KEPERAWATAN JIWA
OLEH :
NAMA : NI PUTU YUNIK DEWANTI
NIM : P07120018107
KELAS : 2.3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN ANSIETAS
Kasus:
Ny.M sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan.
Klien juga beberapa kali mengalami mimpi buruk. Saat dikaji, klien mengatakan
selalu memikirkan jadwal operasi anaknya yang tidak ada kepastian. Biayapun
menjadi sumber kekhawatiran Ny. M karena ia tidak tahu darimana ia harus
memenuhi biaya alat operasi anaknya yang tidak ditanggung Jamkesmas. Klien
tampak tegang, wajah pucat, suara terdengar bergetar, dan kantung mata sedikit
hitam.
.
A. Pengkajian
a. Pengertian
Ansietas adalah gejolak emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Data yang didapat
Data subjektif:
- Pasien menganggap dirinya mudah gelisah dan tidak berdaya
- Pasien mengatakan takut dan cemas
- Pasien mengatakan susah tidur
Data objektif:
- Pasien terlihat sering melamundan murung
- Pasien cenderung menyalahkan orang lain
B. Diagnosa
- Ansietas
- Harga diri rendah
- Gangguan citra tubuh
- Koping individu tidak efektif
- Kurangnya pengetahuan
C. Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien. Perlihatkan sikap empati dan
perhatian kepada klien
Rasional: hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan
dasar terbinanya hubungan terapeutik
2. Berikan motivasi pada klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya
Rasional: motivasi akan membuat klien lebih terbuka mengenai pikiran
dan perasaannya
3. Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon dan tidak
menghakimi
Rasional: hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap perawatan klien,
tetapi tidak terlibat secara emosi. Klien akan merasa aman dan nyaman
saat bercerita kepada perawat
4. Ajarkan Teknik Relaksasi nafas dalam
Rasional : Teknik relaksasi dapat merilekskan otot-otot sehingga dapat
menurunkan kecemasan
D. Implementasi
1. Sapa klien dengan nama yang disenanginya.
2. Memberikan sentuhan akan menunjukkan rasa empati klien dan
pertahankan kontak mata
3. Dorong klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya
4. Dengarkan segala keluhan klien.
5. Berikan respon dan jangan menghakimi
6. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam
E. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
3. Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien : Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur,
tidak nafsu makan. Klien selalu memikirkan jadwal operasi anaknya yang
tidak ada kepastian. Biayapun menjadi sumber kekhawatiran Ny. M
karena ia tidak tahu darimana ia harus memenuhi biaya alat operasi
anaknya yang tidak ditanggung Jamkesmas.
b. Diagnosa Keperawatan : Ansietas
c. Tujuan :
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal ansietas
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi
untuk mengatasi ansietas
d. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan,
asal institusi)
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
5) Menjelaskan tujuan interaksi
6) Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenal ansietas
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri dengan teknik tarik nafas dalam
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas
muncul
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
P: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan dan latihan relaksasi? Apa ibu mengulang kembali cara yang
sudah kita pelajari tadi?”
K: “ Saya sudah mulai agak tenang sekarang, sus.” begini sus?”
P: “iya, benar sekali"
b. Tindak lanjut
P:“ jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita
masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal
yang telah kita buat.”
K: “ Baiklah suster”
A. Pengkajian
a. Pengertian
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga
terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2009).
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal
ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing – masing orang
dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan
spiritual yang dianutnya (Hidayat, 2009).
b. Data yang didapat
Data Fokus yang didapat:
Data subjektif:
- Merasa sedih
- Merasa putus asa dan kesepian
- Kesulitan mengekspresikan perasaan
- Konsentrasi menurun
Data objektif:
- Menangis
- Mengingkari kehilangan
- Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
- Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
- Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas
B. Diagnosa
Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
C. Intervensi
1. Sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ibu R sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ibu R juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan
merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan
yang terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya
5. Tahap Kerja
P : “Baiklah Ibu Rina, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
Rina saat ini?”
