Anda di halaman 1dari 11

Siti Rofikoh

21100112130018

Tahapan eksplorasi panasbumi : eksplorasi pendahuluan  eksplorasi rinci 


pemboran eksplorasi  studi kelayakan  perencanaan  pengembangan dan
pembangunan  produksi.

I. Eksplorasi Pendahuluan
Dimulai dengan mengumpulkan peta dan laporan-laporan hasil survey yang
pernah dilakukan sebelumnya pada daerah yang akan diselidiki, guna mendapatkan
gambaran mengenai geologi regional, kondisi geologi dan hidrologi lokasi, kemudian
menetapkan tempat-tempat yang akan disurvey.

II. Eksplorasi rinci


Setelah data jenis dan penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis
manifestasi beserta karakteristiknya didapat, dilakukan survey reconnaisance dan
survey rinci yang melibatkan analisa geokimia dan survey geofisika.

III. Pemboran Eksplorasi


Apabila data geologi, geokimia, dan geofisika yang diperoleh dari survey rinci
menunjukkan di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panasbumi yang
ekonomis untuk dikembangkan, tahap selanjutnya adalah pemboran sumur eksplorasi.
Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga
mengandung energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 – 5 sumur
eksplorasi. Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan
dari data hasil survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur
eksplorasi umumnya dibor hingga kedalaman 1000 – 3000 meter.
Dalam pemboran geothermal, terdapat 3 jenis sumur yang dibedakan
berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Sumur Produksi
Digunakan untuk mengambil panas dalam bentuk uap (steam) atau air panas
(brine).
2. Sumur Injeksi
Berfungsi untuk menginjeksikan kembali brine setelah energi panasnya
diekstraksi, atau untuk menginjeksikan air sisa dari proses di power plant
(kondensat) ke dalam field geothermal.
3. Sumur Delineasi (Pemantauan)
Pada sumur ini tidak dilakukan produksi maupun injeksi. Sumur ini berfungsi
untuk melakukan pemantauan terhadap suatu area.

Teknologi pemboran sumur-sumur panas bumi banyak mengadopsi teknologi


pemboran sumur-sumur minyak dan gas (Falcone dan Teodoriu, 2008). Kebanyakan
sumur-sumur geothermal didesain mengikuti pola dan prinsip sumur minyak dan gas
baik dari sumber daya manusia, tahapan proses, hingga alat-alat (mulai dari rig
equipment, drilling tools, casing dan acessories) dibawa dari industri oil and gas,
namun tetap dengan penyesuaian. Sumur-sumur panas bumi biasanya dibor dengan
diameter lebih besar, lebih dalam, dan ditujukan untuk waktu produksi lebih panjang
daripada sumur minyak dan gas.
Tantangan utama dari pemboran sumur panasbumi yaitu berhubungan dengan
suhu tinggi (gradient temperatur sumur minyak dan gas sekitar 5ºF/100 ft, sedangkan
gradient temperatur sumur panas bumi berkisar antara 12º-13ºF/100 ft). Karakteristik
lainnya yaitu adanya fracture, yang dapat menyebabkan hilangnya sirkulasi saat
pemboran. Jenis batuan yang sering dijumpai di sumur panas bumi ini adalah batuan
beku, yang akan mempengaruhi bit dan tingkat penetrasi pemboran. Fluida reservoir
panas bumi biasanya adalah uap atau air panas, berbeda dengan reservoir minyak atau
gas, dan kebanyakan sumur yang tekanannya telah turun (Ullah and Bukhari, 2008).
Berikut akan dijelaskan mengenai tahapan teknis dari proses pemboran sumur
eksplorasi :
A. Persiapan
1. Pemilihan lokasi
2. Penentuan drilling program
a. Rotary drilling
Pengeboran dengan metode rotary drilling menggunakan mata bor
yang diputar menggunakan mesin. Seluruh rangkaian pipa bor dan mata bor
digantung pada hoisting system. Kelebihan dari sistem pengeboran dengan
rotary drilling adalah tersedianya sistem untuk sirkulasi fluida (drilling fluid)
dari dan keluar lubang bor selama proses pengeboran berlangsung.

b. Pemilihan alat yang akan digunakan


Karena diadopsi dari pemboran lapangan migas, alat-alat yang
digunakan pada pemboran geothermal tidak jauh berbeda dengan yang
digunakan pada migas.
 Hoisting system
Fungsinya menyediakan fasilitas untuk mengangkat dan menurunkan drill
string, casing string, dan perlengkapan bawah permukaan lainnya ke dalam
sumur atau ke luar sumur. Hoisting system terdiri dari beberapa komponen,
yaitu :
- Rig
- Substructure
- Derrick flor
- Drawwork
- Overhead tools
- Drilling line

 Rotating system
Fungsinya untuk memutar pipa kelly sehingga drill stem dan bit (pahat)
yang disambung di bawahnya ikut berputar. Rotating system terdiri dari
beberapa komponen, yaitu :
- Rotary
- Drill stem
- Swivel
- Bit
Umunya terdapat dua jenis bit yang digunakan dalam pengeboran
lapangan geothermal, yaitu roller-cone bit dan drag bit. Roller-cone bit
akan menghancurkan bagian tubuh batuan yang kontak dengannya oleh
“gigi-gigi” yang terletak pada ujung mata bor. Pada roller-cone bit terdapat
tiga kerucut yang akan bergerak bersamaan dan menghancurkan batuan.
Sedangkan pada drag bit, batuan hancur karena adanya shearing action
atau gaya tarik dari mata bor dengan batuan disekitarnya. Selama ini
lapangan panasbumi lebih umum menggunakan roller-cone bit karena gaya
gesek antar “kerucut-kerucut” nya dapat mempercepat proses
penghancuran batuan. Meskipun belum umum digunakan, penggunaan
drag bit pada lapangan panas bumi dinilai lebih efektif jika dibandingkan
dengan roller-cone bit karena akan mengurangi gaya gesek yang membuat
suhu pada bantalan drag bit akan jauh lebih rendah daripada roller-cone bit.

 Circulating system
Fungsi utamanya adalah mensirkulasi drilling mud. Komponen dari
circulating system ini yaitu :
- Drilling fluid
- Mud pit
- Mud pump
- Circulating equipment
- Contaminant removal
 Power system
Fungsinya adalah menyediakan tenaga yang dibutuhkan oleh peralatan-
peralatan pemboran. Power system terdiri dari 2 komponen, yaitu :
- Internal combustion engine : merupakan penghasil daya. Dapat berupa
diesel electtit type atau drive type
- Transmission system : alat untuk membagi tenaga yang tersedia dari
power source ke peralatan yang membutuhkan. Hal ini dilakukan melalui
drawwork secara mekanik, maupun elektrik.

 Blow Out Prevender


Alat ini digunakan untuk mencegah aliran fluida formasi yang tidak terkendali
dari lubang bor. Terdiri dari 2 komponen, yaitu :
- BOP
Blowout preventer atau BOP adalah alat bantu yang digunakan untuk
menutup permukaan lubang bor. Spesifikasi BOP yang dipasang harus
menyesuaikan dengan perkiraan tekanan bawah formasi yang ditemui
ketika eksplorasi.
BOP dipasang pada kepala sumur dengan tujuan untuk menutup lubang
secara cepat. Biasanya BOP dilengkapi dengan accumulator unit sebagai
alat yang membantu menutup dan membuka BOP dengan cepat.
- Supporting system
Merupakan suatu sistem, gabungan dari choke manifold yang berguna
untuk mengontrol aliran drilling mud yang keluar dari anulus, dengan cara
memberikan tekanan balik saat terjadi “kick”. Choke manifold ini
tergabung dengan kill line, yaitu tempat lewatnya drilling mud yang akan
disirkulasikan ke dalam lubang untuk mengganti lumpur yang ada di dalam
lubang bor agar “kick” bisa dikontrol dan pemboran dapat terus
berlangsung.
3. Pemilihan pegawai pemboran
4. Perpindahan alat
5. Pembuatan mud pool
6. Pendirian Rig
7. Pemasangan alat dan alat penunjang lain
8. Pemasangan dan pemastian alat-alat penunjang keselamatan kerja

B. Tahap Operasi
1. Membuat Surface hole
Surface hole adalah lubang yang dibuat pada tahap awal pemboran dengan
kedalaman relatif dangkal untuk nantinya dipasang casing dan disemen. Pada awal
pemboran, surface hole biasanya dibuat hanya berdiameter 13” – 22” dengan
kedalaman 100’ – 1000’. Urutan pembuatan surface hole adalah :
 Dipastikan terlebih dahulu bahwa ketersediaan air sudah cukup, bahan
pembuatan lumpur cukup, dan alat-alat lainnya tersedia dengan cukup,
baik dan lengkap di lokasi.
 Memastikan jaringan komunikasi terhubung dengan baik.
 Spud in dan dilakukan pemboran sampai kedalaman tertentu sesuai
dengan drilling program.
 Lakukan wiper trip jika diperlukan.
 Lakukan sirkulasi (drilling fluid), minimum 2x bottom up.
 Drop alat survey.
 Cabut rangkaian bor dan standarkan pada derrick board.
 Memasang surface casing.
 Memasang section A weel head (cementing head) dan lakukan sirkulasi.
 Lakukan penyemenan surface casing sampai permukaan dan tunggu
sampai semen mengeras.

