Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIKS

OLEH :
KELOMPOK 19

NAMA KELOMPOK :
NI MADE SINTYA INDRIANTARI(17C10061)
NI LUH PUTU NOVIYANTI (17C10062)
PUTU LELI ANGGRENI (17C10063)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan
sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen genetik total sel) serta
mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker (Guyton, Arthur C.)
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim merupakan
keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks
mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi jaringan atau
organ˗organ lain disekitar serviks maupun yang jauh (Arisusilo, 2012). Penyebab
utama kanker serviks adalah infeksi pada leher rahim yang disebabkan oleh virus
HPV tipe onkogenik yang ditularkan melalui hubungan seksual (Petignat, 2007 dalam
Swari, 2014).
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar
12,7%.Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan
setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Usia rata-rata kejadian kanker leher
rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39
tahun dan 60 – 64 tahun.
Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi
menggunakan penelitianmolekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel
skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebabmutasi neoplasma (perubahan sel
normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30
diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang
menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa
menyebabkan masalah dimanusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi
keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukanpada 70% kanker leher rahim serta
HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).

1.2 Rumusan Masalah

1.  Apakah pengertian dari kanker serviks?


2.  Apakah Etiologi / penyebab kanker serviks?
3.  Bagaiamna Patofisiologi kanker serviks?
4.  Apa saja Manifestasi klinis kanker servik
5. Bagaiamana klasifikasi tingkat keparahan kanker serviks?
6.  Apa saja penatalaksanaan kanker servik ?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada kanker servik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker serviks
2. Untuk mengetahui Etiologi / penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui Bagaiamna Patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis kanker servik
5. Untuk mengetahui klasifikasi tingkat keparahan kanker serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker servik
7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada kanker servik
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian

Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim merupakan

keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada

serviks mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi jaringan

atau organ˗organ lain disekitar serviks maupun yang jauh (Arisusilo, 2012).

Serviks merupakan bagian dari organ reproduksi internal wanita tepatnya

sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan terletak diantara

rahim (uterus) dengan vagina (Kemenkes RI, 2015). Kanker serviks adalah

pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi

ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-

columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, 2008). Kanker serviks merupakan kanker

yang disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18. (CDC, 2013).

Jadi kesimpulannya, kanker serviks adalah pertumbuhan abnormal pada sel

serviks yang bersifat ganas, yang menyerang bagian squamosa columnar junction

(SCJ) serviks yang terletak diantara uterus dengan vagina pada organ reproduksi

wanita yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipa 16 dan 18
2. Etiologi

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi pada leher rahim yang

disebabkan oleh virus HPV tipe onkogenik yang ditularkan melalui hubungan

seksual (Petignat, 2007 dalam Swari, 2014). Infeksi dapat terjadi setelah

terjadinya lesi squamosa intraephitelial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10–

30% wanita pada usia 30 tahun keatas yang telah aktif secara seksual pernah

terinfeksi HPV. Presentasi tersebut akan lebih meningkat apabila wanita tersebut

memiliki banyak pasangan seksual. Pada umumnya sebagian besar infeksi HPV

terjadi tanpa gejala dan bersifat menetap (Kumar, 2007)

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,

antara lain adalah :

1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan

melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker

  serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan

hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih

besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.


2. Berganti-ganti pasangan seksual
  Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan

penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human

papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker


serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat

pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping

itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.


3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,

  lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya

yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan

serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus.


 
4. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat

dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta


 
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita

yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).


   
5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun
(www.geogle.com 2005).

3. Insiden

Karsinoma Serviks.

Epidemiologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi,
registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai
2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus
pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang. Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang,dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi
Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-
100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker
serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi
dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.

4. Patofisiologi

Pada awal perkembangan kanker serviks tak memberi tanda-tanda dan

keluhan. Pada pemeriksaan dengan speculum, tampak sebagai porsio yang erosive

(metaplase skuamosa) yang fisiologik atau patologik.


Tumor dapat tumbuh ;

1) eksofitik mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferatif

yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

2) Endofitik mulai dari SCJ tumbuh kedalam stoma serviks dan cenderung

untuk mengadakan infilterasi menjadi ulkus.

3) Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struk jaringan serviks

dengan ,melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplase (erosio)

akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan

masuknya mutagen, porsio yang erosive (metaplasia skuamosa ) yang semula

faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (diplastik-diskariotik) melalui

tingkatan NIS- I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif. Sekali

menjadi mikro infasif, proses keganasan akan berjalan terus.

