Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENERIMA MANFAAT NY.

M DENGAN DIABETUS MELLITUS DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL


LANJUT USIA “PUCANG GADING” SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. NOVI MERY KALA AHENG
2. RIZKA MUTMAINNAH
3. ANNISA HASNA YUANIHSAN
4. FADLIYATUN NA’IMAH

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang ditunjukan oleh
perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa
jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia telah mencapai 9,1 juta
orang dan menepati peringkat ke 4 teratas diantara negara-negara dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia seperti India, China, dan
Amerika. Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (Penyakit
Tidak Menular), jumlah kasus baru yang dilaporkan secara keseluruhan
pada tahun 2015 adalah 603.840 kasus. Tujuan umum penulisan ini adalah
menggambarkan asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus di
ruang Anggrek Rumah pelayanan social lansia Pucang Gading. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan data. Askep tersebut meliputi pengkajian, penegakan
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang muncul
antara lain keletihan b.d peningkatan kelelahan fisik, resiko harga diri rendah
situasional b.d ketidakberdayaan, Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
b.d pemantauan kadar gula darah tidak adekuat.
Kesimpulan dari penulisan ini adalah intervensi yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi dapat mengatasi masalah.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, lansia, hiperglikemia


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus kini benar-benar telah menapaki era kesejagatan, dan


menjadi masalah kesehatan dunia. Insiden dan prevalensi penyakit ini
tidak pernah berhenti mengalir, terutama di negara sedang berkembang
dan negara yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi. Estimasi
terakhir IDF, terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes melitus
di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkrakan
akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang
tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam
berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa
dicegah (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi penderita diabetes melitus di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau sekitar 5,8 juta penduduk
dengan rentang usia 20-79 tahun. (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(American Diabetes Assosiation, 2004 dalam jurnal Gustina, 2014).
Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang ditunjukan oleh
perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan
menepati peringkat ke 4 teratas diantara negara-negara dengan jumlah
penderita diabetes terbanyak di dunia seperti India, China, dan Amerika.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (Penyakit Tidak
Menular), jumlah kasus baru yang dilaporkan secara keseluruhan pada
tahun 2015 adalah 603.840 kasus. Penyakit diabetes mellitus menjadi
urutan kedua penyakit PTM terbesar setelah hipertensi, sebesar 18,33
persen penderita diabetes melitus. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas
utama pengendalian PTM di Jawa Tengah. (Profil Dinkes Jateng, 2015).
Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari
oleh penderitanya dan saat sudah disadari sudah terjadi komplikasi (Kemenkes
RI, 2014). Komplikasi ini diakibatkan karena terjadinya defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat dan pasien diabetes mellitus yang tidak
diberi penanganan yang baik (Damayanti, 2015). Beberapa komplikasi yang
sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah meningkatkan resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke, neoropati, retinopati diabetikum,
gagal ginjal dan resiko kematian, juga akan berdampak pada menurunnya
usia harapan hidup, penurunan kualitas hidup dan sumber daya manusia
sehingga dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Kemenkes RI,
2014).Untuk mencegah perkembangan komplikasi yang terjadi pada
penderita diabetes mellitus, mereka perlu belajar dan mempertahankan
perilaku manajemen diri seumur hidup, termasuk self care yang terkait
dengan perawatan kesehatan dan kehidupan sehari-hari.

B. Web of Caution
Terlampir
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENERIMA MANFAAT NY. M
DENGAN DIABETUS MELLITUS DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA “PUCANG GADING” SEMARANG

Tanggal Pengkajian : 27 Januari 2020, 11:00 WIB

Nama Pengkaji : Annisa Hasna, Fadliyatun, Rizka, Novi Mery

A. Karakter Demografi
1. Identitas PM
Nama Penerima Manfaat : Ny. M
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 24 Desember 1952
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat Rumah : Semarang
Diagnosa Medis : Diabetus Mellitus dan Retinopati Diabetik
2. Keluarga yang Bisa Dihubungi
Ny. M mengatakan masih terdapat saudara yang dapat dihubungi, namun
bukan saudara kandung yaitu Ny. A yang beralamat di Salatiga
3. Riwayat Keluarga dan Genogram
Ny. M mengatakan dahulu diasuh oleh Biarawati karena sejak kecil Ny. M
tinggal di asrama susteran dikarenakan kedua orang tuanya bercerai dan
kedua orang tuanya tidak bersedia merawat Ny. M sehingga Ny. M memilih
tinggal di asrama susteran.
4. Riwayat Kematian dalam Keluarga 1 Tahun Terakhir
Ny. M mengatakan tidak ada keluarga yang meninggal dalam satu tahun
terakhir
5. Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
Saat ini Ny. M tidak bekerja, namun sebelum masuk ke Rumah Sosial ini Ny.
M pekerja sebagai perawat lansia. Ny. M mengatakan setiap bulan masih
diberi uang oleh mantan majikannya dan 1 bulan sekali diberi uang dari
Rumah Sosial Rp. 10.000/bulan
6. Aktivitas Rekreasi
Ny. M mengatakan hobi bersih-bersih, pernah bepergian ke Jakarta, saat
bermasyarakat Ny. M tidak mengikuti organisasi kemasyarakatan
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Persepsi Lansia
Ny M merasa keadaan saat ini memang sudah ditakdirkan, namun kondisi
saat ini tidak sesuai yang di harapkan sebelumnya, Ny.M pernah
berekspektasi masa tua akan seperti pada umumnya, hidup bahagia bersama
keluarga.
2. Nutrisi
Ny. M mengatakan makan 2 kali sehari, pagi dan malam dan hanya 3-4
sendok dikarenakan Ny. M memiliki diabetes mellitus dan Ny. M berusaha
menjaga pola makannya dengan mengurangi konsumsi nasi, nafsu makan
cukup dengan jenis makanan yang sudah disediakan Rumah Sosial, kebiasaan
sebelum makan cuci tangan dan berdoa, makanan yang tidak disukai
kambing, daging-daging berlemak dan santan.
Ny. M mengatakan tidak alergi terhadap makanan apapun.
Antopometri :
BB : 68 Kg
TB : 155 cm
LiLA : Tidak terkaji
Biochemical : Tidak terkaji
Clinical Sign : Keadaan Umum Baik