K : “Saya masih merasa kehilangan dan tidak berminat melakukan apapun,
sus, merasa gelisah sehingga saya suli tidur sus”
K: “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Ibu harus lebih menguatkan
hati dan tegar, Bu. ”
K: “Tapi saya masih tidak bisa menerima semua ini, sus. Saya belum siap
kehilangan suami saya. Saya merasa sendiri. Sekarang ia sudah tidak ada
lagi.”
P: “Saya memahami perasaan Ibu saat ini. Namun, Ibu hidup matinya
seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Kuasa. Tidak ada satu orang pun
yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
K: “Saya tidak tahu harus bagaimana, sus. Saya merasa belum terbiasa
dengan keadaan seperti ini.”
P: “Saat ini, Ibu bisa berdoa kepada Yang Kuasa. Semoga suami ibu amal
dan ibadahnya bisa diterima di sisi-Nya. Setiap Ibu merasa kehilangan, Ibu
bisa berdoa. Karena dengan doa kita dapat mencurahkan semua isi hati
kepada-Nya.”
P: “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu
mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri.
Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan
peduli sama Ibu.”
K: “Baik, sus.” (Klien mencoba)
P: “Ya, seperti ini Bagus sekali, Ibu sudah mengutarakan perasaan ibu
dengan baik.
6. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
P: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan? Apa ibu dapat bercerita seeperti ini agar masalah yang ibu alami
dapat tersampaikan?”
K: “ Saya sudah mulai agak tenang sekarang, sus.”
P: “iya, benar sekali"
b. Tindak lanjut
P:“ jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita
masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa sendiri ibu
dapat memanggil keluarga terdekat ibu atau saya untuk menceritakan
masalah yang ibu hadapi sekarang.”
K: “ Baiklah suster”
c. Kontrak yang akan datang
P: ”Sudah 20 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah
cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk
membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-
bincang di taman depan ya Bu. Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah,
kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN
PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
KASUS
Ny. W sudah beberapa hari merasakan tidak mampu akan kemampuannya,
pandangan hidup yang pesimis, tidak nafsu makan, terlihat kurang
memperhatikan perawatan diri. Klien juga tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk. Saat dikaji, klien mengatakan jika dirinya
merasa tidak mampu akan kondisinya dan mengkritik dirinya sendiri
dengan penyakit yang dideritanya yaitu stroke. Klien merasa tidak
berguna, untuk melakukan hal-hal yang sederhanapun ia masih
memerlukan bantuan dari orang yang berada didekatnya. Klien tampak
murung dan lebih banyak menunduk
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapih.
h. Selera makan kurang
i. tidak berani menatap lawan bicara.
j. Lebih banyak menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tujuan Umum :
a. Mampu mengatasi harga diri rendah
4. Tujuan Khusus:
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
f. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
5. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara :
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungakapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
B. STRATEGI KEPERAWATAN
1. Tahap Orientasi
a. Salam Teraupetik
P: “Selamat pagi Ibu ! Boleh saya duduk?”
K: “Ya. Silahkan sus.”
P: “Saya perawat yang bertugas pada pagi ini, saya perawat Yunik. Saya
bertugas di Ruang Angsa ini dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti.
Kalau boleh saya tau dengan ibu siapa saya berbicara? “
K: “Saya ibu Mia Lestari sus. ”
P: “Ibu senangnya dipanggil apa?”
K: “Ibu Mia saja sus... “
b. Evaluasi/validasi
P: “Oke Ibu Mia, bagaimana perasaan Ibu hari ini? “
K: “saya merasa tidak berguna dan tidak bisa melakukan apa-apa saat
dirawat disini, sus.”
P: “oh begitu jadi ibu merasa tidak berguna kalau saat dirawat disini”
K: “iya sus”
c. Kontrak
P: “Sekarang apa yang ibu pikirkan? Bagaiman kalau kita bercakap-cakap
tentang perasaan yang ibu rasakan?”
K:“hmmmm...boleh sus”
P:”Mau berapa lama, ibu? bagaimana kalau 15 menit?
K:”iya boleh sus”
P:”Kita bicaranya disini saja atau di mana, ibu....?”
K: “disini sajalah, sus...”
2. Tahap Kerja
P:”Tadi ibu katakan, ibu merasa tidak percaya diri saat akan melakukan
kegiatan disini, coba ibu ceritakan lebih lanjut tentang perasaan ibu? apa
yang ibu sedang pikirkan?
K:”Begini sus, saya sering mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu,
pandangan hidup yang pesimis, selera makan kurang, tidak berani menatap
lawan bicara, dan saya lebih banyak menunduk.
P:”Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?”
K:”Baru kali ini sus”
P:”Jadi kalau ibu punya masalah, ibu akan memikirkan terus masalah itu
sehingga ibu merasa tidak percaya diri untuk mengatasi masalah ibu?”
K:”Iya sus, saya sampai tidak ingin bergaul dan enggan mencoba hal baru”
P: “Apa pekerjaan ibu sehari-hari? Apakah ibu selama ini puas dengan
pekerjaan yang ibu lakukan? Bagaimana dengan penghasilan ibu?”
K: “Saya dulu bekerja sebagai buruh cuci, uang gaji saya saja hanya cukup
untuk makan sehari-hari”
P: “Oh begitu, lalu saat ini hal apa yang membuat ibu merasa tidak percaya
diri, enggan untuk bergaul?”
K: “Sekarang saya harus berpikir tentang penyakit stroke yang merubahan
fungsi fisik yang terjadi pada diri saya”
P: “Apa yang ibu lakukan? Dengan siapa biasanya ibu meminta bantuan
untuk menyelesaikan masalah ini?
K:”Saya biasanya meminta bantuan dengan saudari sepupu saya. Tapi untuk
saat ini saya merasa malu untuk meminta bantuan kepada saudari saya”
P:”Apakah ibu berhasil menyelesaikan masalah tersebut?”
K:”Untuk saat ini tidak sus”
P:“Sebaiknya ibu mulai menceritakan masalah ini sehingga ibu mampu
menyelesaikan masalah yang cukup berat, saya yakin sekali ibu sekarang juga
akan mampu menyelesaikan ketidakpercayaan dir yang ibu rasakan.
P: “Ibu seharusnya tidak perlu khawatir. Ibu juga tidak akan hidup sendiri.
Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan
peduli sama Ibu. Dan ibu sebaiknya mulai menceritakan hal tersebut”
K: “Iya sus”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
P: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan?”
K: “ Saya sudah mulai agak lega sekarang, sus.”
P: “iya, benar sekali."
4. Tahap Terminasi
b. Evaluasi
P: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan ?”
K: “ Saya sudah mulai agak tenang sekarang, sus.” begini sus?”
P: “iya, benar sekali"
c. Tindak lanjut
P:“ jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini dengan
menceritakan segala sesuatu yang sedang ibu rasakan? Mari, kita
masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa tidak percaya
diri, ibu bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.”
K: “ Baiklah suster”
d. Kontrak yang akan datang
P: ”Sudah 15 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah
cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk
membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-
bincang di taman depan ya Bu.
K: “Iya sus”
P: ”Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
K: “Tidak sus”
P: “Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu. Selamat pagi.”
KASUS :
Tn.T (30 tahun) adalah buruh serabutan. Pasien telah menikah selama 7
tahun dan belum dikaruniahi seorang anak. Awalnya pernikahan mereka
bahagia, namun setelah 7 tahun belum mempunyai anak, istri beserta ibu
mertuanya mulai menampakkan rasa tidak sukanya dan selalu menyalahkannya
atas ketidak hadiran seorang anak dalam perkawinan mereka. Masyarakat di
sekitar rumahnya juga mulai membicarakan dirinya sebagai laki-laki mandul.
Pasien merasa malu dan dirinya tidak berguna karena tidak bisa memberikan
anak untuk suaminya. Pasien terlihat sedih, bengong dan mengatakan
mendengar suara yang tidak jelas mengajaknya bicara dan menyusuhnya
sembahyang. Pasien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan. Pasien
suka melamun, berdiam diri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain serta
pasien tampak lesu.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Bengong, ekspresi wajah tampak sedih
Klien mengatakan mendengar suara yang tidak jelas yang mengajaknya
bicara dan menyuruhnya sembahyang.
2. Diagnosa keperawatan : Resiko kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar
3. Tujuan
Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan tehnik komunikasi terapiutik
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
a. Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan untuk menghadapi
halusinasinya
b. Dorong klien melakukan tindakan sesuai cara yang dipilih
STRATEGI PELAKSANAAN
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
KASUS
Ny. Stelah dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya yaitu
TB. Selama dirawat ia selalu ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat
umum sehingga jarang untuk keluar ruangan. Klien juga menolak
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan. Saat dikaji, klien
mengatakan jika dirinya merasa berbeda dengan orang lain merasa tidak
mempunyai tujuan yang jelas.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data subjektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh oranglain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan oranglain
c. Klien merasabosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidakberguna
Data objektif :
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidakada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannyasendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, seringmelamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadaplingkungan)
g. Ekspresi wajah tidakberseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihandiri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan seringmenunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadaplingkungansekitarnya
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan umum :Klien mampu mengatasi isolasi sosial
4. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
d. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan
sosial.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain.
5. Tindakan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan,
asal institusi)
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
5) Menjelaskan tujuan interaksi
6) Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
B. STRATEGI KEPERAWATAN
1. Orientasi
Salam Teraupetik
P: “Selamat pagi Ibu! Boleh saya duduk?”
K: “Ya. Silahkan sus.”
P: “Saya perawat yang bertugas pada pagi ini, saya perawat Yunik Dewanti,
Ibu bisa memanggil saya perawat Yunik saja. Saya bertugas di Ruang Mawar
ini dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti.
K: “Ya sus”
P: “Ibu dengan siapa? dan senangnya dipanggil apa?”
K: “Nama saya Ibu Luh Sudiani, panggil Ibu Luh saja sus... “
Evaluasi/validasi
P: “Baik Ibu Luh, bagaimana perasaan Ibu hari ini? “ Masih ingat ada
kejadian apa sampai ibu dibawa ke rumah sakit ini?”
K: “saya baik sus.Masih ingat sus”
Kontrak
P: “Adakah yang Ibu pikirkan? Dari tadi saya perhatikan ibu duduk
menyendiri, ibu tidak tampak ngobrol dengan teman-teman yang lain ?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang ibu pikirkan?”
K:“hmmmm...boleh sus”
P:”Mari kita berbincang-bincang selama 15 menit ya bu. Kita bicaranya
disini saja atau di mana, Ibu....?”
K: “Iya sus, 15 menit disini saja sus...”
2. Kerja
P: “Umur ibu sekarang berapa?”
K: “Umur saya 51 tahun sus”
P: “Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu Luh ?”
K: “Saya tinggal dengan keluarga, ada suami dan dua anak saya”
P: “Lalu siapa yang paling dekat dengan ibu ? siapa yang jarang bercakap-
cakap dengan ibu ?
K: “Biasanya dengan suami atau anak kedua saya. Karena anak kedua
saya perempuan jadi lebih dekat dengan saya sedangkan anak pertama
saya laki-laki dan ia juga jarang dirumah.”
P: “Apa yang ibu Luh rasakan selama dirawat disini ?”
K: “Saya merasa sendirian sus, walaupun suami dan anak saya sering
mengunjungi saya,”
P: “Ibu sudah berapa lama dirawat bu?”
K: “Sudah 4 hari sus”
P: “Apa ibu sudah mengnal teman-teman disini ?”
K: “saya belum mengenal orang-orang yang ada disini”
P: “Kenapa seperti itu bu?
K: “Saya merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat umum”
P: “Ibu Luh tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ?
K: “Tidak sus”
P: “Keuntungan dari mempunyai banyak teman itu ibu bisa memiliki
teman untuk bercerita tentang masalah yang ibu alami, saling bertukar
pikiran, tentunya tidak merasa sendirian”
K: “Oiyaa sus”
P: “Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibutahu tidak
?
K: “Tidak tau sus”
P: “kerugian dari tidak mempunyai banyak teman adalah ibu akan merasa
sendirian, tidak ada yang ibu ajak untuk bertukar pikiran. Kalau begitu apa
ingin berkenalan dengan orang lain?