5. Manifestasi klinis

Mengenali tanda-tanda pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau

tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai

berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan

yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau

dan dapat bercampur dengan darah.


5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi

hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.


7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema

kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah

(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul

gejala-gejala akibat metastasis jauh.


Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami penyebaran

(metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :

1 Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya.


2 Melalui pembuluh darah (hematogen)
Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung
3
kencing dan rectum.
(www.geogle.com 2005).

6. Klasifikasi

Klasifikasi tingkat keganasan menurut The Internasional Federation of

Gynecologi and Obstetrics (IFGO), 1978 yang didasarkan atas pemeriksaan

klinik, radiology, kuretase endoserviks dan biopsy yaitu :


1) Statium 0 :

Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel atau karsinoma pre

invasif : Membrane beralis masih utuh.

2) Stadium I :

Ca terbatas pada serviks.

3) Stadium 1a :

Karsinoma mikroinvasif : bila membran basalissudah rusak dan sel tumor

sudah memasuki stroma 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalm

pembuluh limfe atau pembuluh darah.

4) Stadium 1b :

Secara klinis sudah diduga adanya tumor histogolik menunjukkan invasi

kedalam stroma serviks.

5) Stadium II :

Ca meluas keluar serviks tetapi tidak mencapai dinding panggul Ca sudah

mengenai vagina tapi1/3 distal masih bebas.

6) Stadium IIa : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium, masih bebas dari

infiltrate tumor.

7) Stadium IIb : Penyebaran ke parametrium, tapi belum sampai dinding

panggul.

8) Stadium III : Penyebaran sudah sampai dinding panggul dan 1/3 distal

vagina.
9) Stadium IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, sedang paramterium

tidak dipersoalkan, asal tidak sampai dinding panggul.

10) Stadium IIIb: Penyebaran sudah mencapai dinding panggul dan atau ada

hidronefrosis.

11) Stadium IV :

Ca sudah melaus keluar panggul kecil atau mengenai mukosa vesiko

urinaria atau rektum atau menyebar ketempat yang lebih jauh.

12) Stadium IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah

menginfiltrasi mukosa rectum atau rectum.

13) Stadium IVb : Telah terjadi penyebaran keorgan yang lebih jauh.

( kapita selekta kedokteran 2000 hal 379).

8. Tes Diagnostik

1. Papanicalow Smear : untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada klien yang

tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang

diambil dari porsi serviks.

2. Biopsi : untuk melengkapi hasil pap smear. Hasil biopsy akan lebih

memperjelas apakah itu kanker invasive atau hanya tumor benigna.


3. kolposkopi : untuk melihat daerah yang terkena proses mataplasia.

Pemeriksaan ini kurang efisien dari biopsy karena memerlukan keterampilan

dan kemampuan cosposcopist dalam mengetes darah yang abnormal.

4. Laboratorium : untuk mengetahui aktivitas enzim pyvalekinase. Pada pasien

konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada

daerah epithelium serviks.

5. Radiologi : pelvic limphangiografi, untuk menunjukkan adanya gangguan

pada saluran pelvic atau peroatik limfe; dan pemeriksaan adanya obstrksia

pada ureter terminal.

6. Tes Schiler : menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan

serviks. Bila normal pada serviks akan membentuk bayangan (Mahagony

Brown) yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedang

pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna

yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan tergantung pada stadium ca serviks itu sendiri.

Penatalaksanaan medis terbagi 3 yaitu :

1. Histerektomi : suatu tindakan pembedahan yang bertujuan mengangkat uterus

dan serviks (total) atau salah satunya. Biasanya dilakukan pada stadium Ia –

Iia. Umur klien sebaiknya sebelum menopause atau bila keadaan umum baik.
Dapat juga pada umur kurang dari 65 tahun. Pasien harus bebas dari penyakit

resiko tinggi seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.

2. Radiasi : untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial

dan nodus limpa padapelvik. Biasanya dilakukan pada stadium IIb, III, dan

IV. Metode radioterapi disesuaikan dengan tujuan kuratif atau paliatif. Untuk

tujuan pengobatan kuratif diperlukan metode radiasi gabungan antara

brakhiterapi (radiasi intraktiver) dan telerterapi (radiasi eksternal). Biasanya

dlakukan pada stadium I – IIIb. Bila ca sudah keluar roga panggul maka

radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium

IVa.

3. Khemoterapi : pemberian obat melalui infuse, tablet atau intramuskuler. Obat

yang diberikan adalah (CAP) Cylophopnopamide Adreamycin Platamin,

(PVB) Platamin Veble Bloemycin, dan lain-lain.

10. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks:
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi
lagi bila diperlukan.
Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi:
1. Sulit untuk buang air kecil
2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian
paha
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5. Tidak bisa hamil

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah tindakan yang dilakukan secara sistematik untuk

menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya,

melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan atau

mengevaluasi keberhasilan secara efektif akan masalah yang diatasinya.


Asuahan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan memulihkan kesehatan

melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari :

1. Pengkajian (assessment)

2. perencanaan (planning)

3. Pelaksanaan (implementasi)

4. Penilaian (evaluasi)

Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan

keterampilan tenaga keperawatan.

Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam

pelaksanaan fungsi keperawatan. Ide pendekatan yang dimiliki karakteristik,

sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis, dan ilmiah.

1. Pengkajian keperawatan.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan :

a. Identitas pasien.

Biodata pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, pendidikan,

pekerjaan, agama, dan alamat.

b. Riwayat kesehatan sekarang.


1. Riwayat kesehatan yang lalu tentang penyakit yang berhubungan dengan

kanker seperti endodermis, diabetes, hipertensi, jantung, mioma. Dikaji

juga tentang penggunaan estrogen lebih dari 3 tahun.

2. Riwayat kesehatan saat ini yaitu keluhan sampai saat klien pergi kerumah

sakit seperti terjadinya pendarahan pervagina diluar siklus haid,

pendarahan post koitus, nyeri pada abdomen, amenorrhoe dan

hipernorrhoe, pengeluaran cairan vagina yang berbau.

3. Riwayat kesehatan keluarga yaitu tentang anggota keluarga yang pernah

mengalami penyakit yang sama.

4. Riwayat tumbuh kembang yaitu meliputi usia pertama kali melakukan

hubungan seks, menarche, banyaknya kehamilan dan melahirkan, lama

dan siklus haid, usia pertama kali menikah, adanya pasangan yang lebih

dari satu, beberapa kali menikah dan bagaimana perkembangan klien pada

saat ini.

5. Riwayat psikososial yaitu tentang penerimaan klien terhadap penyakitnya

serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan

suami/keluarga terhadap klien dari sumber keuangan. Konsep diri klien

meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah klien

yang murung atau sedih serta keluhan klien yang merasa tidak berguna

atau menyusahkan orang lain.


6. Riwayat kebiasaan sehari-hari meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi,

elimenasi, aktivitas klien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan

tidur.

c. Pemeriksaan fisik, meliputi :

1. Keadaan umum, meliputi : kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, suhu, tinggi

badan, dan berat badan.

2. Inspeksi :

a) Kepala : Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.

b) Mata : Konjungtiva pucat, icterus pada skelera.

c) Leher : Pembesaran kelenjar limfe, bendungan vena jugularis.

d) Payudara : Kesimetrisan, bentuk adanya massa.

e) Dada : Kesimetrian, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada

inspirasi, frekuensi pernafasan.

f) Abdomen : Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran

vena-vena abdomen, nampak pembesaran, striae.

g) Genetalia : Sekret, keputihan, peradangan, pendaahan, lesi.

h) Ekstermitas : Oedema, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.

3. Palpasi :

a) Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dan kelenjar limfe sub

mandibularis.

b) Payudara : teraba massa abnormal, nyeri tekan.


c) Abdomen : teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,

perabaan hepar, ginjal dan limfe.

4. Perkusi :

a) Abdomen : hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.

b) Refleks fisiologi dan patologis.

5. Auskultasi :

Abdomen, meliputi peristaltik usus, bising aorta abdominalis, arteri

renalis dan arteri iliaca.

6. Riwayat psikososial klien meliputi reaksi emosional setelah diagnosa

penyakit diketahui : ibu menginginkan mendapatkan pertolongan dokter.

7. Pola kegiatan sehari-hari meliputi : riwayat kebiasaan makanan : yang

meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi (BAB/BAK) aktivitas

klien sehari-hari, pemenuhan kebetuhan istirahat dan tidur, rekreasi dan

olah raga.

8. Pemeriksaan penunjang.

1) Pap smear

2) Biopsi

3) Kolposkopi

4) Laboratorium

5) Radiologi

6) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan

darah, masa peredaran dan masa pembekuan)


7) Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.

2. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah hasil interpretasi analisa data yang dirangkum

dalam satu diagnosa sesuai dengan masalah klien dan dengan data-data yang telah

ada.

Pada klien dengan ca serviks, Diagnosa yang mungkin didapatkan adalah

sebagai berikut :

1) Nyeri berhubungan dengan penekanan pada saraf simpatik di parametrium.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

3) Keterbatasan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan

fisik.

4) Gangguan konsep diri berhubungan dengan disfungsi seksual

5) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan dari pasien dengan ca serviks sebagai

berikut :

1. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada saraf simpatis di parametrium.

1. Tujuan
Nyeri hilang atau teratasi.

2. Rencana tindakan :

- Kaji tingkat nyeri

Rasional : Nyeri merupakan respon klien yang spesifik sifatnya   dan

merupakan indicator untuk melakukan tindakan

selanjutnya.

- Atur posisi yang menyenangkan

Rasional : Dapat memberi rasa nyaman pada klien.

- Ajarkan tehnik relaksasi

Rasional : Dengan tehnik relaksasi diharapkan perhatian klien

tidak berpusat pada nyeri dan melupakan penyebab  nyeri

yang dirasakan.

- Ukur tanda-tanda vital.

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan  adanya

peningkatan nyeri.

- Penatalaksanaan pemberian analgetik.

Rasional : Pemberian analgetik dapat menekan reseptor nyeri

sehingga nyeri tidak dapat diteruskan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

1. Tujuan

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

2. Rencana tindakan
- Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan

asupan dalam tindakan selanjutnya.

- Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Dapat mengurangi kebosanan dan memenuhi kebutuhan

  nutrisi sedikit demi sedikit.

- Anjurkan untuk ajak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : Sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung nutrisi

penambah tenaga.

- Timbang berat badan

Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan

cairan.

- Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

Rasional : Partisipasi keluarga sangat mendukung dalam  peningkatan

asupan nutrisi pada klien.

3. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan

fisik.

1. Tujuan :

Pemenuhan ADL terpenuhi

2. Rencana tindakan
- Kaji tingkat kemampuan klien

Rasional : Sebagai indikator untuk melakukan tindakan  selanjutnya.

- Beri support pada klien untuk melakukan aktifitasnya.

Rasional : Memberikan rasa percaya dalam menimbulkan minat pada

diri klien sendiri sehingga mengurangi rasa

ketergantungan pada orang lain.

- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.

- Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga

kebutuhan klien dapat terpenuhi.

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan disfungsi seksual.

1. Tujuan

Tidak terjadi disfungsi seksual.

2. Rencana tindakan

- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Rasional : Mengurangi tekanan batinnya.

- Diskusikan dengan klien dan suaminya tentang reaksi seksual setelah

sakit.

Rasional : Informasi yang jelas bagi pasangan akan memberikan

pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi.


- Anjurkan suaminya untuk memahmi efek samping pengobatan kanker

yang dapat mempengaruhi seksualitas.

Rasional : Pemahaman yang jelas membantu suami memulai  proses

adaptasi pada keadaan baru.

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi

1. Tujuan

Kecemasan klien berkurang atau hilang.

2. Rencana tindakan.

- Kaji tingkat kecemasan

Rasional : Sebagai indikator untuk melakukan tindakan  selanjutnya.

- Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk menemani klien.

Rasional : Agar klien merasa tidak dikucilkan dank lien merasa

diperhatikan.

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Rasional : Agar klien merasa diperhatikan.

- Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan klien.

4. Implementasi
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
memberikan pelayanan kepada pasien dan/atau dapat juga didelegasikan
kepada orang lain yang dipercayai di bawah pengawasan yang masih seprofesi
dengan perawat (Mitayani, 2012).

5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan pasien dengan berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai
hasil yang diharapkan terhadap kesehatan pasien dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah pasien dapat teratasi. Disamping itu, perawat juga melakukan
umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dan
proses keperawatan segera dimodifikasi (Mitayani,2012).

DAFTAR PUSTAKA

Arisusilo C. 2012. Kanker Leher Rahim (Cancer Cervix) sebagai Pembunuh Wanita
Terbanyak di Negara Berkembang. Saintis. 1 (1): 112-123.

Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta: Ditjen PP & PL.
Kemenkes. 2015. Buletin Kanker. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI.
Saifidin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo &
JNKKR-POGI. Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai