Anda di halaman 1dari 5

Bowen Reaction Series

Disusun untuk memenuhin tugas mata kuliah


Kuliah Lapangan yang dibina oleh...
Dosen Pembimbing :
Husni Randa, S.T

Oleh :
Nama : Muhammad Gunawan
Nim : 2019D1D019

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MATARAM
2019
A. Bowen Reaction Series
Bowen Reaction Series adalah sebuah diagram yang menunjukkan mineral-
mineral yang berperan dalam pembentukan batuan beku. Ketika kita ingin
mengidentifikasi suatu batuan, maka kita dapat mengidentifikasi batuan itu melalui
mineralogi batuannya. Mineral pada seri reaksi bowen inilah yang menjadi patokan
dalam pengidentifikasian batuan beku.
Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin,
magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan
faktor utama dalam pembentukan mineral

B. Penjelasan tentang Bowen Reaction Series


Skema di atas merupakan bentuk dari reaksi Bowen yang menggambarkan
bagaimana susunan mineral-mineral pada pembentukan batuan beku yang terdiri dari 2
bagian. Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:

1) Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral (sebelah kiri mewakili
mineral-mineral mafik)
2) Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral (sebelah kanan
mewakili mineral-mineral felsik)

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperatur pembentukan mineral dalam
magma.

Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana bagian cabang atas
mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Cabang bagian kanan atas merupakan
deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan cabang kiri atas adalah deret reaksi
yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).

a) Deret Kontinu

 Seri ini adalah sisi bagian kanan dari Deret Bowen.


 Terdiri dari kelompok plagioklas-anortit-bitownit-labradorit-andesin-oligoklas-
albit.
 Pada suhu yang paling tinggi, plagioklas terdiri unsur kalsium yg besar (Ca),
sedangkan pada suhu yang paling rendah, Albit terdiri dari unsur natrium (Na)
tidak memiliki kalsium (Na).
 Diantara suhu tertinggi dan terendah, plagioklas mengandung 50% Ca dan 50%
Na. Sebagai contoh, pada magma yang bersifat basa, plagioklas yang pertama
kali terbentuk akan mengandung 100% Ca dan 0% Na.
 Seiring dengan menurunnya suhu, kristal tersebut akan bereaksi dengan larutan
sisa untuk membentuk 99% Ca dan 1% Na dan 99% Ca dan 1% Na akan
terbentuk.
 Kemudian mineral tersebut akan bereaksi dengan larutan sisa untuk membentuk
98% Ca dan 2% Na dan plagioklas dengan komposisi tersebut akan terbentuk.
 Begitu seterusnya. Semua reaksi ini terjadi secara kontinyu seiring dengan
waktu, natrium, aluminium, dan silika yang cukup untuk membentuk mineral
baru tersebut.
 Reaksi ini juga bisa disebut dengan reaksi solid solution.
 Hasil akhir dari reaksi ini adalah batuan dengan kandungan plagioklas dimana
perbandingan Ca dan Na sama seperti magma awal.

b) Deret Diskontinu

 Seri ini merupakan sisi bagian kiri dari Deret Bowen.


 Kelompok tersebut merupakan kelompok mafic atau mineral pembawa unsur
besi-magnesium.
 Mineral tersebut yaitu olivin, pyroxene, amphibole, dan biotit.
 Mineral tersebut bereaksi secara diskontinyu untuk membentuk mineral
selanjutnya.
 Magma dengan kandungan silika yang cukup, akan membentuk mineral, mineral
tersebut akan berubah membentuk mineral selanjutnya seiring dengan
menurunnya suhu.
 Seperti yang kitaketahui mengenai deret bowen, semakin bawah, semakin
banyak komposisi silika nya.
 Pada magma yang bersifat basa, olivin merupakan mineral mafic yang pertama
kali terbentuk.
 Ketika suhu menurun dan komposisi silikanya cukup untuk membentuk
pyroxene, olivine akan bereaksi dengan sisa magma untuk membentuk pyroxene
dan pyroxene akan mengkristal.
 Pada kristalisasi amphibole, pyroxene akan bereaksi dengan sisa magma untuk
membentuk amphibole dan amphibole akan terbentuk.
 Pada kristalisasi biotit, amphibole akan bereaksi dengan lelehan sisa untuk
membentuk biotit.
 Berdasarkan hal tersebut, seharusnya semua batuan beku mengandung biotit.
 Tetapi, kita harus tahu bahwa itu tidak selau benar
 Jika olivin terkristalisasi dan tidak ada silika yang cukup utnuk membentuk
piroksen, reaksi tersebut tidak akan berlanjut dan hanya olivin lah yang
terbentuk.
 Apabila terjadi kristalisasi ovilin dengan suhu yang menurun secara sangat cepat
(misalkan magma keluar ke permukaan karena aktivitas vulkanik), reaksi
tersebut tidak punya waktu untuk membentuk mineral lainnya, batuannya akan
terbentuk secara cepat dan mineral yang tersisa adalah ovilin

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral K-Feldspar ke
mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan
sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

C. Kesimpulan
Bowen reaction series merupakan suatu skema atau bagan yang menjelaskan
urutan pengkristalan magma berdasarkan temperature pembentukan magma tersebut.
Dimana pembentukan magma ini ditentukan berdasarkan pada derajat kristalisasi dan
lama pendinginan magma serta suhu merupakan salah satu faktor yang paling
berpengaruh pada proses ini, dan pembentukan magma ini akan berpengaruh pada
sifat yang akan dibawa oleh mineral yang terbentuk.
Komposisi kimia, reaksi unsur, dan proses yang terjadi dalam keterbentukan
mineral menjadi jawaban mengapa terdapat deret kontinu dan deret diskontinu pada
Bowen reaction series. Dengan mempelajari Bowen reaction series kita dapat
menentukan apakah suatu mineral dapat berasosiasi dengan mineral lain atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai