Produksi Susu Kerbau
Produksi Susu Kerbau
1 Produksi Susu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produksi susu dari setiap ternak kerbau
yang diperah berkisar antara 1,50-2,50 liter/ekor/hari dengan lama pemerahan sekitar 7
bulan (Zulbardi, 2002). Malaysia sebagai negara tetangga Indonesia yang iklimnya
tidak jauh berbeda dengan Provinsi Sumatera Barat, produksi susu kerbau lumpur di
sana 1,7 - 3,4 liter per hari (Ali 1980). Mason (1974) melaporkan produksi susu swamp
buffalo di Indonesia 1 - 2 liter per hari dan di Vietnam dapat mencapai 6 liter per hari pada
awal laktasi.
1
Nilai gizi susu kerbau terlihat lebih tinggi dari kandungan gizi susu sapi dengan kadar
protein 5,25 vs 3,27 %; kadar lemak 8,79 vs 3,45 %; kadar air 82,42 vs 87,96 % (Sirait dan
Setyanto, 1995). Kadar lemak susu kerbau pada umumnya (tipe perah dan tipe daging)
antara 6,6 – 9,0% di atas kadar lemak susu sapi 3,6 – 4,9 % (Dhana, 2006) yang antara lain
Menurut Chantalakhana (1980), lama laktasi Swamp Buffalo (kerbau lumpur) di Asia
Tenggara 7 – 11 bulan. Hal yang sama dilaporkan pula oleh Madamba dan Eusebio (1980)
Swamp Buffalo di Asia Tenggara lama laktasinya 10 bulan. Akan tetapi Ali (1980)
Total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapat dihasilkan oleh seekor kerbau
berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbedanya bulan dan tingkat laktasi, penampilan
individu, latar belakang pemeliharaan dan pemberian pakan. Pada bulan-bulan awal laktasi
produksi susu kerbau banyak, puncaknya dicapai pada bulan kedua (Chutikul,1975).
Bulan-bulan berikut produksi susu kerbau mulai menurun seiring dengan meningkatnya
umur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan periode laktasi dapat menyebabkan berbeda
jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa laktasi. Jumlah produksi susu bertambah dari
laktasi pertama ke laktasi berikutnya, produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasi
enam (Chutikul, 1975). Produksi susu kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain:
Produksi susu kerbau yang dipengaruhi adanya dari bangsa itu sendiri. Beberapa
Umur kerbau ketika beranak pertama kali mempengaruhi jumlah susu/ produksi
Kerbau perah yang terlambat beranak pertama kali akan mengurangi jumlah gudel
yang dihasilkan, karena akan mengurangi kehidupan produktifnya sebagai hewan ternak.
Tingginya umur beranak pertama kali (dilihat dari tabel diatas) disebabkan oleh jenis pakan
bermutu rendah yang diberikan kepada kerbau dibanding sapi. Dengan demikian,
pertumbuhan kerbau akan sedikit lebih lambat apabila dibanding sapi. Ada korelasi yang
kuat antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta lama laktasi.
4.1.3. Musim Beranak
Sebagai contoh, kerbau Murrah beranak pada antara bulan Juni hingga November.
Sedangkan gudel – gudel di Mesir lahir pada musim gugur – dingin (Oktober – Maret).
Kerbau yang beranak pada bulan Februari – Maret merupakan kerbau yang memiliki
kualitas susu paling baik. Produksi susu kerbaupun sangatlah berpengaruh pada saat musim
panas. Bila kerbau-kerbau tersebut dalam periode optimal dari laktasinya badannya
diperciki air selama musim itu, sehingga nantinya akan terjadi peningkatan jumlah
produksi susu. Namun apabila tidak diberi perlakuan tersebut maka produksi susunya akan
menurun dan tidak teratur. Di Filipina, kerbau yang beranak pada bulan Januari – April
atau Musim Kemarau akan menghasilkan susu lebih banyak dibanding musim – musim
lain. Di Pakistan, produksi susu tertinggi akan dicapai apabila gudel yang dilahirkan antara
banyaknya produksi susu. Hormon berperan pada saat terdapat sedikit pakan, namun
bermutu. Ternak kerbau perah akan cenderung lebih cocok pada suhu udara lingkungan
yang sejuk hingga dingin karena daya tahan kerbau perah tersebut terhadap panas lebih
ke 6. Setelah itu, produksi susu kerbau akan cenderung menurun, secara tetap.
Tabel 3. Produksi susu kerbau berdasarkan masa laktasi
Umumnya, puncak produksi susu kerbau setiap masa laktasi terjadi pada bulan ke-2
hingga ke-3. Biasanya, setelah bulan ke-4 dari masa kebuntingannya produksi susu kerbau
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kadar lemak / fat. Ini
menunjukkan produksi susu setelah bulan ke-4 berbanding terbalik dengan kadar lemak.
