Willm's Tumor Gabungan
Willm's Tumor Gabungan
Oleh :
Kelas A
Ni Km Primayanti (17C10046)
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
i
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Kelas B
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
ii
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Kelas C
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Willem’s Tumor”. Berkat
bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka Tugas Makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Willem’s
Tumor ” ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ns. Gst. Kade Adi Widyas Pranata, S.Kep., M.S selaku Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Anak 2.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusu
n
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 KONSEP DASAR KEPERAWATAN TUMOR WILMS............................................3
2.1.1 DEFINISI TUMOR WILMS.....................................................................................3
2.1.2 ETIOLOGI..................................................................................................................3
2.1.3 KLASIFIKASI TUMOR WILMS.............................................................................4
2.1.4 PATOFISIOLOGI......................................................................................................6
2.1.5 MANIFESTASI KLINIS............................................................................................7
2.1.6 KOMPLIKASI............................................................................................................8
2.1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..............................................................................8
2.1.8 PENATALAKSANAAN...........................................................................................10
2.1.9 WOC WILMS’TUMOR.........................................................................................13
2.1.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................13
1. Pengkajian.................................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................................16
3. Intervensi...................................................................................................................16
4. Implementasi.............................................................................................................22
5. Evaluasi.....................................................................................................................22
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................23
3.2 SARAN.................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
ini ditemukan sama banyaknya pada kedua jenis kelamin dan tidak ada predilksi
bangsa atau ras.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab tumor Wilms tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat diduga
melibatkan faktor genetic. Tumor wilms berhubungan dengan kelainan
bawaan tertentu. Terdapat beberapa sindrom yang berhubungan dengan
Wilms’ tumor antara lain sindrom WAGR (>50 % risi-ko Wilms’ tumor),
sindrom Denys-Drash (>50% risi-ko), sindrom Beckwith-Wiedemann dan
sindrom Simpson-Golabi-Behmel. Keberadaan lokus kedua, 11p15 dapat
menjelaskan hubungan antara tumor Wilms dengan sindroma Beckwith-
Wiedemann, suatu sindroma kongenital yang ditandai dengan beberapa
tipe neoplasma embrional, hemihipertrofi, makroglosia, dan viseromegali.
3
Terdapat kemungkinan adanya keterlibatan lokus ketiga pada tumor Wilms
yang bersifat familial. Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia
didapatkan adanya mutasi pada gen supresor p53, yang hampir tidak
pernah ditemukan pada tumor Wilms tanpa anaplasia (dengan gambaran
histology yang lebih baik).
4
2. Berdasarkan Stadium
Stadium tumor wilms ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
pencitraan, terapi operatif, dan pemeriksaan patologis yang didapatkan
pada saat nefrektomi. Tumor dengan histology anaplastik memiliki
stadium penyakit yang sama sehingga dalam mendiagnosis tumor
wilms, kedua kriteria klasifikasi (misalnya: stadium II dengan
histology baik atau buruk atau stadium II dengan histologik anaplastik)
harus disebutkan.
Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini dibuat oleh
Nasional Wilm’s Tumor Study Group yang ke-V (NWTSG-V),
sebagai berikut :
a. Stadium I (43% Pasien)
Kriteria yang harus didapatkan pada tumor stadium I :
1. Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya
2. Permukaan kapsula renalis intak
3. Tumor tidak rupture atau telah dibiopsi (Biopsi terbuka atau
biopsy jarum) sebelum pengangkatan.
4. Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis
5. Tidak ada sisa tumor yang terlihat di belakang batas-batas
eksisi.
b. Stadium II ( 23% Pasien)
Kriteria yang harus didapatkan pada tumor stadium II :
1. Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi
seluruhnya.
2. Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke
kapsula renalis atau invasi ekstensif ke sinus renalis).
3. Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor.
4. Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau
terdapat bagian tumor yang pecah selama operasi yang
mengalir ke pinggang, tetapi tidak melibatkan peritoneum.
5
c. Stadium III (23% pasien) Terdapat tumor residual non hematogen
dan melibatkan abdomen dengan satu atau lebih dari kriteria di
bawah ini dapat ditemukan:
1. Tumor primer tidak dapat direseksi karena adanya infiltrasi
lokal ke struktur-struktur vital.
2. Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis
(hilus renalis, paraaorta, atau di belakangnya).
3. Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum.
4. Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan
peritoneum.
5. Tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis pasca operasi.
6. Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik
sebelum atau saat operasi, atau trombus tumor yang transeksi.
d. Stadium IV (10% Pasien)
Tumor Wilms stadium IV didefinisikan sebagai adanya metastasis
hematogen (paru-paru, hepar, tulang, atau otak), atau metastasis
kelenjar getah bening diluar region abdominopelvis.
e. Stadium V (5% Persen)
Tumor Wilms didefinisikan sebagai ditemukannya keterlibatan
ginjal bilateral pada saat seseorang didiagnosis pertama kalinya.
Pada pasien dengan tumor wilms bilateral, stadium untuk masing-
masing ginjal sesuai dengan kriteria di atas (Stadium I-III) harus
ditentukan berdasarkan luasnya penyakit sebelum dilakukan
biopsy.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
6
Wilms tumor terjadi pada parenchyema renal (parenkim ginjal).
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan lokasi dapat unilateral atau
bilateral. Pertumbuha tumor tersebut akan meluas atau menyimpang luar
renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomelurus dan tubulus yang
primitif atau abortif, dengan ruangan Bowman yang tidak nyata, dan
tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan. Pertama tama jaringan
ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor.
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid ( mempunyai jaringan
otak ). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen
dan dikatan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
saat dilakukan palpasi. Munculnya tumor wilms sejak dalam
perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir.
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal
dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan
sering terjadi nekrosis, cystik dan perdarahan. Terjadinya hipertensi
biasanya terkait dengan iskemik pada renal. Metastase tumor secara
hematogen dan limfogen; paru, hati, otak dan bone marrow.
2.1.6 KOMPLIKASI
a. Metastase ke paru-paru, sum-sum tulang (anemia ), ginjal kontra
lateral dan hati.
b. Komplikasi dari pembedahan
c. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi
8
b. CT scan
e. Biopsi
9
f. Pielogram intravena
2.1.8 PENATALAKSANAAN
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi
dilakukan sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran
histopatologi ganas dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan
radioterapi, kemudian dialisis atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan
kecuali pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan
tumor yang sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica.
Tumor yang unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi
seperti pada stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6
minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis
tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu.
10
Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral jika diberikn sisa
parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting
dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal
kontra lateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan
biopsy kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung
pada hasil staging dan histology dari tumor.Nefrektomi parsial pada
pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal.
Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi
bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian
kemoterapi.
A. Pembedahan
Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dalam tatalaksana
Wilms’ tumor disamping kemoterapi. Prosedur operasi yang
dijalankan dengan akurat dapat menentukan staging dari Wilms’
tumor dengan tepat serta rencana tatalaksana selanjutnya. Insiden
terjadinya Wilms’ tumor bilateral diperkirakan hanya lima persen
dari kasus Wilms’ tumor. Pada bilateral Wilms’ tumor, pendekatan
terbaru mulai bergeser dari radikal nefrektomi menjadi operasi
ginjal dengan preservasi ginjal yang sehat. Pemberian kemoterapi
preoperasi dapat meningkatkan keberhasilan operasi reservasi
ginjal.
B. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu modalitas yang berperan
penting dalam tatalaksana Wilms’ tumor. Terdapat beberapa obat-
obatan antineoplastik yang dapat dipilih dalam tatalaksana
Wilms’tumor antara lain dactinomycin, vincristine, doxorubicin,
cyclophosphamide,etoposide dan carboplatin. Pemberian dosis
bergantung pada berat badan anak dan stadium dari pasien.15
Penentuan pemberian obat kemoterapi pada kasus Wilms’ tumor
bergantung dari protokol yang digunakan. Ada dua protokol yang
digunakan secara luas, yaitu protokol SIOP dan COG.
