#3 Kajian Antropologis Filsafiah Terhadap Hakikat Manusia Dan Pendidikan
#3 Kajian Antropologis Filsafiah Terhadap Hakikat Manusia Dan Pendidikan
Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan kenyataan. Realisme terpusat
pada pertanyaan tentang representasi, yaitu tentang bagaimana dunia dikonstruksi dan
disajikan secara sosial kepada dan oleh diri kita. Hakikat manusia terletak pada apa yang
dikerjakannya. Pikiran atau jiwa merupakan suatu organisme yang sangat rumit yang mampu
berpikir. Manusia bisa bebas atau tidak bebas. Sedangkan dikaitkan dengan pendidikan,
pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran
abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan
kebenaran itu.
Pragmatisme berpandangan bahwa pengetahuan dan perbuatan bersatu tak terpisahkan, dan
semua pengetahuan bersumber dari dan diuji kebenarannya melalui pengalaman. Manusia
tidak terpisah dari realitas pada umumnya, sebab manusia adalah bagian daripadanya dan
terus-menerus bersamanya. Karena realitas terus berubah, manusia pun merupakan bagian
dari perubahan tersebut. Tujuan pendidikan, menurut pragmatisme bersifat temporer, karena
tujuan itu merupakan alat untuk bertindak. Apabila suatu tujuan telah tercapai maka hasil
tujuan tersebut menjadi alat unuk mencapai tujuan berikutnya.
Eksistensialisme berpandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa manusia
hidup di dunia tanpa tujuan, dan kehidupan ini pada dasarnya suatu teka-teki. eksistensi
memiliki arti “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuatu yang mampu
melampaui dirinya sendiri”. Manusia disebut sebagai suatu proses karena mereka sanggup
keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fidiknya, berusaha
untuk tidak terpaku oleh segala keterbatasanyang dimilikinya. Konsep pendidikan menurut
eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai
pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu realitas.
Pancasila secara harfiah adalah lima dasar, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, (5) Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hakikat manusia ditempatkan pada derajat yang
paling tinggi oleh pandangan Pancasila, karena manusia adalah subyek yang menentukan
maju dan mundurnya kehidupan baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat ataupun
sebagai khalifah di bumi yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan berorientasi pada terbentuknya kepribadian manusia secara utuh, yang di dalam
prosesnya terjadi internalisasi nilai-nilai, baik nilai ketuhanan, nilai
kemasyarakatan/kesosialan, nilai kemanusiaan, nilai hak dan kewajiban, nilai keadilan dan
kebenaran, nilai kejujuran dan kedisiplinan dan nilai-nilai lain yangberbasis pada etika dan
estetika pergaulan.