2. Pembuatan intermediate hole


Lubang ini berfungsi sebagai isolasi formasi berbahaya, seperti tekanan tinggi,
lost circulation, dan lain-lain. Urutan pembuatan intermediate hole adalah :
 Melepaskan cementing head
 Memasang casing head
 Memasang Blow Out Preventer.
 Memasukkan bit sampai ke top of cement di dalam casing
 Melakukan drill out cement sampai masuk ke formasi baru hingga 10’ –
15’
 Melakukan formation integrity test

3. Pembuatan production hole


Lubang produksi setelah di casing dan disemen berfungsi untuk tempat
akumulasi fluida formasi sebelum diproduksi ke permukaan. Ukuran lubang ini
berdiameter 8 1/2 " - 12 1/4 ". Urut-urutan pekerjaannya sama dengan pembuatan
intermediate hole namun dengan interval yang lebih dalam. Urutannya adalah :
 Cementing head dan landing joint dilepaskan
 BOP dibuka
 Section B well head dipasang diatas section
 Pasang kembali BOP
 Bit dimasukkan sampai TOC (top of cement) di dalam casing. Bit yang
digunakan disesuaikan dengan diameter yang dibutuhkan (sesuai program).
 Dilakukan DOC (drill out cement) sampai masuk ke formasi baru sekitar
10'-15'.
 Melakukan Formation Integrity Test
 Pemboran dilakukan sampai kedalaman total sesuai dalam program dan
setiap penambahan kedalaman 500' dilakukan survey kelurusan lubang bor
dan bila perlu dilakukan wiper trip. Sebelum mencapai Total Depth (TD),
terlebih dahulu dilakukan coring sesuai program.
 Bottom hole circulation
 Rangkaian bor dicabut dan distandarkan pada derrick board
 Proses logging
 Setelah logging selesai kembali masukkan drill pipe dan dilakukan bottom
hole circulation
 Tripping out kembali drill pipe dan laid down (masukkan ke rak pipa)
 Production casing dipasang
 Cementing
 Section C well head dipasang
 Pemasangan liner.
Liner adalah selubung yang menutup reservoir geothermal. Liner
berukuran lebih kecil dari casing, dan mempunyai lubang-lubang di seluruh
permukaan vertikalnya. Pemasangan casing dan liner di dalam lubang bor
harus menggunakan bantuan centralizer untuk membuat posisi liner setepat
mungkin di tengah lubang bor.
 Release rig
 Mengalirkan fluida dari formasi
Sebelum tahap pengambilan fluida dari reservoir, lubang bor baru
berupa sumur yang dindingnya dilapisi oleh casing. Untuk mengalirkan
fluida reservoir ke dalam lubang bor, dilakukan proses perforasi. Yaitu
proses pelubangan dinding casing dengan menggunakan bahan peledak.
Jumlah dan besarnya lubang yang akan dibuat pada casing dapat di disain
sesuai dengan besarnya flowrate yang diinginkan. Di antara dinding liner
dan lubang bor tidak disemen seperti pada rongga anulus. Rongga antara
dinding liner dengan lubang bor ini dimasukkan gravel, yang berfungsi
sebagai filter. Setelah fluida reservoir mengalir masuk ke dalam lubang
bor, selanjutnya dibawa naik ke atas. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
menggunakan pompa ataupun secara alami.

C. Drilling Fluid
Selama melakukan proses pengeboran dilakukan sirkulasi fluida di dalam
lubang bor, yang fungsinya adalah :
 Menstabilkan lubang bor selama proses pengeboran.
 Membantu memberikan informasi geologi. Hasil coring dari bawah permukaan
dapat dibawa naik ke atas permukaan dengan bantuan fluida pada sirkulasi ini.
 Mencegah masuknya fluida geothermal ke dalam lubang bor.
 Menutup ruang pori dalam formasi batuan yang ditembus, hal ini dapat
mencegah kehilangan cairan dari lubang pemboran.
 Membersihkan mata bor dari serpih-serpih pengeboran.
 Mendinginkan dan melumas mata bor sehingga mengurangi resiko pipa bor
macet dan mengurangi pengaratan pada mata bor.
 Mengontrol tekanan formasi. Jika tekanan downhole tinggi, bahan padat dapat
ditambahkan ke dalam sistem sirkulasi pengeboran untuk meningkatkan gravitasi
spesifik, sehingga akan menolak tekanan downhole. Sebaliknya jika tekanan
downhole rendah, bahan cair pada sirkulasi pengeboran dapat digunakan untuk
meminimalkan tekanan formasi.