11
Pada Wilms’ tumor rekuren, prognosis dan terapi
bergantung pada terapi sebelumnya, histologi tumor, serta tempat
terjadinya rekurensi. Pada beberapa kondisi seperti histologi
favourable, inisial stadium I atau II, terapi inisial hanya dengan
vincristine dan actinomycin, tidak terdapat riwayat terapi radiasi
sebelumnya, memberikan prognosis yang lebih baik.4 Terapi umum
pada kasus rekurensi adalah operasi jika memungkinkan, dilanjutkan
radiasi pada daerah yang belum mendapatkan radiasi sebelumnya
serta kemoterapi dengan regimen yang berbeda. Pada kasus
rekurensi, disarankan penggunaan kemoterapi yang lebih agresif
seperti regimen ICE (ifosfamid, carboplatin, etoposide) atau
kemoterapi jenis lain yang sedang berada dalam clinical trial.
Pemberian kemoterapi dosis tinggi yang diikuti dengan transplantasi
stem cell (transplan sumsum tulang belakang) dapat menjadi pilihan
opsi pada kasus rekurensi Wilms’ tumor.
C. Radioterapi
Peran radioterapi untuk Wilms’tumor mulai meningkat pada era
1940. Radioterapi dianggap sanggup meningkatkan angka
kesembuhan mencapai 50% dari 15-30% pada penggunaan modalitas
nefrektomi saja. Penambahan kemoterapi regimen tunggal pada era
1950 meningkatkan survival dua tahunan mencapai 60% - 80%.
dosis standar radiasi mulai diperkenalkan oleh National
Wilms’Tumor Study Group pada tahun 1969. Dengan standar terapi
nefrektomi, radiasi diberikan pada tumor bed yaitu bagian flank
sebanyak 18-40 Gy yang diikuti dengan kemoterapi ajuvan
dactinomycin atau vincristine. Pada studi NWTSG selanjutnya,
difokuskan untuk menekan toksisitas lanjut dari radiasi. NWTSG-1
dan NWTSG-2 meneliti kemungkinan subtitusi peran radiasi dengan
menggunakan kemoterapi pada pasien Wilms’ tumor histologi
favourable yang telah dilakukan reseksi total.16 Dari hasil
penelitian NWTSG, didapatkan bahwa pasien dengan histologi
favourable dapat dilakukan subtitusi peran radiasi dengan
kemoterapi dengan hasil yang tidak berbeda secara bermakna.
12
Beberapa hal penting yang menjadi landasan untuk
memutuskan pemberian radiasi pada Wilms’tumor antara lain
terdapatnya tumor yang pecah, keterlibatan dari kelenjar getah
bening sekitar,histologi unfavourable (anaplasia difusa, jenis clear
cell, dan rhabdoid), batas sayatan operasi yang masih positif tumor
atau terdapat residual gross tumor serta metastasis. Adanya mutasi
LOH pada 1p dan 16 q menjadi pertimbangan pemberian radiasi
paru pada metastasis. Dengan berkembangnya teknik radiasi saat ini,
radiasi eksterna yang saat ini digunakan adalah teknik 3D. Emily
Dunn et al menyarankan penggunaan lapangan radiasi flank
menggunakan sinar dari AP-PA.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, jenis kelmin, pekerjaan, status
kewarganegaraan, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
nomor registrasi.
b. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna
seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak
nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya satu hari
pertama sakit.
c. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
13
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan
pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria,proteinuri, hematuria.
3. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan
beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung
[ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab danpenanganan penyakit ini.
4. Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus
5. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal.
14
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan
ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yangmenurun.
6. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
7. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis
menyebabkan anak banyak diam.
d. Pemeriksaan fisik
15
F. Leher Simetris, Pembesaran KGB (-) terasa masa
diregio colli sinistra 5cm, konsistensi keras,
immobile Rom aktif, tidak ada hambatan
gerak
G. Dada Suara paru dasar vesikuler +/menurun
H. Kardiovaskuler Bunyi jantu I/II reguler, tidak mengalami
sianosis,
I. Gastrointestinal Distended (buncit), bising usus (+) normal,
hepar sulit dikaji, adanya rasa nyeri jika
dipalpasi
J. Urinary dan Ginjal Urin bercampur dengan darah dan timbul
rasa nyeri, kesulitan pada saat BAK.
Mengalami permasalahan pada perkemihan.
