Faiz Kurniawan
Akad yang digunakan adalah Akad Murabahah Karena Secara luas, jual beli dapat di artikan
sebagai pertukaran harta atas rasa saling rela. Menerut sabiq jual beli adalah memindahkan
milik dengan ganti (iwad)yang dapat di benarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan
antara uang dengan barang, barang dengan barang yang bisa kita kenal dengan barter dan uang
dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.
Pertukaran uang dengan barang yang biasa kita kenal dengan jual beli dapat dilakukan secara
tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu
harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang rabawi ( secara kasat mata
dapat dibedakan) atau bukan. Untuk pertukaran barang rabawi seperti emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma,
anggur kering dengan anggur kering, dan garam dengan garam maka pertukarannya agar sesuai
syariah harus dengan jumlah yang sama dan dan harus dari tangan ke tangan atau tunai, karna
kelebihannya adalah riba. Untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus dilakjukan secara
tunai.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjualan secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran marjin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesapakatan. Harga beli menggunaka harga pokok
yaitu harga beli di kurangi dengan diskon pembelian.
B. Pencatatan Jurnal
* Untuk pembeli :
( jurnal mencatat terjadi setelah akad mudharabah dan sesuai akad disepakati menjadi hak
pembeli )
( jurnal mecatat terjadi setelah akad dan disepakati dalam akad menjadi hak penjual )
Secara luas, jual beli dapat di artikan sebagai pertukaran harta atas rasa saling rela. Menerut
sabiq jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad)yang dapat di benarkan (sesuai
syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang
bisa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang
rupiah dengan yen.
Pertukaran uang dengan barang yang biasa kita kenal dengan jual beli dapat dilakukan secara
tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu
harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang rabawi ( secara kasat mata
dapat dibedakan) atau bukan. Untuk pertukaran barang rabawi seperti emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma,
anggur kering dengan anggur kering, dan garam dengan garam maka pertukarannya agar sesuai
syariah harus dengan jumlah yang sama dan dan harus dari tangan ke tangan atau tunai, karna
kelebihannya adalah riba. Untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus dilakjukan secara
tunai.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjualan secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran marjin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesapakatan. Harga beli menggunaka harga pokok
yaitu harga beli di kurangi dengan diskon pembelian.
1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah,
apabila seizin walinya.
B. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan
bukan merupakan barang-barang yabg dilarang di perjualbelikan, misalnya: jual beli
barang yang kadaluwarsa.
C. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas
barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan
sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.
D. Barang tersebut hanya di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa
depan. Bartang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah
satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan pearsengketaan. Misalnya: saya
jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp. 40.000.000 si pembeli berharap
mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang yang sedang di
gadaikan atau telah diwakafkan.\
E. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidak pastian).
F. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
G. Harga barang tersebut jelas.
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak tunai) sehingga jelas.
Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini seharga Rp.
15.000,-".
Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. (halaman 179-181)