Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(Manajemen Rantai Pemasok)

Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen

Dosen : Syarif M. Helmi, SE, M.Ak., Ak, CA

Disusun oleh :

1. Raffialdi (B1032181003)

2. Rina Agustina (B1032181010)

3. Nabila Aprilia Ilmi (B1032181021)

4. Miptha Nurhajizah (B1032181022)

5. Yuniarti (B1032181024)

AKUNTANSI A SORE

FAKULTAS EKOMOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen Rantai Persediaan ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sistem Informasi
Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Manajemen Rantai Persediaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Syarif M. Helmi, SE, M.Ak., Ak, CA, selaku
dosen Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak,

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................1


2.1 Pengertian Manajemen Rantai Pasokan...............................................1
2.2 Proses Manajemen Rantai Pasokan......................................................2
2.3 Strategi Rantai Pasokan........................................................................3
2.4 Permasalah dan Peluang Rantai Pasokan yangTerintegrasi..................4
2.5 Tujuan Strategis Supply Chain Management.......................................5
2.6 Model Supply Chain Management.......................................................7
2.7 Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management...................8
2.8 Penggerak Supply Chain.......................................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan..........................................................................................13
B. Saran ...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era yang kompetitif ini, perusahaan atau organisasi dituntut agar lebih kompetitif lagi agar
bisa survive di pasar. Salah satu faktor yang berperan penting untuk mengungguli pesaing-
pesaing lain ialah dengan cara menerapkan manajemen rantai pasok atau biasa disebut Supply
Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien. Penerapan Supply Chain Management
(SCM) yang efektif dan efisien akan membuat perusahaan secara tidak langsung menekan cost
nya, serta meningkatkan produktivitas atau output nya. Supply Chain Management mencakup
semua kegiatan yang terintegrasi untuk membawa produk ke pasar dan menciptakan kepuasan
pelanggan. Kegiatan dalam Supply Chain Management antara lain adalah operasi dalam
manufaktur, pembelian, transportasi, dan distribusi fisik yang saling terintegrasi dalam sebuah
proses. Proses ini menghubungkan semua mitra dalam sebuah rantai.

Selain departemen dalam organisasi, mitra ini meliputi vendor, operator, perusahaan ketiga, dan
sistem penyedia informasi. Dalam organisasi, rantai pasokan mengacu pada berbagai bidang
fungsional, meliputi inbound dan outbound transportasi, pergudangan, pengadaan barang, dan
penyediaan barang. Peramalan, perencanaan produksi dan penjadwalan, pemrosesan order, dan
layanan pelanggan semua adalah bagian dari proses ini juga. Yang penting juga adalah
mewujudkan sistem informasi yang sangat diperlukan untuk memerantai semua kegiatan ini.
Setiap usaha bisnis selalu membutuhkan pihak lain agar usahanya dapat berjalan dengan baik.
Kemitraan dengan pihak lain umumnya terjadi dalam hal penyediaan bahan baku atau pasokan
material atau barang untuk diolah atau dijual kepada konsumen akhir. Manajemen Rantai Pasok
atau yang dikenal dengan istilah Supply Chain Management ( SCM ) sangat penting dalam
kaitannya dengan kemudahan pelanggan. Pelanggan memperlukan produk atau barang tersebut
secara cepat. Oleh karena itu, penting untuk mengolah rantai pasokan agar pelanggan tidak
kesulitan dan selalu memperoleh barang

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Manajemen Rantai Pemasok?

2. Bagaimana Proses Manajemen Rantai Pasokan?


3. Bagaimana Strategi Rantai Pasokan?
4. Apa Permasalah dan Peluang Rantai Pasokan yangTerintegrasi?
5. Apa Tujuan Strategis Supply Chain Management?
6. Bagaimana Model Supply Chain Management?
7. Apa Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management?

8. Apa Penggerak Supply Chain ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Rantai Pasokan

Dalam Industri Manufakturing, Kegiatan Utamanya adalah mengkonversikan berbagai bahan


mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan mendistribusikannya kepada
pelanggan. Dengan menjalankannya kegiatan tersebut, maka apa yang disebut dengan Supply
Chain atau Rantai Pasokan pada dasarnya telah terbentuk. Namun bagi sebuah perusahaan
manufakturing, kegiatan Supply chain atau Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif
dan efisien sehingga diperlukan Manajemen yang Profesional dalam pelaksanaannya.
Manajemen tersebut biasanya disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain
Management yang sering disingkat dengan singkatan SCM.

Jika didefinisikan secara lengkap, maka Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen


Rantai Pasokan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Koordinasi, penjadwalan dan
pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun
layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan
pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.

Sedangkan untuk definisi lainnya yang lebih sederhana, Supply Chain Management atau
Manajemen Rantai Pasokan adalah Mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang
bersangkutan dan kegiatan yang terlibat dalam mengkonversikan bahan mentah menjadi barang
jadi. Pihak yang bersangkutan ataupun kegiatan yang dimaksud tersebut bertanggung jawab
untuk memberikan barang-barang jadi hasil produksi kepada pelanggan pada waktu dan tempat
yang tepat dengan cara yang paling efisien.

Jadi pada dasarnya, Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasokan merupakan
cabang manajemen yang melibatkan Pemasok, Pabrik atau Manufakturer, penyedia logistik dan
tentunya yang paling adalah pelanggan.

2.2 Proses Manajemen Rantai Pasokan


Berikut ini adalah Proses Manajemen Rantai Pasokan yang dilibatkan dalam Manajemen Rantai
Pasokan atau Supply Change Magement (SCM) ini.

1. Pelanggan (Customer)

Pada sebagian besar industri Manufakturing, Pelanggan atau customer merupakan mata rantai
pertama yang memberikan pesanan (order), terutama pada perusahaan yang berorientasi OEM
(Original Equipment Manufacturer). Pelanggan memutuskan untuk membeli produk yang
ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan menghubungi departemen penjualan
(sales) perusahaan tersebut.

2. Perencanaan (Planning)

Setelah Pelanggan membuat pesanan yang diinginkannya, departemen Perencanaan (Planning


Dept) akan mempersiapkan Perencanaan Produksi untuk memproduksi produk yang dibutuhkan
oleh Pelanggan. Pada tahap ini, Departemen Perencanaan juga menyadari akan adanya
kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya.

3. Pembelian (Purchasing)

Setelah menerima Perencanaan Produksi, dalam hal ini adalah kebutuhan terhadap bahan mentah
dan bahan-bahan pendukungnya, Departemen Pembelian atau Purchasing Department akan
melakukan pemesanan bahan mentah dan bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal
penerimaan dan jumlah  yang dibutuhkan.

4. Persediaan (Inventory)

Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh pabrik akan diperiksa kualitas dan
ketepatan jumlahnya kemudian disimpan di dalam Gudang untuk kebutuhan produksi.

5. Produksi (Production)

Bagian Produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan pendukung yang dipasok oleh
pemasok tersebut untuk melakukan proses produksi hingga menghasilkan barang jadi yang
dibutuhkan oleh pelanggan.  Barang Jadi yang telah diproduksi ini kemudian dimasukan ke
gudang dan siap untuk dikirimkan ke pelanggan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

6. Transportasi (Transportation)

Departement Pengiriman atau Shipping Department akan mengatur waktu keberangkatan barang
jadi (Finished Products) yang di Gudang tersebut sesuai dengan jadwal yang diinginkan oleh
pelanggan.

2.3 Strategi Rantai Pasokan


Menurut Heizer and Render (2005:9-13) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai
pasokan dalam memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi tersebut antara lain:

• Banyak Pemasok

Dengan strategi banyak pemasok, pemasok menanggapi permintaan dan spesifikasi permintaan
penawaran, dengan pesananyang umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran
rendah.

• Sedikit Pemasok

Strategi yang memiliki sedikit pemasok mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut
jangka pendek, seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka panjang
dengan pemasok yang setia. Penggunaan pemasok yang hanya sedikit dapat menciptakan nilai
dengan memungkinkan pemasok memiliki skala ekonomi dan kurva belajar yang menghasilkan
biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.

• Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal mengembangkan kemampuan untk memproduksi barang atau jasa yang
sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor. Integrasi vertikal dapat
mengambil bentuk integrasi maju atau mundur. Integrasi mundur menyarankan perusahaan untuk
membeli pemasoknya. Integrasi maju menyarankan produsen komponen untuk membuat produk
jadi.

• Jaringan Keiretsu

Keiretsu merupakan sebuah istilah bahasa Jepang untuk menggambarkan para ng menjadi bagian
dari sebuah perusahaan.Anggota keiratsu dipastikan memiliki hubungan jangka panjang dan
karenanya diharapkan dapat berperan sebagai mitra yang memberikan keahlian teknis da
kestabilan mutu produksi.