K. muskuloskeletal Ada kelemahan tetapi tidak ada kekakuan
pada klien
L. Neurologi Tidak ada kejang, tidak ada tremor
M Endokrin Pasien mengalami gangguan endokrin atau
. tidak
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
p e n i n g k a t a n k e b u t u h a n metabolisme, kehilangan protein dan penurunan intake.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit dan
prosedur pembedahan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
5. Nyeri beruhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
6. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Intervensi
16
kebutuhan tubuh keperawatan makanan secara bagi tubuh
berhubungan dengan selama…x 24 jam akurat 2. Gangguan
peningkatan dihrapkan 2. Kaji adanya nutrisi dapat
k e b u t u h a n metaboli Ketidakseimbanga tanda-tanda terjadi secara
sme, kehilangan protein n nutrisi kurang perubahan berlahan.
dan penurunan intake. dari kebutuhan nutrisi : 3. Diare sebagai
tubuh dapat Anoreksi, reaksi oedema
teratasi dengan Letargi, intestine dapat
kriteria hasil : hipoproteinemi memperburuk
1. Anak mau a. status nutrisi
makan 3. Beri diet yang 4. Mencegah
2. Tidak terjadi bergizi status nutrisi
penurunan 4. Beri makanan menjadi lebih
berat badan dalam porsi buruk
3. Porsi makan kecil tapi sering 5. Membantu
habis 5. Beri suplemen dalam proses
vitamin dan metabolisme
besi sesuai
instruksi
17
peningkatn mengidentifikas aktivitas.
tekanan i pilihan 2. Aktivitas yang
darah, nadi aktivitas. berlebihan
dan RR 3. Bantu dengan akan
2. Mampu aktivitas fisik memperburuk
melakukan teratur. keadaan klien.
aktivitas 3. Jika
sehari-hari 4. Ajarkan rentang beraktivitas
(ADL) pengaturan dengan teratur
secara aktivitas dan maka terhindar
mandiri tehnik dari cedra.
3. Tanda- manajemen 4. Untuk
tanda vital waktu untuk bertanggung
normal mencegah jawab terhadap
kelelahan. kesehatan
5. Kolaborasi sendiri tentang
dengan ahli manajemen
terapi okupasi waktu untuk
fisik. mencegah
kelelahan.
5. Dengan
melakukan
terapi fisik
dapat
menghilangka
n rasa letih dan
lemah pada
klien.
18
prosedur pembedahan. dihrapkan ansietas media untuk yang
dapat teratasi menjelaskan dirasakan
dengan kriteria mengenai klien
hasil : penyakit 2. Untuk
1. Keluarga 3. Jelaskan mengetahui
pasien tentang pemahaman
tidak pengobatan orang tua
bertanya yang diberikan 3. Untuk
tentang dan prosedur mengurangi
kesehatan tindakan kecemasan
anaknya 4. Dorong orang pada orang
2. Orang tua tua untuk tua
terlihat mengungkapk 4. Untuk
tenng an perasaan mengetahui
dengan dan dengarkan tingkat
keadaan dengan penuh kecemasan
anaknya hati orang tua
3. TTV
dalam
batas
normal
4. Resiko infeksi Setelah diberikan 1. Pantau tanda- 1. Peningkatan
berhubungan dengan tindakan tanda vital suhu tubuh
adanya luka operasi. keperawatan 2. Kaji tanda- mengidentifik
selama…x 24 jam tanda infeksi si adanya
dihrapkan resiko 3. Lakukan infeksi
infeksi dapat perawatan 2. Mengidentifik
teratasi dengan luka dengan asi infeksi
kriteria hasil: tehnik aseptic lebih dini
1. Tidak 4. Kolaborasi sehingga
adanya dalam dapat segera
tanda pemberian diatasi
tanda antibiotik 3. Perawatan
infeksi dengan tehnik
19
(bengkak, aseptic dapat
kemerahan mempercepat
, nyeri, penyembuhan
demam) dan dapat
2. Suhu menghindari
dalam dari infeksi
batas 4. Dapat
normal menekan
penyebaran
infeksi.
5. Nyeri Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Menentukan
beruhubungan asuhan nyeri tinfakan
dengan efek keperawatan 2. Lakukan selanjutnya
fisiologis dari selama ...x24 jam teknik 2. Sebagai
neoplasia pasien tidak pengurangan analgesic
mengalami nyeri nyeri tambahan
atau nyeri nonfarmakolo 3. Mengurangi
menurun sampai gis rasa sakit
tingkat yang dapat 3. Berikan 4. Untuk
diterima anak analgesic mencegah
Dengan kriteria sesuai kambuhnya
hasil : ketentuan nyeri
1. Skala 4. Berikan obat 5. Karena
nyeri dengan aspirin
berkurang jadwal dapat
atau 1-3 prefentif meningkatk
2. Pasien 5. Hindari an
tidak aspirin atau kecendrung
mengeluh senyawa an
sakit dan lainnya. perdarahan
nyeri
6. Kekurangan Volume Setelah diberikan 1. Pantau 1. Keseimbanga
Cairan berhubungan asuhan masukan dan n cairan
dengan kehilangan keperawatan haluaran dan negatif terus
20
cairan aktif selama ...x24 jam berat jenis menerus
Klien akan 2. Kaji turgor menurunkan
menampakkan kulit dan haluaran
volume cairan kelembaban renal dan
adekuat/ membrane konsentrasi
mempertahankan mukosa, urinr
cairan adekuat memperhatika menunjukkan
n keluhan terjadinya
haus dehidrasi dan
3. Dorong perlunya
peningkatan peningkatan
masukan penggantian
cairan sesuai cairan
toleransi 2. Indikator
individu tidak
4. Berikan cairan langsung dari
IV sesuai status
indikasi dehidrasi/
derajat
kekurangan
3. Membantu
dalam
memelihara
kebutuhan
cairan dan
menurunkan
resiko efek
samping
membahayak
an
4. Diberikan
untuk hidrasi
umum serta
mengencerka
21
n obat anti
neoplastik
dan
menurunkan
efek samping
merugikan
misalnya
mual dan
muntah
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan
(Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan
penegakkan diagnosis keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai
tujuan dan hasil sesuai yang diiginkan untuk mendukung dan menigkatkan
status kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini
sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien ( Potter & Perry, 2013). Hal yang perlu diingat adalah
evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan klien.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
22
Tepper JE,2012 dalam Tirawan & Nana, 2017) Tumor wilms adalah tumor
ginjal yang padat dan biasanya dapat dijumpai pada anak berusia dibawah 10 tahun
(10%) dengan kemungkinan risiko terkena yang hampir sama pada laki-laki
maupun perempuan. Tumor ini paling sering dijumpai pada anak-anak berusia 3
tahun dan sekitar 10 % merupakan lesi bilateral. Tumor wilms mungkin ditemukan
pada anak yang tidak memiliki atau anak dengan kelainan anridia (tidak memiliki
iris), dan sindrom becwith-Wiedeman (makroglosia, omfalokel, viseromegali, dan
hipoglikemia neonatal) (Sugandi, 2014).Penyebab dari tumor wilms melibatkan
faktor genetic dan tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu.
3.2 SARAN
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat
tersusun lebih baik lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Audry, G., Charieg, A., Larroquet, M., Boccon-Gibod, L., Patte, C., Landman-Parker,
J., …& Lepointe, HD (2007). Pembedahan dalam pengobatan
nephoroblastomatosis – serangkaian 19 pasien. Jurnal Pediatrik Urologi, 3,
S40.
24
BILACHI, L., CABRERA,L., BUENO, LF, Cardoso, MRR & Braga, FDCB (2018,
Januari). Tumor Wilms : Tinjauan Kasus dari Beberapa Penyajian Yang
Langka dan Tidak Biasa. Kongres Radiologi Eropa 2018.
Kaste, SC, Dome, JS, Babyn, PS, Graf, NM, Grundy, P., Godzinski,J., …& Jenkinson,
H. (2018). Tumor Wilms : Faktor Prognostik, pementasan, terapi, dan efek
lanjut. Radiologi anak, 38 (1), 2-17.
Morgan, TM, Denmark, H., Nanda, RH, Esiashvili, N., & Meacham, LR (2018). Iradiasi
paru-paru seluruh pasien tumor wilms stadium IV: dosimetri tiroid dan
hasil. Darah & kanker anak, 65 (2), e26843.
Sutedja, T., & Supriana, N. (2017). Radioterapi pada Tatalaksana Tumor Wilms.
Radioterapi & Onkologi Indonesia, 8 (2), 84-92
25