan dengan minggu ketiga setelah
perlakuan senam bugar lansia.

1
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler (jantung)
1. Anatomi Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma,dan pangkalnya terdapat di
belakang kiri antara kosta V dan Vl dua jari di bawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram.
Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin
untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita
masih hidup. karena itu mem butuhkan makanan yang dibawa oleh darah.
Pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari
aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk
menggiatkan kerja jantung dan nervus para simpatikus, khususnya cabang
dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung. Jantung
dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang
terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut
nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan akan

2
diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus
atrioventrikular atau simpul tawara rnelalui berkas wenkebach, Dari
simpul tawara rangsangan akan melalui bundel atrioventrikular (berkas
his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang
disebut anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik.
Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian apeks
kordis dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding
ventrikel, dengan demi kian jantung berkontraksi.

Struktur eksterior jantung

Struktur inferior jantung

3
Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode:

a. Periode konstriksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung


bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru
kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke
aotra kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung
mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah
dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium
dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di
paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium
sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
c. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi
ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita
beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada
tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak
60-70 cc.
Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi
sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh: Kerja jantung
dapat diketahui dengan jalan memeriksa perjalanan darah dalam arteri.
Oleh karena dinding arteri akan mengembang jika di dalamnya
mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan
denyutan pada arteri. Sesuai dengan kuncupnya jantung yang disebut
denyut nadi. Baik buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi
bergantung dari kembang-kempisnya jantung.

4
a. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi
(sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2 atrium terjadi
secara serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut
diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran selama
0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel
lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat
karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan
darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-
paru ketika tekanannya lebih rendah.
b. Bunyi jantung
Selama pergerakan, jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama disebabkan
menutupnya katup atrioventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya
katup aorta dan arteri pulmonary setelah konstriksi dari ventrikel. Bunyi
yang pertama adalah panjang, yang kedua pendek dan tajam. Dalam
keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih keras, tetapi bila arus
darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup maka terdapat bunyi
bising.
c. Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri
terhadap dinding anterior yang lerjadi selama konstriksi ventrikel. Debaran
ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang interkostalis kelima kira-
kira 4 cm dari garis sternum.
d. Sifat otot jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi
otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak bergantung pada

5
rangsangan saraf. Konduktivitas (daya hantar) konstriksi melalui setiap
serabut otot jantung secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his.
Ritme dan kekuatan gelombang yang dimiliki otot jantung secara otomatis
dengan tidak bergantung padi rangsangan saraf.
e. Denyut arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada arteri
radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang
dialihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat. Kecepatan denyut
jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi,
cara hidup dan umur.
f. Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu
banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan
daya pompa 20-25 liter/menit.
Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan
dari vena ke jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan
ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-
vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam
vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.
g. Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya
dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1) Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstra yang terdiri dari 3 katup.
2) Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup.
3) Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra
dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir rnenuju ke paru-paru.
4) Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan
aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.

6
2. Fisiologi jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium,
otot ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai
pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan
cara yang sama seperti otoi rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.
Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi
dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat
kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan
konduksi sehingga serat ini bekerfa sebagai suatu sistem pencetus
rangsangan bagi jantung.
3. Fungsi umum otot jantung
a. Sifat ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls)
sendiri. Pada keadaan fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya
kontraktilitas yang tinggi.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung
maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot
jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segera
dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi
dengan kekuatan yang sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah
bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu dan
hormon tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga
masa relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara
maksimal, otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu.

7
Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya
bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
4. Elektrofisiologi sel otot jantung
Aktivitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan
permeabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion-ion
melalui membran tersebut. Dengan masuknya ion-ion maka muatan listrik
sepanjang membran ini mengalami perubahan yang relatif. Terdapat tiga
macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam elektrofisiologi selyaitu
kalium (K), natrium (Na) dan kalsium (Ca). Kalium lebih banyak terdapat
di dalam sel sedangkan kalium dan kalsium lebih banyak terdapat di luar
sel.
Dalam keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif
di bagian luar sel dan muatan negatif di bagian dalam sel, ini dapat
dibuktikan dengan galvanometeir. Perbedaan muatan bagian luar dan
bagian dalam sel disebut resting membrane potensial. Bila sel dirangsang
akan terjadi perubahan muatan dalam sel menjadi positif sedangkan di luar
sel menjadi negatif. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan
dinamakan depolarisasi. Kemudian setelah rangsangan sel berusaha
kembali pada keadaan muatan semula, proses ini dinamakan repolarisasi.
Seluruh proses tersebut dinamakan potensial aksi. Potensial aksi terjadi
disebabkan rangsangan listrik, kirnia, mekanik dan termis.
a. Potensial aksi
Potensial aksi dibagi dalam lima fase:
1) Fase istirahat: Bagian luar sel jantung bermuatan positif dan
bagian dalam bermuatan negatif (polarisasi). Membran sel lebih
permeabel terhadap kalium daripada natrium sehingga sebagian
kecil kalium merembes keluar sel dengan hilangnya kalium maka
bagian dalam sel menjadi relatif negatif.

