Tugas 5 Kelistrikan - Muhammad Iqbal
Tugas 5 Kelistrikan - Muhammad Iqbal
NIM : 1502617020
Komponen sistem pengisian baterai mekanik dan jelaskan fungsi masing – masing komponen
1) Baterai
Fungsi baterai adalah sebagai penyimpan energi listrik. Ibarat sebuah gudang, baterai
akan menyimpan semua energi listrik yang dihasilkan altenator untuk kemudian energi
yang tersimpan ini dikeluarkan saat diperlukan.
3) Lampu CHG
Lampu CHG atau biasa juga disebut charging warning light merupakan lampu indikator
yang bisa menunjukan adanya gagal pengisian. Saat kunci kontak ON maka secara
normal lampu ini akan menyala, begitupun ketika mesin hidup lampu ini harusnya
menyala, jika mati maka bisa mengindikasikan adanya kegagalan pengisian.
4) Kunci kontak
Kunci kontak berfungsi sebagai switch atau saklar. Memang sistem pengapian akan aktif
secara otomatis ketika mesin menyala, namun untuk membangkitkan medan magnet
pada rotor coil harus dilakukan oleh sebuah switch. Ignition switch dipakai sebagai
saklar rotor coil yang akan aktif saat kunci kontak diputar ke posisi ON.
5) Regulator
Regulator memiliki fungsi sebagai pengatur tegangan output dari altenator. Mengapa
harus diatur ? karena tegangan yang duhasilkan altenator itu berbanding lurus dengan
RPM mesin. Artinya ketika mesin berada pada RPM rendah maka output altenator juga
rendah dan saat RPM mesin tinggi maka output altenator juga tinggi. Sehingga regulator
digunakan agar tegangan output altenator bisa tetap stabil maksimal 14 volt sebelum
disalurkan ke kelistrikan kendaraan.
6) Altenator
Fungsi altenator yakni untuk mengubah sebagian energi putar mesin kebentuk energi
listrik AC. Input altenator berasal dari pulley mesin yang terhubung dengan sebuah V
belt, didalam altenator putaran rotor akan membuat perpotongan garis gaya magnet
dengan stator sehingga terjadilah aliran elektron.
a. Pully
Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui sabuk belt (v- belt).
b. Kipas
Berfungsi untuk mendinginkan stator pada alternator yang panas saat mesin menyala
terus menerus.
c. Stator
Berfungsi untuk membangkitkan arus listrik bolak balik / AC (Alternating Current)
d. Rotor
Berfungsi untuk membangkitkan medan magnet dengan prinsip elektromagnet
e. Dioda
Berfungsi untuk menyearahkan arus bolak – balik (AC) menjadi arus searah (DC).
7) Kabel Penghubung
Kabel pengubung memiliki tugas untuk menghubungkan tiap terminal pada komponen
pengisian, setidaknya ada dua jenis kabel yakni kabel standar dan kabel B+. Kabel
standar memiliki diameter seperti kabel kelistrikan mobil pada umumnya, fungsi kabel
ini yakni menghubungkan tiap terminal pada seluruh sistem pengisian.
Arus dari baterai mengalir ke fusible link (FL), lalu ke kunci kontak (KK), ke fuse, lalu ke charge
warning lamp (CWL), kemudian ke L, ke P0, lalu ke P1 dan kemudian ke massa. Akibatnya lampu
pengisian akan menyala.
Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke Fusible Link, lalu ke kunci kontak, ke
fuse, lalu ke Ig, lalu ke PL1, lalu ke PL0, kemudian ke terminal F regulator, lalu ke F alternator,
lalu ke rotor coil (RC) dan ke massa. Akibat arus ini pada RC muncul medan magnet.
- Mesin Hidup Pada Kecepatan Rendah
Pada saat mesin sudah mulai hidup dalam kecepatannya rendah, terjadi kondisi sebagai berikut:
Jika putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator pada
terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B regulator, lalu ke P2, ke P0, lalu ke
kumparan voltage regulator, dan ke massa. Akibatnya medan magnet pada kumparan
voltage regulator menjadi semakin kuat dan menarik PL0 sehingga lepas dari PL1 (dengan
kata lain PL0 mengambang). Akibatnya pula arus dari B alternator mengalir ke IG lalu ke
resistor (R) lalu ke F regulator, lalu ke F alternator, lalu ke Rotor Coil dan ke massa. Pada
proses ini kemagnetan pada Rotor Coil melemah karena arus melewati resistor.
Walaupun kemagnetan pada Rotor Coil melemah, namun putaran akan naik ke putaran
sedang sehingga output alternator cukup untuk mengisi baterai demgan tegangan antara
13,8 volt hingga 14,8 volt.
Jika putaran mesin naik kembali ke putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung semakin tinggi. dan jika tegangan tersebut melebihi 14,8 volt,
maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator akan semakin kuat sehingga kontak PL0
akan tertarik dan menempel dengan PL2.
a. Akibatnya arus dari Ig akan mengalir ke Resistor, lalu ke PL0, lalu ke PL2, lalu ke massa
(tanpa melalui ke Rotor Coil). Hal ini akan menyebabkan medan magnet pada Rotor Coil
menjadi drop.
b. Output dari terminal B alternator akan menjadi turun. Dan jika tegangan output kurang
dari tegangan standar yakni antara 13,8 – 14,8 volt. Maka kemagnetan pada voltage
regulator akan melemah lagi, lalu PL0 akan terlepas lagi dari PL2.
c. Arus dari Ig ke Resistor lalu kembali mengalir ke RC dan ke massa, sehingga medan
magnet yang ada pada RC akan kembali menguat sehingga tegangan output aternator
akan naik lagi.
d. Jika tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt maka proses akan berulang ke proses
nomor 13 dan itu secara berulang-ulang dan PL0 lepas dan memempel dengan PL2 yang
secara periodik sehingga output dari alternator akan menjadi stabil.