Puncak laktasi dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pakan, dan musim beranak.Namun
Dengan seiring bertambahnya kadar lemak pada susu kerbau yang mengakibatkan
kandungan lemak susu kerbau tinggi, maka produktivitas kerbau akan dihitung pula dari
total lemak.
Tabel 4. Komposisi gizi susu kerbau berdasarkan tingkatan laktasi
Bahan Protein
Bulan Laktasi Fat Laktosa Abu
Kering Whey
1 6,16 5,30 3,96 0,62 0,82
2 5,73 5,03 3,75 0,65 0,80
3 6,59 5,18 3,59 0,62 0,80
4 5,57 5,00 3,51 0,63 0,75
5 6,11 5,16 3,88 0,54 0,77
6 7,20 4,86 3,73 0,60 0,80
7 7,05 4,68 3,59 0,56 0,78
8 7,98 5,00 4,34 0,76 0,83
9 7,01 5,11 3,53 0,71 0,81
10 7,18 4,64 4,05 0,66 0,83
Sumber : Abd. E-Salam, M. H. dan S. El-Shibiny. 1966
Kerbau yang diberi pakan yang berkualitas tinggi cenderung memproduksi susu
yang cukup lama. Dan apabila kerbau yang diberi pakan kualitas rendah, misal limbah
pertanian, maka hasil susu yang diproduksi tidak menjamin akan mendapat kualitas yang
baik. Di daerah yang terdapat sejumlah kerbau dalam jumlah banyak maka kemungkinan
akan terjadi defisiensi makanan sehingga dibutuhkan pengganti pangan yang bisa
mencukupi kebutuhan pangan dari kerbau-kerbau tersebut. Selain itu, di daerah tersebut
biasanya pun makanan yang ada adalah makanan yang berkualitas rendah.
Faktor ke-7 ini menentukan produksi susu kerbau karena penting bagi menentukan
perkawinan pada musim panas. Jarak antara 2 kelahiran gudel ini pun pada umumnya
memiliki hubungan yang erat dengan masa layanan perkawinan. Layanan perkawinan yang
lama maupun yang pendek akan mempengaruhi jumlah gudel yang lahir dan banyak susu
yang dihasilkan. Kerbau Murrah biasanya melahirkan anak dengan rata-rata interval
Selain itu produksi susu kerbau dipengaruhi oleh layanan perkawinan, periode
kebuntingan, panjang laktasi, dan non-genetik. Faktor non – genetik disini meliputi:
1. waktu keluarnya susu (let down time) : waktu dihitung sejak putting disentuh hingga
keluar susu pertama. Apabila waktu keluarnya susu semakin lama, maka itu berarti
2. waktu pemerahan (milking time) : waktu sejak keluarnya susu pertama hingga terakhir.
Waktu pemerahan dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Dan jumlah kadar hormone
yang dikeluarkan tergantung pada ukuran ternak, tahapan laktasi, total produksi susu,
3. kecepatan lewat susu (rate of milk flow) : rasio antara produksi susu dan waktu
pemerahan total. Kecepatan keluarnya susu yang lebih besar diperkirakan akan
Jika ternak tidak dikawinkan pada waktunya setelah beranak, maka hal ini
cenderung akan menyebabkan periode laktasi yang lama, bahkan sampai 400 hari
Selain unsur-unsur yang mempengaruhi produksi susu yang telah dijelaskan di atas,
susunan gizi susu kerbau pun dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :
1. Spesies dan Ragam Jenis Bangsa. Susu kerbau perah pada umumnya lebih kaya akan
bahan dasar penyusunan susu dibanding susu sapi, kecuali kadar air dan kandungan
karotennya. Tidak adanya karoten membuat warna susu lebih putih daripada susu
sapi.
2. Ragam Musim. Susunan gizi susu kerbau dapat berubah-ubah sesuai musimnya, baik
musim dingin, panas, semi, maupun gugur. Hal ini sangat berkaitan dengan pakan
3. Banyaknya Pemerahan Setiap Harinya. Pada awal pemerahan susu kerbau akan
memiliki susunan gizi yang berbeda dengan pertengahan ataupun akhir pemerahan.
Pada awal pemerahan, susu kerbau umumnya memiliki kandungan lemak yang
sedikit, ini dikarenakan kelenjar ambing tidak menutup katup penutup untuk
susu kerbau akan kaya lemak. Let down of milk membutuhkan waktu 32 – 37 detik,
4. Unsur Genetik. Kawin silang sangat mempengaruhi jumlah protein susu. Walaupun
dalam satu spesies, jika terjadi kawin silang akan tetap mempengaruhi hasil dari
protein susu. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi
Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang lebih baik dari Kerbau
Lumpur, namun lama laktasi kedua jenis kerbau tidak jauh berbeda. Di bawah ini
dapat dilihat produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan Crossbred
(persilangan).
Tabel 5. Jumlah produksi susu, laju pertumbuhan dan lama laktasi kerbau
berdasarkan breed
5. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor
kerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan 195 iu kalsium. Susu kerbau
lebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini karena susu kerbau mengandung 16% bahan
padat, sedang susu sapi bahan padatnya 12%. Kandungan lemak susu kerbau juga lebih
Ada baiknya bila mengetahui beberapa susunan/komposisi dari jenis masing - masing
susu.
Susunan air susu tidak selalu sama dan akan selalu berubah – ubah. Hal ini
Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu, potensi dan
kandungan gizinya yang sangat besar, susu kerbau dijuluki sebagai Emas Putih. Jika dilihat
dari komposisi nilai gizi yang terdapat di dalamnya, susu kerbau tidak kalah dengan susu
asal ternak ruminansia lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya sangat tinggi
Dalam susu terdapat beberapa komponen, salah satunya lemak. Lemak susu adalah
komponen yang paling beragam. Sebagian besar lemak susu terdiri dari trigliserida. Bahan
12
utama pembentuk lemak susu adalah glukosa, asam asetat, asam beta hidroksobutirat,
trigliserida dasri kilomikra dan LDL serta darah. 75 – 90 % dari asam lemak berantai
pendek (C4 – C14) dan 30 % dari asam palmitat yang disusun dalam kelenjar susu berasal
dari asam asetat. Dan sisanya berasal dari asam lemak. Asetil Co-A yang digunakan oleh
kelenjar susu dibentuk dari asetat yang terdapat dalam sitoplasma. Pakan ternak pun sangat
berperan dalam kualitas susu, sehingga di dalam pakan ternak harus memenuhi criteria gizi
yang baik, yakni terdapat jumlah protein yang tinggi, energi (yang diperlukan untuk
membentuk lemak susu) tinggi, mineral yang kaya akan Ca dan P (tak lupa Na dan Cl
Dibanding dengan jumlah laktasi yang sama, kerbau akan menghasilkan lebih banyak
lemak dan bahan padat bukan lemak (Solid Non Fat/SNF) daripada sapi lokal.
Produksi susu tiap harinya dan di tiap negara pastilah berbeda – beda. Produksi susu
tiap hari dari kerbau laktasi di India dan Pakistan bisa mencapai 2-2,5 kg pada kerbau
kualitas jelek, dan bisa mencapai 20 kg pada kerbau yang baik pengelolaannya. Rata – rata
produksi susu kerbau di India didapat lebih kurang 2.005 kg per laktasi. Sedangkan pada
kelompok kerbau kualitas baik / tinggi hasil susunya sebesar 2,7 % dari kerbau laktasi
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
salah satu ternak perah secara lebih optimal. Jumlah produksi susu kerbau di daerah
Kabupaten Gayo Lues berkisar antara 0,9 – 1,5 liter/ekor/hari. Jumlah produksi ini
Susu kerbau perah memiliki nilai gizi yang tinggi. Susu kerbau mengandung 4,5 g
protein, 8 g lemak, 4,9 karbohidrat, 463 Kkal energi dan 195 iu kalsium. Susu kerbau lebih
kental dibandingkan susu sapi. Kerbau mengandung 16% bahan padat, sedangkan susu sapi
3.2. Saran
Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang yang sangat potensial
masih dilakukan secara ekstensif. Oleh sebab itu diisarankan kepada mahasiswa dan para
ilmuan untuk meneliti lebih lanjut masalah pengemangan ternak kerbau, sehingga dapat
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Kusnadi , U. 2004. Kontribusi Ternak dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di
Lahan Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan
Peternakan Tropis . Special Edition Oktober 2004.
Mahadevan, P. 1978. Water Buffalo Research-Possible Future Trends. World Animal
Review 25: 2-7.
Mason, I.L. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food And
Agriculture Organization of The United Nation, Rome
Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes.In :BuffaloProduction.Ed. NM.Tulloh
and J.H.G.Holmes.Elsevier-LondonMuhammad, Z. 2002. Model Pengembangan
Kerbau Perah. Laporan Direktorat Budidaya Peternakan, Jakarta.
Shafie , M.M. 1985. Physiological Responses and Adaptation of Water Buffalo. In :
Stress Physiology in Livestock, vol. 2: Ungulates. YOUSEF, M.K. (Ed.). Florida,
USA, CRC. pp. 1 – 4
Zulbardi, M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau bagi Ketersediaan dan
Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar Nasional Teknol ogi Peternakan
dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal: 186 – 189