Organ/Sistem Tubuh Hasil Pengkajian

Rambut Licin, berkilau, baik kering, beruban

Kulit Halus, turgor baik

Mata Bersih, konjungtiva tidak anemis

Kardiovskular HR normal, tensi normal, nadi, irama


jantung teratur

Gastrointestinal Nafsu makan baik, BAB/BAK teratur


dan normal

Neurologi Tidak ada gangguan neurologi seperti


kelemahan

Diet:

Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, rendah


gula, rendah garam

Pengetahuan Ny. M sudah paham mengenai nutrisi pada


tentang nutrisi Ny. M sebagai pederita Diabetus Mellitus

Kebiasaan Ny. M terbiasa makan 2 kali sehari 3 – 4


Makanan sendok saja agar tidak kelebihan gula

Makanan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat,


kesukaan suka roti

Pemasukan Ny. M minum air putih 6-7 gelas perhari


cairan

Problem diet Ny. M tidak mengalami gangguan menelan


dan mengunyah

Tingkat aktivitas Ny. M beraktivitas ringan seperti


berolahraga, mandi, mencuci, bercengkrama,
makan dan tidur

Riwayat Ada riwayat penyakit diabetus melitus dan


kesehatan/ rutin mengkonsumsi glibenclamid
pengkomsumsian
obat

3. Eliminasi
a. Buang Air Besar
Ny. M mengatakan BAB 1 kali sehari, dengan konsistensi lembek dan bau
khas. Warna kekuningan. Tidak ada keluhan BAB.
b. Buang Air Kecil
Ny. M mengatakan BAK 5-8 kali perhari, dengan bau khas, warna kuning
bening, tidak ada keluhan saat BAK. Meskipun Ny. M menderita DM,
namun tidak mengalami peningkatan frekuensi berkemih
4. Personal Higiene
a. Mandi
Ny. M mandi 2 kali sehari, pada waktu pagi (04.30) dan sore (16.00)
dengan menggunakan sabun. PM mandi secara mandiri tanpa bantuan.
b. Oral Higiene
Ny. M mengatakan gosok gigi menggunakan pasta gigi setiap mandi.
Mulut bersih, gigi bersih, tidak ada keluhan, tidak berbau.
c. Cuci Rambut
Ny. M mengatakan mencuci rambut menggunakan shampo 3 kali
seminggu. Keadaan rambut bersih beruban, kulit kepala bersih.
d. Kuku & Tangan
Ny. M mengatakan jika kuku terlihat sudah panjang segera dipotong,
apabila mencuci tangan kadang-kadang menggunakan sabun. PM
melakukan secara mandiri atas kesadaran diri sendiri. Keadaan kuku dan
tangan saat dikaji bersih, dan pendek.
5. Istirahat & Tidur
Ny. M mengatakan tidur malam mulai dari pukul 21.00, pukul 04.15 bangun
untuk mencuci baju, dan mandi. Ny. M tidak memiliki kebiasaan untuk tidur
siang. Meskipun Ny. M menderita DM, namun tidak mengalami peningkatan
frekuensi berkemih sehingga pola tidur tidak terganggu. Kebutuhan istirahat
Ny. M cukup.
6. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
Ny. M mengatakan selalu mengikuti senam pagi di lapangan Rumah Sosial,
pada sore hari Ny. M dan teman-teman satu bangsal anggrek menonton TV
bersama, selain menonton TV Ny. M mengisi waktu luang dengan membaca
injil, bersih-bersih tempat tidur dan lingkungan sekitarnya agar terlihat rapi.
PM rajin mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Pelayanan
Sosial Lansia.
7. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Ny. M mengatakan tidak pernah merokok, minum minuman keras, dan obat-
obat terlarang. Ny. M tidak memiliki kebiasaan membeli obat tanpa resep
dokter. Ny. M saat ini sedang mengonsumsi obat penurun gula glibeclamid
dari dokter. Ny. M mengatakan 2 minggu yang lalu saat dicek gula hasilnya
230 mg/dL dan pernah hingga 600 mg/dL. Ny. M mengatakan tidak terlalu
sering mengkonsumsi makanan manis, nasi putih makan dengan porsi sedikit
karena banyak kandungan gula. Terkadang Ny. M memakan snack disela-sela
waktu sebelum makan siang.
8. Kronologis Kegiatan Sehari-hari
Ny. M mengatakan bangun pukul 04.30 untuk mencuci baju, mandi,
kemudian membaca injil sambil beristirahat untuk menunggu waktu sarapan,
setelah sarapan membersihkan tempat tidur, dan mempersiapkan diri untuk
senam dan berjemur pukul 06.30, setelah senam selesai Ny. M ganti baju
untuk mengikuti jadwal kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh Rumah Sosial,
hari senin : bimbingan social, hari selasa : karaoke, hari rabu : rebana, hari
kamis : bimbingan agama, hari jumat : kerja bakti, sabtu : bersih-bersih
kamar, hari minggu : bersantai, kegiatan tersebut dilakukan hingga pukul
10.30, setelah itu beristirahat untuk menunggu makan siang kemudian
beristirahat hingga pukul 15.30 kemudian mandi, pukul 18.00 makan dan
membaca injil, pukul 19.00 berbincang dengan penerima manfaat lain, dan
tidur pukul 21.00.
C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Ny. M mengatakan mengalami gangguan penglihatan pada mata sebelah
kiri akibat diabetus mellitus yang dideritanya.
b. Gejala yang Dirasakan
Ny. M mengatakan terkadang merasa pusing gliyeng, mudah lelah, mudah
haus dan lapar, dan mata kabur.
c. Faktor Pencetus
Ny. M mengatakan jika banyak makan nasi putih, gula sewaktu bisa naik
d. Waktu dan Cara Timbul Keluhan
Ny. M mengatakan keluhan timbul bertahap, saat makan nasi terlalu
banyak, dan saat kurang beraktivitas.
e. Upaya Mengatasi Penyakit
Ny. M mengatakan saat merasa lemas pasti meminum obat yang sudah
diberikan untuk menurunkan gula, beristirahat dan apabila belum teratasi
akan segera melapor ke petugas poli klinik di rumah pelayanan social.
Ny. M rutin meminum obat glibencalmid dari dokter namu tidak rutin
melakukan ck gula darah.
f. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ny. M mengatakan sejak 4 tahun yang lalu sudah menderita diabetes
meliitus, dan tidak disertai dengan hipertensi, atau penyakit yang lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36.8 0 C
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 80 kg

b. Kepala : Mesosepal, tidak ada lesi, tidak ada


keluhan nyeri.
Rambut : Bersih, Beruban,
Mata : isokor 4+/4+, tidak anemis, tidak ikterik,
kurangnya penglihatan pada mata sebelah
kiri akibat diabetes mellitus yang di
deritanya.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret
yang berlebih
Mulut : Gigi sudah tidak lengkap, bibir
lembab, mulut tidak berbau, tidak ada
sianosis, tidak ada stomatitis, tidak ada
keluhan dalam menelan dan mengunyah.
Telinga : Bersih, simetris, tidak terdapat serumen
yang berlebih, tidak ada penurunan
kemampuan pendengaran.
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
keluhan.
d. Paru – paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak tampak
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada
jejas, tidak ada lesi.
Palpasi : Vocal fremitus kanan-kiri teraba sama,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
e. Jantung
Inspeksi : Tidak ada sianosis, ictus cordis ?
Palpasi : HR 88x/menit
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar BJ I – II normal
f. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), umbilikal bersih tidak terdapat
hernia umbilikal, tidak ada peningkatan intra
abdomen, visible peristaltik(-), stoma(-),
bentuk perut sedikit buncit, tidak ada lesi.
Perkusi : Kontur lunak, tidak kembung, distensi,
Suara ?
Palpasi : Tidak ada perbesaran hepar, ginjal, splain.
Auskultasi : Terdengar suara bowel sound pada semua
kuadran abdomen dengan jumlah 10x/
menit. (Peristaltik)

g. Muscoloskeletal
Gaya berjalan : sedikit terganggu, postur : bungkuk, simetris tubuh :
simetris, tidak terdapat edema, dan tidak terdapat nyeri pada tungkai, sendi
tidak terdapat kemerahan atau bengkak atau nyeri, kekuatan otot : 5/5 //
5/5, tonus otot : tidak ada gangguan, tidak ada deformitas , rentang gerak
sendi : aktif.
h. Neurologis
GCS : E6M5V4
Nervus I : Penciuman tidak ada keluhan, PM mampu
membedakan bau-bauan
Nervus II : Visus kanan 4/6, visus kiri 2/6
Nervus III,IV,VI : Tidak terdapat diplopia, tidak terdapat
nistagmus, tidak terdapat starbismus, pupil
kanan dan kiri mampu mengecil dan
ukurannya isokor, bentuk bulat dan bening.
Nervus V : Adanya kontraksi dari m. masteter,
sensitibilitas akan nyeri dan rangsangan baik
Nervus VII : Wajah simetris, tidak terdapat gerakan
abnormal (tic,grimacing,dll), mampu
membedakan rasa pahit, manis, asin, dan
asam
Nervus VIII : Baik mampu mendengar kata yang
diucapkan oleh mahasiswa pada telinga
kanan dan kiri
Nervus IX dan X : Reflek muntah (+), disatria (-), kelumpuhan
palatom (-)
Nervus XI : Parese (-)
Nervus XII : Artikulasi baik, lidah tidak ada
penyimpangan dan gangguan.
i. Integument
Kulit bersih, lembab, tidak bersisik, tidak ada lesi, dan tidak ada keluhan
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas : CRT <2 detik, tidak ada edema, tidak ada
nyeri, tidak ada kelemahan, tidak ada keluhan
Ekstremitas bawah : Tidak ada edema, tidak ada nyeri, tidak ada
kelemahan, tidak ada keluhan.
D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
1. Masalah Kesehatan Kronis
Skor : 25
Keterangan : Masalah kesehatan kronis ringan
2. Fungsi Intelektual dan Kognitif
a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
Skor : 10
Keterangan : Fungsi Intelektual Utuh
b. MMSE (Mini Mental State Examinational)
Skor : 25
Keterangan : Normal
3. Status Fungsional
Skor : 15
Keterangan : Mandiri
4. Status Psikologis (Skala Geriatric Depresi Scale)
Skor :
Keterangan :
5. MFS (Morse Fall Scale)
Skor : 15
Keterangan : Tidak beresiko
6. APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) Keluarga
Skor : 10
Keterangan : Normal
7. Fungtional Reach (FR) Test
Skor : 8 inch
Keterangan : Tidak berisko
The Time Up and Go (TUG) Test
Skor : 6 detik
Keterangan : low risk of falling
E. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan & Kerapihan Ruang
Ruangan anggrek terdiri dari 24 tempat tidur tanpa sekat, ruangan rapih,
bersih dan tidak berbau, lantai tidak licin, lemari dekat dengan tempat tidur.
2. Penerangan
Penerangan cukup dengan jendela 24 buah pada siang hari, dan cukup pada
malam hari dengan lampu yang terang. Penerangan tidak berisiko
3. Sirkulasi Udara
Terdapat jendela dan ventilasi, sirkulasi udara baik, ruangan terbuka disiang
hari, terdapat kipas angin.
4. Keadaan Kamar Mandi & WC
Kamar mandi bersih dan tidak licin dengan WC jamban jenis angsa
5. Pembuangan Air Kotor
Terdapat pembuangan air kotor di belakang Rumah Sosial, tidak berbau
disekitar ruangan.
6. Sumber Air Minum
Tersedia dispenser galon air minum isi ulang dengan jarak lebih dari 5meter
dari KM/WC
7. Jarak Sumber Air dengan WC
Sumber air dari sumur dan setiap kamar mandi terdapat Kran dan WC.
Sumber air minum dari air galon dengan jarak 5meter dari WC.
8. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah terdapat di belakang Rumah Sosial dengan jarak yang
cukup jauh sehingga tidak mengurangi kenyamanan PM, pembuangan
sampah sementara disediakan tempat sampah diluar ruangan.
9. Sumber Pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran disekitar ruang Anggrek
10. Penataan Halaman
Terdapat taman di depan ruang Anggrek
11. Privasi
Tidak ada skat pembatas antara tempat tidur satu dengan yang lainnya
12. Risiko Injuri
Tidak terdapat risiko injuri disekitar ruang Anggrek
F. Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
1. Psikologis
Ny. M mengatakan tidak diakui oleh keluarganya dan direndahkan oleh adik-
adiknya serta diabaikan oleh kedua orang tuanya setelah bercerai. Ny. M
mudah menangis, Ny M mengatakan “kenapa aku tidak dilahirkan saja?” saat
dihadapkan pada pertanyaan pengkajian Geriatri Depresion Scale: bila boleh
kembali kemasa lalu, apa yang diharapkan ?
2. Sosial
Ny. M mengatakan memiliki banyak teman dan juga banyak kegiatan di
Rumah Sosial, Ny. M pernah memiliki konflik dengan Ny. L.
3. Budaya
Ny. M tidak mempercayai akan keberadaan roh-roh halus.. Untuk masalah
sehat-sakit Ny. M mengatakan sering menuju ke dokter atau poliklinik untuk
meminta obat. Ny. M memiliki kebiasaan yang dianutnya apabila sakit harus
kerokan dan pijat agar sembuh
4. Spiritual
Ny. M mengatakan rutin mengikuti kebaktian dan membaca injil setiap hari.
G. Riwayat Terapi
- Glibenclamid 3x1 dikonsumsi Ny. M secara rutin
H. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
- Tanggal 10 Januari 2020 = 112 mgdL (Dalam kondisi berpuasa)
- Tanggal 17 Januari 2020 = 230 mgdL

I. Analisa Data

No Hari Data Fokus Etiologi Masalah Ttd


tanggal Keperawatan
1. Senin, 27 DS: Pemantauan Risiko
Januari - PM mengatakan 2 kadar gula darah ketidakstabilan
11.30 minggu yang lalu tidak adekuat. kadar glukosa
WIB saat dicek gula darah
Manajemen
hasilnya 230 mg/dL
medikasi dan
dan pernah hingga
diit diabetes
500 mg/dL saat ada
yang tidak
kunjungan dokter
efektif
DO:
??
- GDS = 112 mgdL
- BB Ny. M 68 Kg
- PM tampak lemah
- Mengalami
penurunan BB
selama mengalami
DM
- BB Sebelum Sakit
DM : 79Kg
- BB Setelah sakit
DM : 68Kg
- Ny. M terkadang
makan snack ringan
di sela waktu antara
jam makan siang.
- Ny. M
mengkonsumsi obat
glibenclamid secara
teratur 3x1
- Ny M tidak rutin
mengecek gula
darah setiap
bulannya
2. Senin, 27 DS : Koping Gangguan
Januari - Ny. M mengatakan Maladaptive Alam
11.40 masih memikirkan perasaan ;
WIB mengapa depresi
mengatakan tidak
diakui oleh
keluarganya dan
direndahkan oleh
adik-adiknya serta
diabaikan oleh
kedua orang tuanya
setelah bercerai.

- PM mengatakan
akhir-akhir ini
sedikit tidak betah
dipanti karena
temannya Ny. L
selalu memancing
keributan sehingga
Ny. M terus saja
memikirkannya dan
merasa bersalah
setelah bertengkar
- Ny. M mengatakan
apabila ia dapat
memilih maka i
memilih untuk tidak
dilahirkan di dunia
- Ny. M mengatakan
sedikit merasa bosan
di panti ingin pergi
refreshing namun
mencoba bersyukur
dan menikmati

DO :
- Skor geriatric
Depression Scale
- Ny. M sesekali
tampak murung dan
menyendiri setelah
mengalami konflik
dengan Ny.L
- Ny. M menenangis
saat menceritakan
apa yang menjadi
beban difikirannya

J. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan pemantauan
kadar gula darah tidak adekuat.
2. Gangguan Alam Perasaan ; depresi berhubungan dengan koping maldaptive
K. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
Hari,Tanggal NOC NIC Ttd
Keperawatan

Senin, 27 Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar gula darah, sesuai indikasi
Januari kadar glukosa darah keperawatan selama 3x pertemuan 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
12.35 WIB berhubungan dengan diharapkan penerima manfaat 3. Berikan obat sesuai resep
pemantauan kadar gula memiliki kadar gula dalam rentang 4. Dorong asupan cairan oral
darah tidak adekuat. normal dengan kriteria hasil : 5. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa
- Mampu berpartisipasi dalam darah lebih dari 250mg/dl
program edukasi yang 6. Intruksikan pada PM mengenai
dianjurkan. manajemen diabetes
- Mampu memantau glukosa darah 7. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai
- Mampu melaporkan gejala diet yang disarankan
komplikasi 8. Sediakan contoh menu makanan yang
sesuai
Senin, 27 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu PM untuk memahami bahwa PM
Januari dengan peningkatan keperawatan selama 3x pertemuan dapat mengatasi setiap permasalahannya
12.40 WIB kelelahan fisik diharapkan depresi pada penerima 2. Kaji sumber koping internal pada PM
manfaat dapat berkurang dengan 3. Bantu mengidentifikasi sumber harapan
kriteria hasil : (misal; hubungan antar sesama,
- PM dapat meningkatkan keyakinan, hal-hal yang bisa
harga diri diselesaikan)
- PM dapat menggunakan 4. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber
dukungan sosial eksternal individu (orang-orang terdekat,
- PM dapat memiliki koping tim kesehatan, kelompok pendukung,
yang adaptive keyakinan yang dianut)
5. Beri reinforcment terhadap hal-hal baik
yang PM lakukan
L. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari, Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi Ttd

Senin, 27 Januari 1, 2 1. Mendiskusikan dengan Ny. M jenis dan S :