8
2) Fase depolarisasi (cepat): Disebabkan oleh meningkatnya
permeabel membran terhadap natrium sehingga natrium mengalir
dari luar ke dalam akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif
sedangkan di luar sel menjadi negatif.
3) Fase polarisasi parsial: Segera setelah terjadi depolarisasi
terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel
sehingga muatan positif di dalam sel menjadi berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikuti keadaan
stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter absolut dari
miokard. Selama fase ini tidak terjadi perubahan muatan listrik.
Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan yang
keluar aliran kalsium dan natrium ke dalam sel perlahan
diimbangi dengan keluarnya kalium dari dalam sel.
5) Fase repolarisasi (cepat): Pada fase ini muatan kalsium dan
natrium secara berangsur tidak mengalir lagi dan permeabilitas
terhadap kalium sangat meningkat sehingga kalium keluar dari sel
dengan cepat. Akibatnya muatan positif dalam sel menjadi sangat
berkurang sehingga pada akhirnya muatan di dalam sel menjadi
relatif negatif dan muatan di luar sel relatif positif.
b. Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer
atrium dan 2 pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung
sampai akhir kontraksi berikutnya dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap
siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan pada
simpul SA (sinoatrial) yang terletak pada dinding posterior atrium
kanan dekat muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan
cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam ventrikel, karena
susunan khusus sistem penghantar. Atrium ke ventrikel terdapat
perlambatan 1/10 detik antara jalan impuls jantung dan atrium ke
dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi
mendahului ventrikel, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi

9
ventrikel dan kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi
pergerakan darah melalui sistem vascular.

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO:
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
3. Klasifikasi tekanan darah menurut Laporan Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure (1993)
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Ke Atas
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 ( sangat ≥210 ≥120
berat)

10
4. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).

D. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

11
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf simpatik,
sistem renin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan-perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

12
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Kebiasaan hidup
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Mudah stress
d. Merokok
e. Minum minuman beralkohol
f. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Hipertensi sekunder sekunder dapat disebabkan oleh komplikasi dari


penyakit lain atau abnormalitas pada beberapa organ tubuh tertentu,
seperti:

1. Glomerulonefritis
2. Pielonefritis
3. Nekrosis tubular akut
4. Tumor
5. Aterosklerosis
6. Hiperplasia
7. Trombosis
8. Aneurisma
9. Emboli kolestrol
10. Diabetes Mellitus
11. Hipertiroidisme
12. Hipotiroidisme
13. Stroke
14. Ensepalitis
15. Obat-obatan steroid
16. Kontrasepsi oral

13
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab
terhadap perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

14
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999). Menurunnya tonus vaskuler
merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis
ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat
pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka
akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
Slamet. 1996 ).
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing/migrain
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Kelemahan
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

15
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN (Blood Unit Nitroge)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

16
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

H. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok

17
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dapat megendalikan
tekanan darah bahkan dapat menstabilkan tekanan darah seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling
baik 5 kali perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

18
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

19
BAB II

PEMBAHASAN

A. JURNAL YANG DIANALISIS


1. Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo
Wahyuningsih Safitri, Hutari Puji Astuti
2. Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu
Kabupaten Sukoharjo
Ikha Zulaikha, Heru Subaris Kasjono, Anisa Catur Wijayanti
3. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wreda Darma Bhakti
Kelurahan Pajang Surakarta
Totok Hernawan, Fahrun Nur Rosyid

B. METODE PICO (Problem,Intervention,Comparison,Outcome)


1. P(Problem) :
Gaya hidup masyarakat sekarang lebih menyukai makanan siap saji,
dimana makanan tersebut banyak mengandung lemak, protein, tinggi
garam dan rendah serat (Muhammadun,2010). Hal tersebut menyebabkan
berbagai masalah kesehatan salah satunya hipertensi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua lansia penderita hipertensi di Desa Blembem
wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo sejumlah 40 orang. Teknik
sampling dengan menggunakan purpostive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada
kriteria inklusi (Sugiyono,2010). Kriteria inklusi yaitu lansia yang tinggal
di Desa Blembem dan lansia yang masih mampu melihat, mendengar dan
melakukan gerakan senam.