• Perusahaan Virtual

Perusahaan yang mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas
permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai korporasi berongga atau perusahaan jaringan.

2.4 Permasalah dan Peluang dalam Rantai Pasoka yang Terintegrasi


Tiga pemasalah merumitkan pengembangan rantai pasokan yang efisien da terintegrasi yaitu
optimasi lokal, intensif, dan lot besar (Hezer and Render, 2005:15)

• Optimasi Lokal

Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal
atau meminimalkan biaya langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas. Sedikit
kenaikan atau penuruna permintaan iasanya diatasi secara berlebihan, karena tidak ada seorang
pun yang ingin memiliki persediaan yang mengalami kekosongan stok atau berlebihan.

• Insentif (Insentif Penjualan, Potogan karena Kuantitas, dan Promosi)

Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi.
Hal ini menimbulkan fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai.

• Lot Besar

Sering terjadi penyimpangan dalam lot besar sebab hal ini cenderung mengurangi biaya per unit.
Manajer logistik inginmengirimkan lot besar, terutama dengan truk yang penuh dengan muatan,
dan manajer produksi menginginkan produksi berjalan jangka panjang. kedua hal ini
menurunkan biaya per unit, namun gagal menunjukkan penjualan yang nyata.

Terdapat beberapa peluang dalam rantai pasokan yang terintegrasi. Peluang untuk manajemen
yang efektif dalam rantai pasokan meliputi 10 hal berikut (Heizer and Render, 2005:16-19)

1. Data “Pull” yang Akurat


Data pull yaitu data penjualan yang menganjurkan transaksi untuk “menarik” produk melalui
rantai pasokan.

2. Pengurangan Ukuran Lot


Kurangi ukuran lot dengan manajemen yang agresif. Hal ini meliputi (1) membuat pengiriman
yang ekonomis, yang kurang dari lot muatan truk; (2) menyediakan potongan harga berdasarkan
pada volume tahunan total, bukannya pada ukuran pengiriman individu; dan (3) mengurangi
ongkos pemesanan melalui teknik tertentu seperti pesanan tetap dan berbagai bentuk pembelian
elektronik.

3. Kontrol Satu Tahap Pengisian Kembali


Menunjuk satu anggota dalam rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan
mengatur persediaan dalam rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi dan
mengatur persediaan dalam rantai pasokan berdasarkan “pull’ dari pelanggan.

4. Persediaan yang Dikelola Vendor


Penggunaan pemasok lokal untuk menjaga persediaan bagi produsen untuk menjaga persediaan
bagi produsen atau pedagang eceran.

5. Penangguhan
Menunda modifikasi atau penyesuaian apa pun pada produk selama mungkin dalam proses
produksi.

6. Perakitan Saluran
Menangguhkan perakitan akhir sebuah produk sehingga saluran distribusi dapat merakitnya.
Dengan strategi ini, persediaan barang jadi dikurangi karena dibuat untuk peramalan yang lebih
singkat dan akurat.

7. Drop Shipping dan Pengemasan Khusus


Pengiriman langsung dari pemasok ke konsumen, dan bukan dari penjual, yang menghemat
waktu dan biaya pengiriman ulang.

8. Blanked Order
Sebuah komitmen kesanggupan pembelian jangka panjang bagi suatu pemasok untuk barang
yang akan dikirim berdasarkan dokumen pelepasan jangka pendek.

9. Standarisasi
Mengurangi banyaknya variasi dalam komponen dan material untuk membantu mengurangi
biaya.

10. Pemesanan Elektronik dan Pemindahan Dana


Pemesanan elektronik dan pemindahan dana mengurangi transaksi dengan menggunkan kertas.
Departemen pembelian dapat mengurangi banyaknya pekerjaan ini denganmenggunakan
pemesanan secara elektronik untuk membayar unit yang diterima. Pemesana elektronik tidak
hanya dapat mengurangi pekerjaan administrasi, tetapi juga mempercepat siklus pembelian
tradisonal yang panjang.

2.5 Tujuan Strategis Supply Chain Management


Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok,
produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman
barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai
pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien
mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009): 1.   
Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2.    Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3.    Mengelola pemasok
4.    Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5.    Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6.    Mengelola risiko

Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu
dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk
bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1.    Murah
2.    Berkualitas
3.    Tepat waktu
4.    Bervariasi

Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini
dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan
laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil
memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan
mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu
mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat
bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai
keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses
mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan
utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh
seorang investor dari investasi.

2.6 Model Supply Chain Management         


Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai
kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu
gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat
berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah
dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi
yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan
jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain
adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara
jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang
dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang
masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output
permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang 

Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung


dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap.
Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan
termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan.

7
Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari
pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan
persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga
menambah suatu nilai terhadap material. 

2.7 Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola
suppy chain, yaitu:

1. Kompleksitas struktur supply chain


 Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda
 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan

2. Ketidakpastiaan
 Ketidakpastian permintaan
 Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
 Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian kualitas produksi dll.

Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:

Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau bullwhip
effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat persediaan,
penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun
koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari
pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan
untuk mencapai biaya persediaan yang rendah. Sedangkan menurut James A. dan Mona J.
Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain management adalah untuk menyeimbangkan
kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan biaya
persediaan.

8
2.8 Penggerak Supply Chain

Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu
sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:

1. Inventory Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah
diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena
perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):

a. Cycle inventory Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan
untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan 10
buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali
pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari
strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsif atau efisiensi) dengan
memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).

b. Safety Inventory Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga
terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.

c. Seasonal Inventory Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi
keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan
seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada periode permintaan barang
rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada
saat permintaan tinggi mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi
permintaan.

2. Transportation

Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi
terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing.
Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl
(2004) adalah sebagai berikut :

a. Modes of transportation

Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari saru
lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang
dapat dipilih yaitu:

9
 Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi
memiliki biaya yang mahal.
 Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.
 Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.
 Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang
paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.
 Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan
gas.

b. Route and network selection Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan
network adalah sebuah kumpulan lokasi dan rute kemana produk dapat dikirimkan. Perusahaan
membuat beberapa keputusan mengenai rute pada tahap desain supply chain.

c. In house or outsource Secara tradisional, banyak fungsi transportasi dilakukan oleh perusahaan
sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced). 

3. Fasilitas

Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit,
atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan.
Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi
penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004,
p55-56) adalah sebagai berikut :

a. Location Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya


merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain. Penentuan lokasi
secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif
dalam permintaan konsumen.

b. Capacity Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan perusahaan tersebut
menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.

c. Operation methodology Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam


memproduksi barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel
maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk membuat produk lain yang
biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin yang dapat membuat satu macam
produk saja (efisien).

10
d. Warehouse methodology

 Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam
produk dalam suatu tempat.
 Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-
produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan
konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.
 Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam
fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut
membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas
perusahan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat
diangkut ke retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari
truk-truk sebelumnya.

4. Information

Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas
dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan
untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah
penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah
(Chopra dan Meindl, 2004):

a. Push versus Pull Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal
kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke
perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen,
sehingga perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.

b. Cordinating and Information sharing Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua
tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply
chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada
kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data
antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.

c. Forecasting and Aggregate Planning Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk
membuat rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam
pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi
rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan.

d. Enabling Technologies Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain,
maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:

11
 Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih
efisien, juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen,
transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.
 Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka akan
menjadi sebuah faktor penting dalam supply chain.
 Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi
dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian
perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.
 Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang menyediakan
dukungan terhadap analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara
keseluruhan terhadap informasi. 

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen rantai pasokan merupakan koordinasi keseluruhan kegiatan rantai pasokan, termasuk
dalam peningkatan nilai pelanggan. Keputusan buat atau beli adalah pilihan antara memproduksi
sebuah komponen atau jasa secara internal atau membelinya dari sumber luar perusahaan,
pengalihdayaan adalah mengalihkan kegiatan perusahaan yang secara tradisional dilakukan
secara internal ke pemasok eksternal.

Setelah memutuskan apa yang dialihdayakan, manajer memiliki 6 strategi yang akan
dipertimbangkan yaitu banyak pemasok, sedikit pemasok, integrasi vertical, ventura bersama,
jaringan keiretsu, dan perusahaan virtual.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-supply-chain-management-manajemen-rantai-
pasokan/

2. https://justmerisa.blogspot.com/2010/12/supply-chain-management-manajemen.html

3. https://www.rusdyanha.com/2016/12/makalah-supply-chain-managament-scm.html

14

Anda mungkin juga menyukai