13.30 WIB banyaknya aktivitas yang bisa - PM mengatakan badannya
dilakukan. pegal-pegal ketika kurang
2. Menganjurkan Ny. M menjaga asupan beraktivitas namun mudah
nutrisi adekuat. Lelah ketika beraktivitas
3. Memonitor sistem kardiorespirasi Ny. M - Ny. M mengatakan mata
(TD, nadi, RR) sebalah kiri mengalami
4. Membina hubungan saling percaya gangguan penglihatan akibat
5. Memonitor kadar gula darah, sesuai penyakit diabetes mellitus
indikasi yang di deritanya
6. Memonitor tanda dan gejala - Ny. M mengatakan sudah
hiperglikemi mengontrol pola makannya
7. Melakukan relaksasi otot progresif O :
untuk menurunkan kelelahan pada - TD 130/80 mmHg
penerima manfaat - RR 20 x/menit
8. Bantu PM untuk memahami bahwa PM - Nadi 88 x/menit
dapat mengatasi setiap permasalahannya - Kadar glukosa darah saat
9. Kaji sumber koping internal pada PM puasa 112 mg/dl
10. Bantu mengidentifikasi sumber harapan - PM tampak sedang
(misal; hubungan antar sesama, beristirahat
keyakinan, hal-hal yang bisa - Porsi makan pagi sebanyak 3
diselesaikan) sendok
11. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber - Terlihat aktif dan kooperatif
eksternal individu (orang-orang terdekat, dalam kegiatan TAK
tim kesehatan, kelompok pendukung, - Terlihat PM dapat
keyakinan yang dianut) meningkatkan
12. Beri reinforcment terhadap hal-hal baik keterampilannya
yang PM lakukan - Penerima manfaat mampu
mengikuti gerakan relaksasi
otot progresif dengan
kooperatif
- DATA SUBJECT DAN
OBJECT DIAGNOSA
DEPRESI SETELAH
DILAKUKAN hhahnasnmn
-
-
-
-
-
-
-
-
- nnnndhhdhhintervensinINTE
RVENSI
A:
- Masalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan
pemantauan kadar gula darah
tidak adekuat belum teratasi
- Masalah gangguan alam
perasaan depresi b.d koping
maladaptive belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi, control


kadar glukosa, control depresi
Selasa, 28Januari 1, 2 1. Monitor kardiorespiratori S:
12.35 WIB 2. Menganjurkan tidur siang - Penerima manfaat
3. Melakukan ROM aktif/pasif untuk mengatakan senang sudah
mengurangi ketegangan otot dilatih teknik relaksasi otot
4. Memberikan obat sesuai resep, progresif
mendorong asupan cairan oral - Penerima manfaat
5. Membatasi aktivitas ketika kadar mengatakan akan saya
glukosa darah lebih dari 250mg/dl praktikkan saat saya merasa
6. Melakukan relaksasi otot progresif letih atau pegal-pegal
untuk menurunkan kelelahan pada - Penerima manfaat
penerima manfaat mengatakan akan mencoba
7. Bantu PM untuk memahami bahwa PM untuk tidur siang
dapat mengatasi setiap permasalahannya - PM mengatakan senang
8. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber diajak mengobrol
eksternal individu (orang-orang terdekat, - PM mengatakan tidak bisa
tim kesehatan, kelompok pendukung, tidur jika kadar glukosa darah
keyakinan yang dianut) tinggi
9. Beri reinforcment terhadap hal-hal baik - DATA SUBJECT DAN
yang PM lakukan OBJECT DIAGNOSA
DEPRESI SETELAH
DILAKUKAN
INTERVENSI
-
O:
- TD 120/80 mmHg
- RR 20 x/menit
- Nadi 79 x/menit
- Kadar glukosa darah sewaktu
210 mg/dl
- Penerima manfaat mampu
mengikuti gerakan relaksasi
otot progresif dengan
kooperatif
- PM mampu menceritakan
pengalaman masa lalunya
yang menyenangkan maupun
mengesankan yang pernah
dialaminya
- DATA SUBJECT DAN
OBJECT DIAGNOSA
DEPRESI SETELAH
DILAKUKAN intervens
A:
- Masalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan
pemantauan kadar gula darah
tidak adekuat belum teratasi
- Masalah gangguan alam
perasaan depresi b.d koping
maladaptive belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
memanajemen control kadar glukosa
dan depresi

Rabu, 29 Januari 1,2,3 1. Monitor kardiorespiratori S:


12.35 WIB 2. Control pola makan - Penerima manfaat
3. Melakukan relaksasi otot progresif mengatakan senang ada cara
untuk menurunkan kelelahan pada baru lagi untuk menurunkan
penerima manfaat keluhan letihnya
4. Bantu PM untuk memahami bahwa PM - Penerima manfaat
dapat mengatasi setiap permasalahannya mengatakan akan saya
5. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber praktikkan saat saya merasa
eksternal individu (orang-orang terdekat, letih atau pegal-pegal
tim kesehatan, kelompok pendukung, O :
keyakinan yang dianut) - TD 130/70 mmHg
6. Beri reinforcment terhadap hal-hal baik - RR 18 x/menit
yang PM lakukan - Nadi 82 x/menit
- Penerima manfaat mampu
melakukan relaksasi otot
progresif
- PM dapat memahami
makanan yang dianjurkan
dan tidak boleh berlebihan
- PM dapat mengenali
kemampuan dirinya
A:
- Masalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan
pemantauan kadar gula darah
tidak adekuat belum teratasi
- Masalah gangguan alam
perasaan depresi b.d koping
maladaptive belum teratasi
-
P : Lanjutkan intervensi untuk
motivasi penerima manfaat agar
memanajemen kesehatan dengan
baik, motivasi PM agar tetap
meningkatkan harga dirinya

EVALUASI BEULUM
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

Ny. M merupakan penerima manfaat yang sudah tinggal di Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang selama kurang lebih 3 bulan. Ny.
M datang ke Rumah Sosial diantar oleh majikannya Ny. R tanpa paksaan.
Sebelum masuk ke Rumah Sosial, Ny. M mempunyai penyakit Diabetus
Mellitus semenjak tahun 2016, Ny. M menceritaakan gula darah pernah
diangka 500 mg/dL.

Berdasarkan hasil pengkajian dan screening lansia yang telah


dipaparkan diatas, diagnose keperawatan yang kami ambil pada Ny. M adalah
risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan pemantauan
kadar gula darah tidak adekuat, keletihan berhubungan dengan peningkatan
kelelahan fisik, dan risiko harga diri rendah situasional b. d ketidakberdayaan

Pada diagnose risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan


dengan pemantauan kadar gula darah tidak adekuat. kami ambil sebagai
diagnose prioritas karena merupakan keluhan utama Ny. M saat ini. Untuk
mengatasi diagnose risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dilakukan
intervensi relaksasi otot progresif sebab latihan ini akan membuat tubuh menjadi
rileks. Sistem parasimpatis akan merangsang hipotalamus untuk menurunkan sekresi
corticotropinreleasing hormone (CRH). Penurunan CRH akan mempengaruhi sekresi
adreno corticotropik hormone (ACTH). Keadaan ini dapat menghambat korteks
adrenal untuk melepaskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol akan
menghambat proses gluconeogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel,
sehingga kadar gula darah kembali dalam batas normal.

Pada diagnose keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan


fisik kami ambil sebagai diagnose kedua karena Ny. M mengeluh sejak 2
minggu yang lalu apabila kurang beraktivitas mudah lelah namun ketika
beraktivitas juga cepat merasa lelah, badan terasa pegal-pegal, dan lutut terasa
kebas. Sehingga intervensi berdasarkan EBP yang kami lakukan pada Ny. M
adalah relaksasi otot progresif untuk menurunkan keletihan yang dikeluhkan
Ny. M, dimana intervensi ini kami lakukan 3 kali. Setelah dilakukan
intervensi selama 3 hari, Ny. M mengatakan kelelahan yang dirasakan
berkurang. Hal ini disebabkan karena Teknik relaksasi otot progresif membuat
semua sistem tubuh tegang atau bersiap untuk melakukan aksi ”fight or flight”
kembali menjadi seimbang dengan cara memperdalam pernafasan, mengurangi
produksi hormon stres, menurunkan denyut jantung, dan tekanan darah, serta
merelaksasikan otot tubuh (Charlesworth dan Nathan, 1996). Hal yang juga
dikatakan oleh Jacobson, bahwa karena stres psikologis menyertai ketegangan otot,
sehingga dapat mengurangi stres psikologis dengan belajar bagaimana untuk
mengendurkan otot–otot yang tegang (Dierendonck, 2005).

B. Analisa Intervensi

Pada intervensi relaksasi otot progresif yang bertujuan untuk


menstabilkan gula darah dan mengurangi keletihan yang kami lakukan 3 kali
selama 3 hari, terdapat 14 gerakan yang dimulai dari wajah hingga kaki
dimana masing-masing gerakan dilakukan 8 kali hitungan. Relaksasi otot
progresif dilakukan dengan cara Ny. M menegangkan dan melemaskan
sekelompok otot secara berurutan dan memfokuskan perhatian pada beberapa
perasaan yang dialami antara saat kelompok rileks dan saat kelompok otot
tersebut tegang (Hardani, P. T., & Putri, Y. S. E., 2016). Selain itu, menurut
Sulistyowati, R., & Astuti, A. D (2019) menyatakan bahwa relaksasi akan
memicu hipotalamus untuk mensekresikan endorphin sehingga konsentrasi
endorfin di otak akan meningkat. Peningkatan endorfin di otak akan
menimbulkan perasaan nyaman, menciptakan ketenangan dan memperbaiki
suasana hati seseorang hingga membuat seseorang rileks. Sehingga rasa
kelelahan yang dikeluhkan Ny. M dapat berkurang.
Latihan fisik merupakan salah satu pilar penatalaksaaan DM (PERKENI, 2011).
Latihan relaksasi otot progresif dapat dilakukan sebagai salah satu latihan fisik bagi pasien
DM. Latihan ini dilakukan untuk mendapatkan relaksasi dengan cara penegangan dan
pelemasan otot. Dengan melakukan penegangan dan peregangan pada otot secara rutin
berdampak pada meningkatkan transfort glukosa ke dalam membran sel. Peningkatan ini
membuat penggunaan kadar glukosa menjadi lebih efektif sehingga kadarnya dapat
mendekati normal atau stabil. Kadar gula darah pada pasien DM berhubungan dengan stress
yang dihadapinya. Stres mengaktifkan system neuroendokrin dan system saraf simpatis
melalui hipotalamus pituitari-adrenal sehingga menyebabkan pelepasan hormon-hormon
seperti epinefrin, kortisol, glukagon, ACT, kortikosteroid, dan tiroid yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah penderita diabetes. Selain itu selama stress emosional,
pasien DM tipe 2 juga dikaitkan dengan perawatan diri yang buruk seperti pola makan,
latihan, dan penggunaan obat-obatan (Hasaini, 2015). Latihan relaksasi otot progresif
mempunyai manfaat langsung secara fisiologis maupun psikologis. Relaksasi dapat
menenangkan sistem syaraf sehingga membuat tubuh penderita menjadi rileks. Manfaat
relaksasi bagi penderita DM tipe II begitu penting dengan mempertimbangkan tekanan fisik
dan psikologis yang dialami penderita. Relaksasi membuat tubuh melepaskan hormon
endorphin yang dapat menenangkan sistem syaraf. Tubuh yang rileks membuat stress yang
dihadapi penderita menurun sehingga produksi hormon stress yang umumnya meningkatkan
kadar glukosa darah menjadi berkurang (Rose, 2014). Manfaat lain dari latihan relaksasi otot
progresif adalah meningkatkan sirkulasi darah. Meningkatnya sirkulasi darah akan membantu
proses penyerapan dan pembuangan sisa-sisa metabolisme dari dalam jaringan serta
memperlancar distribusi nutrisi. Peningkatan sirkulasi memungkinkan penyerapan lebih
efisien insulin oleh sel-sel karena sirkulasi darah penderita DM sering terganggu karena efek
dari peningkatan kadar gula darah pada sel-sel tubuh (Thomson, 2012)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ny. M merupakan penerima manfaat yang sudah tinggal di Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang selama kurang lebih 3 bulan.
Ny. M datang ke Rumah Sosial diantar oleh majikannya Ny. R tanpa
paksaan. Sebelum masuk ke Rumah Sosial, Ny. M mempunyai penyakit
Diabetus Mellitus semenjak tahun 2016, Ny. M menceritaakan gula darah
pernah diangka 500 mg/dL.

Berdasarkan hasil pengkajian dan screening lansia yang telah dipaparkan


diatas, diagnose keperawatan yang kami ambil pada Ny. M adalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan pemantauan
kadar gula darah tidak adekuat, keletihan berhubungan dengan
peningkatan kelelahan fisik, dan risiko harga diri rendah situasional b. d
ketidakberdayaan

Pada diagnose risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan


dengan pemantauan kadar gula darah tidak adekuat. kami ambil sebagai
diagnose prioritas karena merupakan keluhan utama Ny. M saat ini. Untuk
mengatasi diagnose risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dilakukan
intervensi relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula darah dan
juga untuk mengurangi keletihan fisik.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang


Kami merekomendasikan agar pasien dengan diabetes mellitus dipantau
gula darahnya dan dimotivasi untuk melakukan latihan yang sudah diajar
kan (Relaksasi Otot Progresif )

2. Bagi Petugas
Petugas dapat memberikan latihan relaksasi otot progresif pada penerima
manfaat yang memiliki diagnose medis diabetes mellitus sesuai dengan
SOP dan selalu uptodate mengikuti perkembangan zaman melalui
pelatihan-pelatihan tentang penyakit degenerative khusunya diabetes
mellitus
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat belajar meningkatkan ilmu melalui artikel terbaru
sehingga penerima manfaat dengan diabetes mellitus dapat diatasi
4. Bagi Institusi
Resume diabetes meliitus pada lansia dapat dijadikan bahan bacaan untuk
institusi sehingga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyowati, R., & Astuti, A. D. (2019). Relaksasi Otot Progresif untuk


Mengurangi Gejala Fatigue pada Ny. M Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Kayon. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 87-93.

Agarwal, et al. (2012). Prevalence of peripheral arterial disease in type II diabetes


mellitus and its correlation with coronary artery disease and its risk factors.
Journal Association Physician India. July 2012 Vol 60.

Astuti, P. (2014). Teknik Progressive Muscle Relaxation Mempengaruhi Kadar


Glukosa Darah Penderita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 7, No. 2, 114-121.
Dafianto, R. (2016). Skripsi: Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
resiko ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe di wilayah
kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Jember: Universitas Jember.

Handayani. (2012). Modifikasi gaya hidup dan intervensi farmakologis dini untuk
pencegahan penyakit diabetes mellitus tipe II. Media Gizi Masyarakat
Indonesia Vol.1, 65-70.

Hasaini, A. (2015). Efektifitas progressive muscles relaxation (PMR) terhadap


kadar gula darah pada kelompok penderita diabetes mellitus Tipe II di
Puskesmas Martapura. Caring Vol. 2, No. 1, 16-27.

Langi, Y. A. (2011). Penatalaksanaan ulkus kaki diabetes secara terpadu. Jurnal


Biomedik Vol. 3, No. 2, 95-101. Maghfirah, S., Sudiana, I. K., &
Widyawati, I. Y. (2015). Relaksasi otot progresif terhadap stres psikologis
dan perilaku perawatan diri pasien diabetes mellitus tipe II. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 10, No. 2, 137-146.

Anda mungkin juga menyukai