Askep Ca Serviks
Askep Ca Serviks
OLEH :
KELOMPOK 19
NAMA KELOMPOK :
NI MADE SINTYA INDRIANTARI(17C10061)
NI LUH PUTU NOVIYANTI (17C10062)
PUTU LELI ANGGRENI (17C10063)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker serviks
2. Untuk mengetahui Etiologi / penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui Bagaiamna Patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis kanker servik
5. Untuk mengetahui klasifikasi tingkat keparahan kanker serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker servik
7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada kanker servik
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim merupakan
keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada
atau organ˗organ lain disekitar serviks maupun yang jauh (Arisusilo, 2012).
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan terletak diantara
rahim (uterus) dengan vagina (Kemenkes RI, 2015). Kanker serviks adalah
pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi
yang disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18. (CDC, 2013).
serviks yang bersifat ganas, yang menyerang bagian squamosa columnar junction
(SCJ) serviks yang terletak diantara uterus dengan vagina pada organ reproduksi
wanita yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipa 16 dan 18
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi pada leher rahim yang
disebabkan oleh virus HPV tipe onkogenik yang ditularkan melalui hubungan
seksual (Petignat, 2007 dalam Swari, 2014). Infeksi dapat terjadi setelah
30% wanita pada usia 30 tahun keatas yang telah aktif secara seksual pernah
terinfeksi HPV. Presentasi tersebut akan lebih meningkat apabila wanita tersebut
memiliki banyak pasangan seksual. Pada umumnya sebagian besar infeksi HPV
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya
yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan
3. Insiden
Karsinoma Serviks.
Epidemiologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi,
registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai
2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus
pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang. Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang,dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi
Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-
100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker
serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi
dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.
4. Patofisiologi
keluhan. Pada pemeriksaan dengan speculum, tampak sebagai porsio yang erosive
1) eksofitik mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferatif
2) Endofitik mulai dari SCJ tumbuh kedalam stoma serviks dan cenderung
3) Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struk jaringan serviks
dengan ,melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
tingkatan NIS- I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif. Sekali
5. Manifestasi klinis
Mengenali tanda-tanda pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau
berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
6. Klasifikasi
Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel atau karsinoma pre
2) Stadium I :
3) Stadium 1a :
sudah memasuki stroma 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalm
4) Stadium 1b :
5) Stadium II :
infiltrate tumor.
panggul.
8) Stadium III : Penyebaran sudah sampai dinding panggul dan 1/3 distal
vagina.
9) Stadium IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, sedang paramterium
10) Stadium IIIb: Penyebaran sudah mencapai dinding panggul dan atau ada
hidronefrosis.
11) Stadium IV :
12) Stadium IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah
13) Stadium IVb : Telah terjadi penyebaran keorgan yang lebih jauh.
8. Tes Diagnostik
1. Papanicalow Smear : untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada klien yang
tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang
2. Biopsi : untuk melengkapi hasil pap smear. Hasil biopsy akan lebih
pada saluran pelvic atau peroatik limfe; dan pemeriksaan adanya obstrksia
Brown) yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedang
pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
9. Penatalaksanaan
dan serviks (total) atau salah satunya. Biasanya dilakukan pada stadium Ia –
Iia. Umur klien sebaiknya sebelum menopause atau bila keadaan umum baik.
Dapat juga pada umur kurang dari 65 tahun. Pasien harus bebas dari penyakit
2. Radiasi : untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial
dan nodus limpa padapelvik. Biasanya dilakukan pada stadium IIb, III, dan
IV. Metode radioterapi disesuaikan dengan tujuan kuratif atau paliatif. Untuk
dlakukan pada stadium I – IIIb. Bila ca sudah keluar roga panggul maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium
IVa.
10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks:
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi
lagi bila diperlukan.
Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi:
1. Sulit untuk buang air kecil
2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian
paha
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5. Tidak bisa hamil
BAB III
melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan atau
1. Pengkajian (assessment)
2. perencanaan (planning)
3. Pelaksanaan (implementasi)
4. Penilaian (evaluasi)
1. Pengkajian keperawatan.
a. Identitas pasien.
2. Riwayat kesehatan saat ini yaitu keluhan sampai saat klien pergi kerumah
dan siklus haid, usia pertama kali menikah, adanya pasangan yang lebih
dari satu, beberapa kali menikah dan bagaimana perkembangan klien pada
saat ini.
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah klien
yang murung atau sedih serta keluhan klien yang merasa tidak berguna
tidur.
2. Inspeksi :
3. Palpasi :
mandibularis.
4. Perkusi :
5. Auskultasi :
olah raga.
8. Pemeriksaan penunjang.
1) Pap smear
2) Biopsi
3) Kolposkopi
4) Laboratorium
5) Radiologi
2. Diagnosa Keperawatan.
dalam satu diagnosa sesuai dengan masalah klien dan dengan data-data yang telah
ada.
sebagai berikut :
fisik.
3. Perencanaan Keperawatan
berikut :
1. Tujuan
Nyeri hilang atau teratasi.
2. Rencana tindakan :
selanjutnya.
yang dirasakan.
peningkatan nyeri.
1. Tujuan
2. Rencana tindakan
- Kaji pola makan klien
penambah tenaga.
cairan.
fisik.
1. Tujuan :
2. Rencana tindakan
- Kaji tingkat kemampuan klien
1. Tujuan
2. Rencana tindakan
sakit.
1. Tujuan
2. Rencana tindakan.
diperhatikan.
4. Implementasi
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
memberikan pelayanan kepada pasien dan/atau dapat juga didelegasikan
kepada orang lain yang dipercayai di bawah pengawasan yang masih seprofesi
dengan perawat (Mitayani, 2012).
5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan pasien dengan berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai
hasil yang diharapkan terhadap kesehatan pasien dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah pasien dapat teratasi. Disamping itu, perawat juga melakukan
umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dan
proses keperawatan segera dimodifikasi (Mitayani,2012).
DAFTAR PUSTAKA
Arisusilo C. 2012. Kanker Leher Rahim (Cancer Cervix) sebagai Pembunuh Wanita
Terbanyak di Negara Berkembang. Saintis. 1 (1): 112-123.
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta: Ditjen PP & PL.
Kemenkes. 2015. Buletin Kanker. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI.
Saifidin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo &
JNKKR-POGI. Jakarta