Anda di halaman 1dari 32

BAB V

PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


1. Dermatitis
a. Definisi
Peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap faktor eksogen atau
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa eflorosensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal, cenderung residif dan menjadi kronis.
Sinonim: eczema.
b. Etiologi
Eksogen: bahan kimia, fisik (sinar, dll), mikroorganisme (bakteri, jamur).
Endogen: dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti.
c. Gejala Klinis
Stadium akut : eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak
basah (madidans).
Stadium sub akut: eritema berkurang, eksudat mongering menjadi krusta.
Stadium kering: lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, erosi
atau ekskoriasi karena garukan.

A. Dermatitis Atopik
Batasan
Peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul pada tempat
predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya, misalnya rinitis
alergi dan asma bronkial. Kelainan dapat terjadi pada semua usia, merupakan salah
satu penyakit tersering pada bayi dan anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama
kehidupan. Terdapat 2 bentuk DA, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Bentuk ekstrinsik
didapatkan pada 70-80% pasien DA. Pada bentuk ini terjadi sensitisasi terhadap
alergen lingkungan disertai serum IgE yang meningkat.
Etiologi
Penyebab belum diketahui. Gambaran klinis muncul akibat kerjasama faktor
konstitusional dan faktor pencetus.
Gambaran Klinis
1. Bentuk Infantil
Lesi berupa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal.
2. Bentuk Anak
Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas karena garukan. Predileksi di lipat
siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki, jarang mengenai muka.
3. Bentuk Remaja dan Dewasa
Pruritus, siimetris, berlangsung lama tetapi intensitasnya cenderung menurun
setelah usia 30 tahun.
UKK
Eritema, papul-papul, vesikel sampai erosi dan likenifikasi disertai rasa gatal.
Kriteria Diagnosis
Predileksi
Tengkuk, lipat siku, lipat lutut, punggung kaki. Pada bayi pada kedua pipi, kepala dan
badan.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis dan gambaran klinis.
Kriteria HANIFIN-LOBITZ yang harus terdapat:
1. Pruritus
2. Morfologi dan distribusi yang khas: likenifikasi fleksural pada orang dewasa,
gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi
3. Kecenderungan menjadi kronis atau sembuh
Ditambah 2 atau lebih tanda lain:
1. Adanya penyakit atopik
2. Tes kulit tipe cepat yang reaktif
3. Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik
4. Katarak subkapsular anterior
Ditambah 4 atau lebih:
1. Xerosis/iktiosis/hiperlinear palmaris
2. Ptiriasis alba
3. Keratosis pilaris
4. Kepucatan fasial/warna gelap infraorbital
5. Tanda Dennie Morgan
6. Peningkatan kadar IgE
7. Keratokonus
8. Kecenderungan mendapatkan dermatitis non spesifik di tangan
9. Kecenderungan infeksi kulit yang berulang
Ada pula kriteria HANIFIN-RAJKA

B. Dermatitis Kontak Iritan


Batasan
Adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontaktan eksternal melalui
proses toksis. Penyebab: iritan primer misal detergen, asam basa kuat.
Etiologi
Bahan yang bersifat iritan (misalnya: bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam,
alkali, serbuk kayu). Anak di bawah 8 tahun lebih mudah teriritasi, kulit hitam tahan
daripada kulit putih, insiden lebih banyak pada wanita.
Patofisiologi
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi protein, menyingkirkan lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit, sehingga merusak sel epidermis.
Bahan iritan kuat  kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang
Bahan iritan lemah  hanya pada mereka yang paling rawan atau kontak berulang-
ulang.
UKK
Eritema nummular sampai plakat, vesikel, bula sampai erosi numular sampai dengan
plakat. Disertai rasa panas, nyeri atau gatal.
Gejala Klinis
 Akut  disebabkan iritan kuat. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel,
atau bula sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas.
 Akut Lambat: misalnya pada podofili, antralin, asam fluorohidrogenat, kelainan
kulit terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contoh: dermatitis venenata
 Kronis/ kumulatif, disebabkan iritan lemah yang berulang-ulang. Gejala klasik
berupa kulit kering, eritema, skuama, hyperkeratosis, likenifikasi, batas
kelainan tidak tegas, kulit dapat retak seperti luka iris (fisura).
Predileksi
Tengkuk, lipat siku, lipat lutut, punggung kaki. Pada bayi pada kedua pipi, kepala dan
badan.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis.
DKI akut  lebih mudah diketahui karena pasien ingat.
DKI kronis  timbul lambat, variasi gambaran klinis luas, sulit dibedakan dengan
DKA.
Terapi
- Menyingkirkan pajanan bahan iritan  DKI sembuh sendiri tanpa pengobatan
topikal
- Pemakaian alat pelindung adekuat
- Kortikosteroid jika perlu

C. Dermatitis Kontak Alergi


Batasan
Adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan allergen melalui proses
sensitisasi, terjadi akibat pajanan dengan bahan alergen di luar tubuh, diperantai reaksi
hipersensitivitas tipe 4 (Coombs dan Gel).
Etiologi
Alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan kurang dari 500-1000 Da (bahan
kimia sederhana)
Patofisiologi
Rekasi tipe IV (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah
terpajan alergen.
UKK
Eritema nummular sampai plakat, papul dan vesikel berkelompok, disertai erosi
nummular sampai dengan plat. Kadang hanya macula hiperpigmentasi dengan skuama
halus.
Predileksi
Pada temoat yang kontak bahan dengan allergen.
Gejala Klinis
Gatal, akut  bercak eritema berbatas tegas jelas, edema, papulovesikel, vesikel atau
bula yang jika pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Kronis  kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi, fisur, batas tidak jelas.
Predileksi
Tengkuk, lipat siku, lipat lutut, punggung kaki. Pada bayi pada kedua pipi, kepala dan
badan.
Diagnosis Bandung
DKA, DA, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, psoriasis.

D. Neurodermatitis Sirkumskripta
Batasan
Merupakan penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi disebabkan
garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatas tegas
(sirkumskripta).
UKK
Papul miliar, likenifikasi hiperpigmentasi, skuama.
Predileksi
Punggung, leher, ekstremitas, terutama pergelangan tangan dan kaki, serta bagian
gluteus.
Gejala Klinis
Didapatkan keluhan sangat gatal, hingga dapat mengganggu tidur. Gatal dapat timbul
paroksismal/terus-menerus/sporadik dan menghebat bila ada stress psikis
Predileksi
Tengkuk, lipat siku, lipat lutut, punggung kaki. Pada bayi pada kedua pipi, kepala dan
badan.
Diagnosis Bandung
DA dengan lesi likenifikasi, psoriasis dengan lesi likenifikasi, liken planus hipertrofik.
E. Dermatitis Venenata
Batasan
Dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga.

Terapi untuk Dermatitis


R/ dexametason tab mg 0,5 No X
3 dd tab 1 atau
R/ prednisone tab mg 5 No XII
3 dd tab 1
R/ Siproheptadine tab mg 4 no VI
2 dd tab 1
(atau diberikan antihistamin (AH1) yang lain. Contoh CTM, mebhidrolin
napadisilat)
R/ Hidrocortison 2,5% cream tube No I
UE (untuk wajah hidrocortison 1%)
R/ Ca laktat mg 500 tab No X
3 dd tab 1
R/ Inj Cortison 2 cc atau Inj Dexa metason 1 cc
Catatan:
 Bila perlu ditambah antibiotika jika ada tanda infeksi
 Pada neurodermatitis lesi tebal beri kortikosteroid topical kuat. Contoh:
Desoksimetason (inerson oint), klobetasol (dermovate cream).
 Hindari faktor pencetus.