K: “Iya sus saya ingin”
P: “Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
oranglain.Untuk berkenalan caranya itu pertama kita mengucapkan salam
sambil berjabat tangan, lau perkenalkan nama lengkap, nama panggilan yang
disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “Perkenalkan nama
saya Yunik Dewanti, saya lebih senang dipanggil Yunik, asal saya dari
Badung dan hobbynya membaca. Selanjutnya ibu bisa menanyakan nama
lengkap atau nama panggilan, asal, dan hobbynya. Contohnya seperti ini
nama ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya
apa?
K: “Baik sus”
P: “Baik bu sekerang mari kita coba, misalnya saya belum kenal dengan ibu.
Coba berkenalan dengan saya.
K: “hmm Perkenalkan nama saya Luh Sudiani, saya senang dipanggil Bu
Luh, asal saya dari Badung dan hobby nyamendengarkan lagu. nama ibu
siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa?”
P: “ya bagus sekali ! Setelah ibu Luh berkenalan dengan orang tersebut, ibu
bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan
tentang cuaca, hobi, keluarga, pekerjaan dansebagainya
K: “Baik sus”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
P: “Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
K: “Saya sudah merasa lebih tenang sedikit sus.”
2) Obyektif
Pr: “Bisa ibu mencoba mengulangi lagi cara yang sudah kita
pelajari tadi ibu?”
K: “Bisa sus.”
P: “Bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya dengan baik
dan benar.
K : “Terimkasih suster.”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif
Pasien merasa lemah
Malas untuk beraktivitas
Merasa tidak berdaya.
Data obyektif
Rambut kotor, acak – acakan
Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau.
Kulit kusam dan kotor
Kuku panjang dan tidak terawat
2. Diagnosa keperawatan : Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan
3. Tujuan
Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri
4. Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan tehnik komunikasi terapiutik
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
5. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A.Orientasi
1. Salam Terapeutik
P : ”Selamat pagi Ibu”
Ny.R : ”Iya sus”
P : ”Boleh saya duduk disini ibu?”
Ny.R : ”Iya sus”
P : ”Perkenalkan nama saya Yunik Dewanti. Ibu bisa panggil
saya Yunik. Nama ibu siapa?”
Ny.R : ”Raisa Nia”
P : ”Baik dengan ibu Raisa Nia, ibu senang dipanggil siapa?”
Ny.R : ”Raisa saja”
P : ”Boleh saya tahu umur ibu sekarang?”
Ny.R : ”Umur saya 34 tahun”
P : ”Asalnya ibu dari mana?”
Ny.R : ”Asal saya dari Denpasar”
P : ”Baiklah ibu, saya perawat yang bertugas di ruangan ini
dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 siang nanti, saya
perawat yang akan merawat ibu”
Ny.R : ”Hm”
P : ”Sebelumnya apa ibu bersedia?”
Ny.R : ”Iya sus”
P : ”Sebelum saya akan mengajari ibu cara merawat diri ibu,
ada yang ingin ditanyakan?”
Ny.R : ”Tidak sus”
4) Evaluasi dan Validasi
P : ”Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan ibu saat
ini ?”
Ny.R : ”Biasa saja”
P : ”Disini saya berperan merawat ibu untuk memberikan
solusi agar masalah yang dialami bisa terselesaikan. Agar
beban masalah yang dialami ibu bisa teratasi”
Ny.R : ”Iya sus”
5) Kontrak
P : ”Baiklah ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang bagaimana cara merawat diri?”
Ny.R : ”Hm, iya”
P : ”Bagaimana kalau 10 menit untuk berbincang-bincang
masalah ini? Ibu ingin ngobrol dimana?”
Ny.R : ”Iya, disini aja”
2. Kerja
P : “Apakah keluhan yang Ibu rasakan saat ini?
Bagaimanakah suasana hati ibu sekarang?”
Ny.R : ”Tidak ada keluhan dan suasana hati saya baik.”
P : ”Baik Ibu, karena suasana hati Ibu cukup baik jadi kita
mulai saja ke topik pembicaraan ini ya Bu?”
Ny.R : ”Iya sus”
P : ”Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Apakah ibu sudah
mandi hari ini?”
Ny.R : ”1 kali, belum sus”
P : ”Menurut ibu apa kegunaannya mandi ?Apa alasan ibu
sehingga tidak bisa merawat diri?”
Ny.R : ”biar bersih, karena saya tidak begitu mengerti tentang
merawat diri”
P : ”Menurut ibu apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri?”
Ny.R : ”Supaya kita terhindar dari kuman. Biasanya badan bau,
rambut kotor.
P : “Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri
dengan baik seperti apa ya...?”
Ny.R : “Badan gatal, mulut bau.”
P : “Badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu
yang bisa muncul ?”
Ny. R : “Kudis dan terkena kutu air”
P : “Benar sekali ibu. Apa yang ibu lakukan untuk merawat
rambut dan muka? ”
Ny.R : ”Keramas dan menyisir, kalau muka saya cuma cuci muka
biasa pakek air saja”
P : ” Kapan saja ibu menyisir rambut? Bagaimana dengan
berdandan? Dan apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”
Ny.R : ”Saya jarang berdandan, supaya kita terlihat rapi dan
bersih”
P : ” Bagaimana kalau sekarang saya akan membimbing ibu
melakukannya”
Ny.R : ”Baik saya mulai”
P : ” Pertama ibu siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut
lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala ibu sampai
berbusa lalu bilas sampai bersih”
Ny.R : ”Ya sus”
P : ” Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh
secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan
lupa sikat gigi pakai odol. Giginya disikat mulai dari arah
atas ke bawah. Gosok seluruh gigi ibu mulai dari depan
sampai belakang. Lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk.
Ny.R : “Baik sus”
P : ”Selanjutnya untuk berhias Ibu pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik menggunakan sisir. Pertama-tama
untuk menyisir rambut ibu lakukan secara perlahan-lahan
dari atas ke bawah untuk menghilangkan kusutnya.
Kemudian jika sudah kering rambut Ibu boleh Ibu ikat agar
lebih rapi dan tidak berkeringat. Untuk kuku Ibu bisa
potong perlahan-lahan kemudian bersihkan ujung kuku
jempol kaki Ibu karena biasanya kotoran terselip disana.
Bisa dimengerti Ibu?”
Ny.R : “Bisa sus”
3. Terminasi
a. Evaluasi Respon Pasien
P : ”Bagaimana perasaan ibu setelah mandi dan
mengganti pakaian?”
Ny.R : ”Rasanya segar sus”
P : ” Coba ibu sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi
yang baik yang sudah ibu lakukan tadi”
Ny.R : ”Baik sus, pertama ambil sampo untuk membersihkan
rambut lalu ambil sabun dan gosokkan ke seluruh
tubuh, bilas tubuh hingga bersih, lalu keringkan dengan
handuk dan jangan lupa untuk menggosok gigi.
Terakhir mengganti pakaian dengan pakaian yang
bersih dan rapi”
P : “Ya ibu sudah berhasil menyebutkan cara mandi dan
berpakaian”
Ny.R : “Ya sus”
b. Rencana Tindak Lanjut
P : ”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?”
Ny.R : ”Iya sus, dijadwalkan saja”
P : “Saya harap mulai hari ini ibu dapat merawat diri ibu
agar ibu tetap bersih dan wangi”
Ny.R : “Ya,sus”
c. Kontak Yang Akan Datang
P : ”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
makan yang baik”
Ny.R : ”Iya sus, boleh”
P : ”Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita
akan berlatih? Dimana tempatnya?”
Ny.R : ”Iya boleh sus, disini aja sus tempatnya ”
P : ”Baik, nanti saya kemari pukul 10.00 kita akan
berlatih selama 10 menit dan di tempanya disini saja”
Ny.R : ”Iya sus”
P : ”Baiklah, selamat pagi ibu”
Ny.R : ”Terimakasih suster”
P : ”Iya ibu sama-sama”
STRATEGI PELAKSANAAN
PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
KASUS
Klien berinisial Tn. R usia 25 tahun memiliki sifat tempramental. Ia mengalami
hal tersebut setalah menjalani pernikahannya 3 tahun lalu. Tn.R merasa marah
pada istrinya begitu saja hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah
mengusuri urusan rumah tangga, istrinya hanya sibuk dengan pekerjaannya
dikantor. Ia merasa tidak sanggup jika melihat istrinya yang seperti ini. Saat
dikaji, terlihat ekspresi marah saat membicarakan istrinya, nada suara tinggi dan ia
juga mengaku bahwa ia pernah marah sampai hampir melempar barang yang ada
disekitarnya.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Data objektif :
a. Mata merah, wajah agak merah
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
d. Merusak dan melempar barang-barang
Data subjektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan umum : Manajemen perilaku kekerasan
4. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
c. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
d. Klien dapat menggunakan obat yang benar
5. Tindakan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan,
asal institusi)
4. Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
5. Menjelaskan tujuan interaksi
6. Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
b. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
Tindakan :
1) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang
terjadi di masa lalu dan saat ini.
2) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan.
3) Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekerasan, baik kekerasan fisik, psikologis, social, spiritual,
maupun intelektual.
4) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
5) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya.
c. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
Tindakan :
1) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik
secara fisik (bantal serta tarik nafas dalam atau pukul kasur), obat-
obatan, social atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya
secara asertif), ataupun spiritual (sembahyang atau berdoa sesuai
keyakinan klien.
B. STRATEGI KEPERAWATAN
1. Orientasi
Salam Teraupetik
P: “Selamat pagi Bapak! Boleh saya duduk?”
K: “Ya. Silahkan sus.”
P: “Saya perawat yang bertugas pada pagi ini, saya perawat Yunik
Dewanti, Bapak bisa memanggil saya perawat Yunik saja. Saya bertugas
di Ruang Mawar ini dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti.
K: “Ya sus”
P: “Bapak dengan siapa? dan senangnya dipanggil apa?”
K: “Nama saya Riky Putra, panggi saya Riky saja sus... “
Evaluasi/validasi
P: “Baik Bapak Riky, bagaimana perasaan Bapak hari ini? “ semalam
tidurnya nyenyak?”
K: “saya tidak bisa tidur sudah 3 hari ini, sus.”
Kontrak
P: “Adakah yang Bapak pikirkan? Bagaiman kalau kita bercakap-cakap
tentang apa yang menyebabkan Bapak marah?”
K:“hmmmm...boleh sus”
P:”Mau berapa lama, Pak? Bagaimana kalau 10 menit? Kita bicaranya
disini saja atau di mana, Pak....?”
K: “Disini sajalah, sus...”
2. Kerja
P: “Bapak, sekarang kita akan membicarakan tentang perasaan yang bapak
alami selama ini.”
K: “Ya, baik sus”
P: “Apa yang menyebabkan bapak marah?
K: “Saya kesal dengan sikap istri saya sus”
P: Apakah ada penyebab yang lain? Samakah dengan yang sekarang?”
K: “tidak ada sebab lain sus”
P: O..iya, jadi ada sikap istri penyebab marah bapak. Pada saat penyebab
marah itu ada, seperti istri bapak yang sangat sibuk dengan pekerjaannya
di kantor, Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
K: “Iya sus”
P: “Setelah itu apa yang bapak lakukan?”
K: “Saya marah marah, berteriak dan hampir melempar barang yang ada
disamping saya”
P: “Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?”
K: “Saya sih merasa tidak menjadi lebih baik tapi saya tidak tahu harus
bagaimana, sus”
P: “Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimPaklkan kerugian?”
K: “Mau sus”
P: “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik. Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan
muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, bapak dapat
melakukan: tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal.
K: “Baik kalau begitu sus”
P: “Mari kita coba latihan tarik nafas dalam: berdiri, lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan.”
K: “Seperti ini sus?” (sambil mempraktikan)
P: “Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan ini 5 kali.
K: “Iya sus”
P: “Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Sekarang kita dapat
jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan tarik nafas
dalam?”
K: “Iya sus, 2 kali saja”
P: Baik pak ini jadwalnya .
K: “Iya sus”
3. Terminasi
Evaluasi
P: ”Bagaimana perasaan Bapak setelah Bapak berbincang-bincang tentang
kemarahan Pak?”
K: “ Saya merasa lebih tenang, sus.”
P: “Apa Bapak bisa mengulang kembali teknik relaksasi nafas dalam yang
kita pelajari tadi?"
K: “Bisa, sus.”
Tindak lanjut
P:“Nah Pak mulai sekarang latihan tadi kita masukan ke jadwal rutin Pak
ya.”
K: “ Baiklah suster”