Anda di halaman 1dari 11

A.

Faktor-Faktor Penyebab Pencemaran Udara-Gas

Tabel 1. Komposisi udara bersih

Komponen Konsentrasi dalam volume


(ppm) (%)
Nitrogen (N2) 780,9000 78,0900
Oksigen (O2) 209,5000 20,9500
Argon (Ar) 9,3000 0,9300
Karbon dioksida (CO2) 320,0000 0,0320
Neon (Ne) 18,0000 1,8 x 10-3
Helium (He) 5,2000 5,2 x 10-4
Metana (CH4) 1,5000 1,5 x 10-4
Krypton (Kr) 1,0000 1,0 x 10-4
H2 0,5000 5,0 x 10-5
H2O 0,2000 2,0 x 10-5
CO 0,1000 1,0 x 10-5
Xe 0,0800 8,0 x 10-6
O3 0,0200 2,0 x 10-6
NH3 0,0060 6,0 x 10-7
NO2 0,0010 1,0 x 10-7
NO 0,0006 6,0 x 10-8
SO2 0,0002 2,0 x 10-8
H2S 0,0002 2,0 x 10-8
(Gidding, 1973).

Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter


yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati
ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam
keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau
lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2,
SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat
tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan. Adanya gas-gas tersebut
dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di
daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter
konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau
polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan
pencemaran sebagai berikut:

1. Pencemaran tingkat pertama yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan


kerugian bagi manusia.
2. Pencemaran tingkat kedua yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian
bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.

3. Pencemaran tingkat ketiga yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada
faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.

4. Pencemaran tingkat keempat yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit


akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan (Lutfi,
2009).

Menurut Rahmawati (1999), faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran


polutan adalah sebagai berikut:

1. Arah dan kecepatan angin

Angin merupakan faktor utama dalam persebaran polutan karena dapat


mengakibatkan suatu zat berpindah tempat. Arah angin dapat digunakan untuk
menentukan daerah penerima dispersi zat, sedangkan kecepatan angin dapat
digunakan untuk menentukan jangkauan daerah penerima.

2. Suhu dan stabilitas atmosfer


Suhu udara dalam proses dispersi zat pencemar akan mempengaruhi stabilitas
udara. Gradien perubahan suhu akan berpengaruh sangat kuat terhadap kestabilan
atmosfer. Stabilitas atmosfer berperan penting dalam pengangkutan dan dispersi
pencemaran udara. Stabilitas atmosfer dapat diartikan sebagai kecenderungan
atmosfer untuk menggurangi atau intensifkan gerakan vertikal atau alternatifnya,
menekan atau menambah gerakan turbulen yang ada. Hal ini berkaitan dengan
perubahan suhu dengan ketinggian (lapse rate) dan juga kecepatan angin.
3. Intensitas radiasi matahari
Tingkat stabilitas atmosfer harus diketahui untuk memperkirakan kemampuan
atmosfer untuk mendispersikan polutan. Kecepatan angin dan intensitas radiasi
matahari merupakan faktor yang digunakan dalam penentuan kelas stabilitas.
Terdapat 6 kategori dalam kelas stabilitas atmosfer yang dapat ditentukan nilainya
menggunakan kelas stabilitas Pasquill-Gifford. Kelas stabilitas atmosfer
PasquillGifford dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Kelas Satbilitas Atmosfer Pasquill-Gifford

Radiasi Matahari (Siang Kondisi Awan (Malam


Hari) Hari)
Kecepatan Angin
Kuat Sedang Lemah
(m/s)
Mendung Gelap
>600 300-600 <300
W/m2 W/m2 W/m2

<2 A A-B B E F
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D
Sumber: Abbey, dkk, 1969

Keterangan: A = sangat tidak stabil; B = tidak stabil; C = agak tidak stabil; D =


netral; E = agak stabil; F = stabil

4. Mixing height (tinggi pencampuran)


Mixing height merupakan parameter kunci model pencemaran udara dalam
penentuan volume untuk ruang dispersi pencemar di atmosfer (Siebert, 1998).
Menurut Sumaryati (2007) pada kondisi udara sangat tidak stabil yang banyak
dijumpai pada siang hari, lapisan mixing height bisa mencapai 2 km. Namun,
ketika udara sangat stabil terutama pada malam hari, lapisan mixing height hanyak
beberapa ratus meter dari permukaan tanah (ground).

B. Jenis-Jenis dan Sumber Pencemaran Udara


Pada wilayah perkotaan, sebagian besar pencemaran udara disebabkan karena
pembakaran sumber energi yang kekuatan emisinya sangat bergantung pada
intensitas aktivitas antropogenik di daerah yang bersangkutan. Emisi pencemar
umumnya dihasilkan dari berbagai aktifitas kehidupan manusia jauh lebih besar
daripada emisi pencemar dari sumber alami. Sumber pencemar alami hanya
memberikan kontribusi terhadap konsentrasi latar di daerah perkotaan dan tidak
memberikan dampak yang signifikan, sedangkan kualitas udara ambien lebih
dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan manusia.

Secara umum jenis-jenis pencemaran udara yaitu sebagai berikut :


a. Karbon monoksida
b. Oksida nitrogen
c. Oksida sulfur
d. CFC
e. Hidrokarbon
f. Senyawa organik volatil
g. Partikulat
h. Radikal bebas

Menurut Darmono (2001), jenis sumber-sumber pencemar dibedakan


berdasarkan pola emisinya yaitu:

a. Sumber pencemaran titik (point source), sumber pencemaran dari lokasi


tertentu yang mengemisikan gas secara secara kontinyu. Salah satu contohnya
adalah cerobong asap.

b. Sumber pencemar garis (line source), sumber pencemaran yang


mengemisikan gas dalam bentuk garis. Contohnya adalah pencemaran debu di
sepanjang jalan raya, emisi gas buang dari kendaraan bermotor di sepanjang
jalan raya dan juga kepulan asap dari bangunan industri yang tanpa cerobong
asap sehingga emisinya menyebar secara memanjang.

c. Sumber pencemar area (area source), sumber pencemaran yang


mengemisikan gas pada luasan tertentu. Contohnya adalah emisi gas dari
kebakaran hutan yang luas, penyebaran emisi terjadi secara luas dalam satu
area luasan.
d. Sumber pencemar volume, emisi gas yang berasal dari sumber yang memiliki
volume tertentu. Contohnya emisi gas dari bangunan lengan jendela, pintu dan
ventilasi terbuka.

e. Sumber pencemar puff, sumber pencemaran yang bersifat sesaat. Contohnya


adalah pengeluaran emisi gas debu pada waktu akibat rusaknya salah satu alat
prediksi.

Menurut Darmono (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas zat


pencemar udara yaitu:

1. Jenis bahan bakar, bahan bakar yang mengandung belerang akan


menghasilkan zat pencemar sulfur dioksida (SO2), bahan bakar yang
mengandung abu (fly ash) akan menghasilkan zat pencemar partikel dan debu.

2. Proses produksi, proses yang dipilih dalam industri akan mempengaruhi


kualitas emisi zat pencemar. Contohnya adalah proses basah pada industri
semen akan menghasilkan debu lebih sedikit jika dibandingkan dengan proses
kering.

3. Cuaca, misalnya arah dan kecepatan angin akan mempengaruhi proses


pengenceran zat pencemar di udara dan penyebarannya. Semakin besar
kecepatan angin, semakin kecil konsentrasi zat pencemar di udara karena zat
pencemar tersebut mengalami pengenceran. Arah angin menentukan arah
penyebaran pencemar, misalnya arah angin berasal dari tenggara maka zat
pencemar akan menyebar ke arah barat laut.

4. Tumbuhan, pada siang hari pepohonan akan menyerap zat pencemar di udara
sehingga di udara konsentrasi zat tersebut akan berkurang. Hal ini disebabkan
gas karbon dioksida yang terkandung di udara yang tercemar akan diserap
oleh daun yang digunakan dalam proses fotosintesis pada siang hari.
Kemudian dauan akan mengeluarkan oksigen ke udara sebagai hasil dari
proses fotosintesis sehingga banyaknya pepohonan akan menyebabkan udara
menjadi segar.

Berdasarkan jenisnya, sumber pencemar dapat dikatagorikan menjadi:


1. Sumber pencemar alamiah, misalnya serbuk sari tanaman, debu terbang akibat
pergeraan angin an letusan gunung berapi.
2. Sumber pencemar akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan transportasi,
proses industri, pembangkit, incenerator dan lain sebagainya (Wardana, 1995).

Menurut PP No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,


sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan beerdasarkan beberapa aspek
tertentu, yaitu terdiri dari:

1. Klasifikasi sumber pencemar udara berdasarkan letaknya, dibedakan menjadi:


a. Sumber pencemar indoor
Sumber pencemar indoor adalah kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan
dan menghasilkan zat pencemar udara yang dapat mempengaruhi kualitas
udara di dalam ruangan tersebut, contohnya kegaitan sehari-hari seperti
memasak, fotokopi, cat rumah, bahan kimia pembersih, radiasi microwave,
dan lain sebagainya.

b. Sumber pencemar outdoor


Sumber pencemar outdoor adalah kegiatan yang dilakukan di luar lapangan
yang berpotensi menghasilkan zat pencemar udara yang dapat mempengaruhi
kualitas udara yang dapat mempengaruhi kualitas udara ambien, contohnya
adalah kegiatan transportasi, pembakaran sampah, cerobong industri, dan lain-
lain.

2. Klasifikasi sumber pencemar udara berdasarkan pergerakkannya, terdiri dari:


a. Sumber bergerak
Merupakan sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat
berupa kendaraaan bermotor. Selain itu juga ada yang disebut sebagai sumber
bergerak spesifik, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada
suatu tempat yang berasal dari kreta api, pesawat terbang, kapal laut, dan
kendaraan berat lainnya.

b. Sumber tidak bergerak


Merupakan sumber emisi yang tetap pada suatu tempat, contohnya adalah
emisi dari kegiatan insdustri, kebakaran hutan, konstruksi jalan tanpa aspal
atau pembakaran sampah.

2. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan


a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh,
seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.

b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu
melepas karbon dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan
CH4.

c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan
pencemaran udara dalam ruang. Contohnya: Formaldehide dan Alkohol.

d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya


seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.

3. Berdasarkan susunan kimia


a. Anorganik adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon seperti asbestos,
ammonia, asam sulfat dan lain-lain.

b. Organik adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida.

4. Berdasarkan asalnya
a. Primer adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang
menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya:
CO2, yang meningkat diatas konsentrasi normal.

b. Sekunder adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi
anatara zat polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy
Acetil Nitrat.
Adapun klasifikasi bahan pencemar atau polutan menurut Mukono (2003) dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu,
dan dapat berupa gas. Gas terdiri dari:

a. Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon


oksida (CO atau CO ).

b. Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.


c. Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
d. Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromine.

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasannya berasal dari sumber


kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang di keluarkan antara
lain adalah gas NO₂, SO₂, O₃, CO, Partikel debu. Gas NO₂, SO₂, O₃, CO dapat
dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar
yang berasal dari bahan fosil. Untuk partikel dalam atmosfer mempunyai
karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan
partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse (misalnya
proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke)
seringkali juga dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate
matter), uap (fumes, gas, dank abut (mist) (Mukono, 2003).

2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan
kimia diudara misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Konsentrasi relatif dan bahan reaktan


b. Derajat fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
d. Topografi lokal dan adanya embun. Polutan sekunder ini mempunyai sifat
e. fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

Berikut akan dijelaskan karakteristik serta sumber pencemar udara yang


disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Karakteristik dan sumber pencemaran udara

Pencemar Karakteriksik Tingkat Sumber Sumber


Fisik Konsentrasi Antropogenik Alamiah
SO2 Gas yang tidak Tingkat Pembakaran Oksidasi
berwarna dengan konsentrasi latar bahan bakar atmosfer dari
sumber tidak organik sulfida
belakang
iritasi, bau bergerak;
(background) emisi proses
menyengat; dapat
dalam rentang industri;
dideteksi oleh rasa
0,04 sampai 6 penyulingan
pada konsentrasi logam dan
ppb; konsentrasi
0,3 sampai 1 ppm; minyak
rata-rata
sangat larut dalam
air (10,5 g/100cm3 maksimum per
pada jam di area
perkotaan
293 K)
kadang melebihi

1 ppm
NO Tidak berwarna, Tingkat Pembakaran Aktivitas
tidak berbau; tidak konsentrasi bakteri; proses
mudah terbakar
background dari pembakaran
dan sedikit larut
dalam air, toksik. 10 sampai alamiah; petir
dengan 100 ppt;
tingkat di
perkotaan yang
telah diteliti lebih
besar dari
500 ppb

NO2 Berwarna coklat Tingkat Pembakaran


kemerahan, bau konsentrasi
background dari
menyengat, sangat
10 sampai
korosif; menyerap dengan 500 ppt;
cahaya lebih konsentrasi di
banyak dari perkotaan telah
mencapai nilai
spektrum yang
melebihi 500 ppb
terlihat
CO Tidak berwarna, Rata-rata Pembakaran Oksidasi
tidak berbau, konsentrasi bahan bakar atmosfer dari
mudah terbakar, background di fosil metan dan
gas toksik, sedikit 0,09 ppm; tingkat hidrokarbon
larut dalam air perkotaan biogenik
disekitar jalan lainnya
raya dapat
melebihi 100
ppm

O3 Tidak berwarna, Rentang Bukan sumber Kimia


toksik, sedikit larut konsentrasi primer: troposfer
dalam air background terbentuk alami;
berkisar 20-60 sebagai bergerak dari
ppb; tinkat polusi polutan stratosfer ke
di perkotaan sekunder dari troposfer
berkisar 100-500 reaksi
ppb atmosfer yang
melibatkan
hidrokarbon
dan oksida

Sumber: Seinfeld, J. H, 1988

Daftar Pustaka

Darmono.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan

Giddings, J.S.1973. Chemistry Man and Environmental Change. Canfield Press.


New York.

Lutfi,A.2009. Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan


Pengolahan Limbah. Rineka Cipta. Jakarta.
Mukono,H.J.2003. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University
Press. Surabaya.

Rahmawati, Farida.1999. Kualitas Udara di DKI Jakarta Tahun 1997. UI


Press.Jakarta.
Republik Indonesia.1982. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1982
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran
Negara RI Tahun 1982, No. 2. Sekretariat Negara. Jakarta.

Seinfeld, J. H.1988. Atmospheric Chemisrty and Physics of Air Pollution. John


Wiley and Sons, INC. New York.

Siebert, S.F.1998. Rattan Use, Economics, Ecology and Management in the


Southern Lore Lindu National Park Region of Sulawesi Indonesia.University of
Montana, Missoula.

Sumaryati,2007.Thesis: Penetapan Beban Emisi Maksimum CO di Kawasan Industri


Dayeuh Kolot, ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai