OLEH
NAMA :NURMALA SARI M. RASAI
NIM :18144010060
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat, Rahmat dan karunianya
saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul Gender ini dengan baik. saya menyadari,
dalam penulisan Makalah ini saya memiliki keterbatasan dalam pembuatan susunanya. Sehingga
Makalah ini masih jauh dari Kesempurnaan. Untuk itu saya sangat mengharapkan usul, saran
atau kritikan yang membangun, demi kemajuan dan kamatangan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KAFER………………………………………………………………..…………………………..1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................4
A. Latar Belakan....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian .........................................................................................................................................5
B. Gender dalam Islam..........................................................................................................................6
C. Perempuan Islam dan Politik ............................................................................................................8
D. Tentang Hak-Hak Politik ..................................................................................................................9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan.
Gender adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakan “jenis
kelamin”, dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan
sebagai “suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi
secara social. Kultural atau hubungan social yang terkontruksi antara perempuan dan
laki-laki yang bervariasi dan sangat bergantung pada factor-faktor budaya, agama, sejarah
dan ekonomi
B. Rumusan Masalah.
a. Jelaskan pengertian dari gender.?
b. Bagaimana penjelasan gender dalam islam?
a. Jelaskan bagaimana tanggapanTentang Hak-Hak Politik mengenai gender.?
b. Jelaskan bagaimana tanggapan perempuan islam dan politing menanggapi gender?
C. Tujuan
c. Untuk mengetahui bagaimana pengertian gender.
d. Untuk mengertahu pengertian gender dalam islam.
e. Untuk mengetahui bagaimana tanggapanTentang Hak-Hak Politik mengenai gender.
f. Untuk mengetahiu bagaimana perempuan Islam dan Politik menanggapi gender.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gender adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakan “jenis
kelamin”, dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan
sebagai “suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi
secara social. Kultural atau hubungan social yang terkontruksi antara perempuan dan
laki-laki yang bervariasi dan sangat bergantung pada factor-faktor budaya, agama, sejarah
dan ekonomi”.[1]
Sedangkan konsep lainnya terkait dengan gender adalah suatu sifat yang melekat
pada laki-laki atau perempuan yang dikontruksi secara social maupun kultural. Misalnya
perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari itu sendiri merupakan sifat-sifat
yang dapat dipertukarkan.[2]
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara itu juga
ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat itu dapat terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lainnya. Segala sesuatu yang dapat
5
dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke
waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya adalah merupakan konsep gender.
Menurut pandangan kaum feminis bahwa gender adalah suatu gerakan yang
memperjuangkan persamaan antara dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan. Tujuan
mereka adalh menuntut keadilan dan pembebasan perempuan dari kungkungan agama,
budaya, dan struktur kehidupan lainnya.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal kejadian manusia dari seorang laki-laki
dan perempuan sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia, baik sebagai laki-laki
ataupu perempuan. Yang didasarkan kemuliaannya bukan keturunan, suku atau jenis
kelamin, akan tetapi ketaqwaannya kepada Allah SWT. Hal ini senada dengan pernyataan
mantan Syekh al-Azhar, Syekh Mahmud Syaltut di dalam bukunya “Min Tajwihad Al-
Islam” tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan hampir dapat dikatakan sama,
Allah SWT telah menganugerahkannya kepada perempuan sebagaimana
menganugerahkannya kepada laki-laki potensi dan kemampuan yang cukup untuk
memikul tanggung jawab dan menjadikan keduanya dapat melakukan kegiatan maupun
aktivitas yang bersifat umum maupun khusus”.
6
Dengan demikian maka Rasulullah saw telah memulai tradisi baru dalam
pandangan perempuan, diantaranya adalah:
Pertama, beliau melakukan perombakan besar-besaran terhadap cara pandang
(world view) masyarkat Arab yang pada waktu itu di dominasi oleh cara pandang
masyarakat ear Fir’aun. Di mana latar historis yang menyertai konstruk masyarakat
ketika itu adalah bernuansa misoginis. Salah satu contohnya adalah kebiasaan Rasulullah
saw yang dipandang spektakuler pada waktu itu adalah seringnya Rasulullah saw
menggendong puterinya (Fatimah az-Zahra) didepan umum. Kebiasaan Rasulullah pada
waktu itu dinilai tabu oleh tradisi masyarakat Arab, apa yang telah dilakukan Rasulullah
saw tersebut ini adalah merupakan proses pembentukan wacana bahwa laki-laki dan
perempuan tidak boleh dibeda-bedakan (sama).
Di samping itu pula Islam juga mengatur tentang kesetaraan gender, bahwa
Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang
terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan mulia dengan
memiliki akal, perasaan dan menerima petunjuk.
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak mengenal pembedaan antara laki-laki dan
perempuan karena dihadapan Allah SWT, laki-laki dan perempuan mempunyai derajat
dan kedudukan yang sama. Demikian pandangan Islam menempatkan wanita pada posisi
yang terhormat. Sehingga, apapun peranannya baik sebagai anak, remaja, dewasa, ibu
rumah tangga, kaum profesional, dan lain-lain mereka itu terhormat sejak kecil hingga
usia lanjut.
7
Dari sinilah dapat kita pahami bagaiman Islam muncul pada situasi seperti ini,
di mana pribadi pembawa risalahnya pun hanya mempunyai satu anak perempuan (yang
hidup), padahal kita ketahuimempunyai anak perempuan pada masa itu adalah
keterhinaan, kalau kiat kaji lebih dalam lagi, pasti ada rahasia di balik semua itu, yakni
untuk mengangkat derajat kaum perempuan dan merubah kultur, dari kultur jahiliyah
menjadi kultur Islami. Islam menggabungkan antara teori dan praktek, sekaligus. Islam
mengajarkan bagaimana memandang dan memperlakukan perempuan. Kemudian
Rasulullah mempraktekkannya, sehingga terwujud keutuhan dan keselarasan di antara
keduanya.
Dalam hak-hak politik terhimpun antara konsep hak dan kewajiban sekaligus.
Sebab hak-hak politik paada tingkat tertentu menjadi hak bagi individu karena hak-hak
itu menjadi wajib bagi mereka. Hal itu disebabkan hak mutlak-sebagaimana yang
diterima-membolehkan seseorang menggunakannya atau tidak menggunakannya tanpa
ikatan apapun kecuali dalam menggunakannya menurut konstitusi.
Adapun jika hak-hak politik itu tidak digunakan- dalam banyak pembuatan
unndang undang-, hal itu mengancam dijatuhkannya sanksi, terutama karena hak-hak
politik itu tidak berlaku kecuali bagi orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu
disamping syarat kewarganegaraan.
8
Hak-hak politik ini menyiratkan partisipasi individu dalam pembentukan pendapat
umum, baik dalam pemilihan wakil-wakil mereka di majelis-majelis dan berbagai
lembaga perwakilan atau pencalonan diri mereka untuk menjadi anggota majelis atau
lembaga perwakilan tersebut.
Maslah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaitu
Pertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.
Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.
9
Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung
kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa kewenangan itu
ada dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.
10
BAB III
PENUTUP
A. kesimpula
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa kini, seorang wanita
dapat menjadi seorang pemimpin. Namun demikian, peraturan-peraturan yang syar’I
harus tetap dijalankan. Kebebasan bagi seorang wanita bukanlah sebuah kebebasan
absolut. Seorang wanita yang berkecimpung di dunia laki-laki harus tetap menjaga
kehormatan dan tidak melanggar syari’at Islam.
B. Saran
Saran penulis bagi para wanita adalah agar mereka dapat mewujudkan cita-cita
mereka dengan tanpa melanggar ketentuan-ketentuan syariat islam. Perempuan boleh
saja melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka cita-citakan. Tetapi seorang
wanita yang bersuami harus mendapatkan izin dari suaminya, dan wanita yang berada di
bawah pengampuan walinya, maka harus mendapatkan izin dari walinya.
11
DAFTAR PUSTAKA
.
Isu-isu Gender Kontemporer dalam Hukum Keluarga. 2010. UIN-Maliki Press: Malang
Fakih, Mansour dkk. Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam. 1996.
Risalah Gusti: Surabaya.
12