Drilling Fluid dibuat oleh seorang mud engineer berdasarkan perkiraan tekanan
fluida dan jenis batuan formasi. Idealnya tekanan hidrostatis di dalam lubang bor
sama dengan tekanan formasi, sehingga tidak ada ekspansi dari dan ke dalam lubang
bor. Jenis-jenis Drilling fluid yang selama ini digunakan dalam eksplorasi adalah :
 Water-based mud
Merupakan campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar air.
 Oil-based mud
Adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar minyak.
 Foams
Dibentuk dari campuran air, gas ( udara, nitrogen) dan penambah busa.
 Udara

D. Pengujian Selama Pemboran Sumur Geothermal Berlangsung


Dalam kegiatan eksplorasi panasbumi, sample tidak hanya diambil pada saat
eksplorasi pendahuluan hingga eksplorasi rinci, tetapi saat sudah dilakukan pemboran
juga tetap dilakukan pengambilan sample. Sample saat pemboran terdiri dari sample
core, cutting, uap, dan fluida hidrothermal.
1. Pengambilan Inti (core)
Suatu inti (coring) harus di ambil untuk dideskripsi secara detil oleh well-site
geologist. Pengujian meliputi semua karakteristik litologi yang terlihat seperti
warna, mineralogi, ukuran dan bentuk kristal, sorting, alterasi hidrothermal
yang terlihat dan lain sebagainya, serta sifat lain seperti densitas dan
induration.
Terdapat dua macam cara pengambilan coring, yaitu :
- Bottom coring
Merupakan coring yang dilakukan bersamaan dengan pemboran. Sesuai
dengan alat yang digunakan, maka bottom core dibedakan menjadi :
a. Conventional coring
Yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau diamond. Ukuran
core yang didapat memiliki diameter antara 3 – 5 inch.
b. Wire-line retrievable coring
Pengambilan samplenya dengan cara menurunkan suatu alat ke dasar
sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang diperoleh
dengan cara ini lebih kecil, yaitu 1 1/8 – 1 ¾ inch.

- Sidewall coring
Yaitu coring yang dilakukan setelah pemboran, umumnya digunakan untuk
mengambil sample pada interval tertentu

2. Pengujian Cutting
Pengujian cutting berguna untuk menentukan permukaan batas formasi,
dimana terdapat perubahan yang tajam pada ukuran cutting.

3. Pengambilan sample uap


Pengambilan sample uap diperlukan untuk melakukan pengukuran temperatur
uap dan analisa geokimia uapnya.

4. Pengujian Log Driller


Merupakan rekaman detil setiap jam tentang apa yang terjadi pada rig
pengeboran. Rekaman berisi informasi perhitungan temperatur lumpur bor
selama pemboran dan circulation loss serta menunjukkan zona permeabel.
Kecepatan pemboran juga harus diuji, khususnya untuk membantu
menentukan batas formasi. Kecepatan pemboran tergantung pada beberapa
faktor termasuk berat bit, kecepatan rotasi, jenis kondisi, keahlian juru bor,
dan kondisi rig. Juga tergantung pada litologi batuan yang di bor khususnya
kekerasan dan porositas.

E. Setelah Pemboran Selesai


Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang
diinginkan, dilakukan pengujian sumur. Jenis – jenis pengujian sumur yang dilakukan
di sumur panasbumi adalah:
 Uji hilang air (water loss test).
 Uji permeabilitas total (gross permeability test).
 Uji panas (heating measurement).
 Uji produksi (discharge/ output test).
 Uji transien (transient test).

Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data


yang lebih persis mengenai :
 Jenis dan sifat fluida produksi.
 Kedalaman reservoir.
 Jenis reservoir.
 Temperatur reservoir.
 Sifat batuan reservoir.
 Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala
sumur.
 Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan
apakah perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang
ada telah cukup untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila
beberapa sumur eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari
apakah lapangan tersebut menarik untuk dikembangkan atau tidak.

IV. Studi Kelayakan


Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi
menghasilkan fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah
sumber daya panas bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis
menarik untuk diproduksikan.

V. Perencanaan
Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut
prospektif untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis,
maka tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail. Rencana
pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara rinci
mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan, sistem
pipa alir di permukaan, hingga fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini
gambar teknik perlu dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir
dua fasa, penempatan valve, perangkat pembuang kondensat dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Dickson, H. M., Fanelli. M., 2004, What is Geothermal Energy?, Istituto di Geoscienze
e Georisorse, CNR , Pisa, Italy.
Drilling and well construction; gene culver geo-heat center klamath falls, or 97601.
Finger, John and Blankenship, Doug. 2010. Handbook of Best Practices for
Geothermal Drilling. New Mexico : Sandia National Laboratories.
Geothermal energy systems (chapter 3. Drilling into geothermal reservoirs exploration,
development, and utilization); axel sperber, inga moeck, and wulf brandt;
wileyvch.

Anda mungkin juga menyukai