20
2. I(Invention) :
Metode penelitian adalah pre-eksperimen dengan satu kelompok pre-test
dan desaign post-test, pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan
sesudah diberikan intervensi latihan senam hipertensi, analisis data
menggunakan uji Wilcoxon. Hasil yang didapatkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor usia, riwayat hipertensi, keturunan, jenis
kelamin, faktor lingkungan dan faktor kebudayaan. Cara pencegahan yang
dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari penyakit hipertensi dengan
semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari
stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga
dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia
diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan
rumah dan senam hipertensi (Maryam, dkk,2008).

3. C(Comparison) :
Jurnal 1
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih Safitri dan Hutari Puji
Astuti latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus-menerus
dapat mengalami penurunan tekanan darah. Olahraga aerobic terutama
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya
tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot dan sendi-sendi. Kedua
gerakan tersebut bermanfaat untuk kesehatan jantung yang
mengakibatkan tidak terjadinya peningkatan tekanan darah atau
mengalami penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Tetapi
perlu diperhatikan faktor dari lansia yang sudah mengalami kemunduran
dari hal motorik untuk melakukan kegiatan.

21
Jurnal 2
Pada penelitian yang dilakukan oleh Totok Hernawan dan Fahrun Nur
Rosyid nilai rata-rata tekanan darah sistol pre test (151,463) lebih tinggi
dibandingkan rata-rata tekanan darah sistol post test (130,36) sehingga
disimpulkan pemberian intervensi senam hipertensi berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistol responden. Nilai rata-rata tekanan darah
diastole pre test (95,36) lebih tinggi dibandingkan rata-rata tekanan darah
diastole post test (82,14) sehingga disimpulkan pemberian intervensi
senam hipertensi berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastole
responden.

Jurnal 3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ikhza Zulaikha, Heru Subaris
Kasjono, dan Anisa Catur Wijayanti salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menstabilkan dan menurunkan tekanan darah pada lansia
hipertensi serta untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi dapat
ditempuh melalui upaya non-farmakologis yaitu dengan melakukan
senam lansia. Sebelum adanya penelitian, pada kedua kelompok
eksperimen pernah dilaksanakan senam lansia rutin sebulan sekali, namun
senam tersebut berhenti sekitar setahun yang lalu. Sedangkan pada
kelompok control sebelumnya tidak dilaksanakan senam lansia. Oleh
karena itu, senam lansia dapat diterapkan kembali baik pada kedua
kelompok eksperimen maupun kelompok control dengan frekuensi 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 4 sampai 5 kali
seminggu sesuai kemampuan lansia. Selain itu senam lansia dilakukan
secara rutin, teratur dan berkelanjutan agar didapatkan manfaat dari
dilakukannya senam lansia.

22
4. O (Out Come) :
Jurnal 1
Ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di
Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo dengan p value
0,000

Jurnal 2
Penelitian menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tekanan darah sistolik pada ketiga kelompok penelitian
(p=0,028), namun tidak terdapat perbedaan tekanan darah diastolic pada
ketiga kelompok penelitian (p=0,367).

Jurnal 3
Tekanan darah sebelum pemberian intervensi sebagian besar adalah
prehypertension (39%), tekanan darah setelah pemberian intervensi senam
hipertensi sebagian besar adalah normal (56%), dan terdapat pengaruh
senam hipertensi terhaadap tekanan darah lansia di Panti Werdha Dharma
Bhakti Pajang Surakarta (p-value = 0,001)

23
BAB III
KESIMPULAN

Karakteristik responden menunjukkan umur responden sebagian besar


adalah umur 51-59 tahun sebanyak 29 orang; jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan sebanyak 22 orang.

Tekanan darah lansia sebelum dilakukan se-lansia sebelum dilakukan se-


sebelum dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebe-sar 158/96
mmHg (hipertensi ringan).

Tekanan darah lansia setelah dilakukan se-lansia setelah dilakukan se-


setelah dilakukan se-nam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebe-sar
146,88/88,75 mmHg (hipertensi ringan).

Ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa


Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo den-gan p value 0,000.

24
DAFTAR PUSTAKA

Azizah., 2011, Keperawatan lanjut usia, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2013, Profil Kesehatan Indonesia


2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gusmira, S., 2012, Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan


Kombinasi Konvensional Bahan Alam pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
Wilayah Depok, Makara, Kesehatan, Vol. 16, NO. 2. 77-83.

Junaidi, I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Kemenkes RI, 2013, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kemenkes
RI, Jakarta.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Laporan Provinsi. Sulawesi


Selatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jurnal. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

25

Anda mungkin juga menyukai