2. Jamur Kulit
A. Tinea Versicolor
Batasan
Merupakan infeksi jamur superfisial yang ditandai oleh adanya macula di kulit,
skuama halus disertai rasa gatal terutama saat berkeringat.
Etiologi
Jamur Pytirosporum ovale
Patofisiologi
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya
dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12 sampai
C14. M. furfur merupakan salah satu anggota flora normal kulit dan ditemukan pada
infant (bayi) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%. Sebagian
besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem
kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian, beberapa faktor
dapat mempengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya
bentuk (conversion) dari ragi saprofit menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik.
UKK
Berupa makula dapat hipo atau hiperpigmentasi dengan berbagai ukuran, dengan
skuama halus. Dapat disertai rasa gatal/ tanpa keluhan.
Lokasi
Dimana saja di permukaan kulit
Terapi
Topikal: suspense selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo digunakan 2-3 kali
dalam seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum
mandi.
Sistemik (apabila topical tidak berhasil):
R/ Ketokonazol tab mg 200 No X
1 dd tab 1 pagi
Atau
R/ Itrakonazol tab mg 200 No VII
1 dd tab 1 pagi
Edukasi
 Menjaga hygiene perorangan
 Kontrol rutin sampai sembuh 2-4 minggu
 Menghindari cuaca panas atau keringat berlebihan
B. Dermatomikosis
(tinea pedis, tinea kruris, tinea intertriginosa, tinea capitis)
UKK: lesi aktif di pinggir/ central healing, bats tegas, kadang terdapat papul, sekret
(-).
Terapi
R/ Ketokonazol tab mg 200 No XV
1 dd tab 1
R/ Siproheptadine tab mg 4 No VI
2 dd tab 1 pc
R/ Mikonazole cream 2% tube No I
Ue (tipis-tipis, pagi dan sore).
Edukasi
Jaga hygiene perseorangan, kontrol sampai penyakit sembuh.
3. Varicella (cacar air)
Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang menyerang kulit dan selaput lendir
(mukosa), berupa vesikula dan terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh tersebar generalisata.
Etiologi
Virus Varisela Zoster rektivasi yang menyebabkan herpes zoster
Patofisiologi
Varisela sangat menular, penularannya mencapai 80-90% pada kontak serumah. Transmisi
virus varisela zoster dapat terjadi melalui droplet respirasi yang mengandung virus serta
kontak langsung dengan lesi dimana pada papula dan vesikel terdapat populasi yang tinggi
dari virus. Varisela infeksius mulai 2 hari sebelum lesi pada kulit muncul dan berakhir
ketika muncul krusta, umumnya 5 hari setelahnya. Varisela maternal dengan viremia dapat
menyebar secara transplasenta menuju fetus dan menyebabkan varisela neonates. VZV
masuk melewati traktus respiratorik dan konjungtiva. Kemudian virus bereplikasi di
daerah masuknya (nasofaring) dan limfonodi regional di sekitarnya. Viremia primer terjadi
4-6 hari setelah infeksi dan menyebarkan virus ke seluruh organ, seperti liver, limpa, dan
ganglia sensori. Replikasi selanjutnya muncul pada viscera, diikuti dengan viremia
sekunder, dengan infeksi pada kulit.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: Masa prodromal 1 sampai 2 hari demam, anoksia, malaise, nyeri kepala
sebelum timbul ruam kulit. Gatal dapat menyertai lesi kulit.
UKK: Pada kulit timbul papula kemerahan, vesikel, kemudian pecah, mengering menjadi
krusta. Penyebaran lesi dari sentral ke perifer.
Lesi berupa makula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel ”dewdrop on rose
petal appearance”. Dalam beberapa jam sampai 1-2 hari vesikel dengan cepat menjadi
keruh, menjadi pustul dan krusta kemudian mulai menyembuh. Ciri khas varisela adalah
ditemukannya lesi kulit berbagai stadium di berbagai area tubuh.
Terapi
1. Topikal
 Lesi vesikular: diberi bedak agar vesikel tidak pecah, dapat ditambahkan mentol 2%
atau antipruritus lain
 Vesikel yang sudah pecah/krusta: salep antibiotik
2. Sistemik
 Antivirus
Dapat diberikan pada: anak, dewasa, pasien yang tertular orang serumah, neonatus dari ibu
yang menderita varisela 2 hari sebelum sampai 4 hari sesudah melahirkan. Berdasarkan
CDC, neonatus dari ibu yang menderita varisela 2-4 hari sebelum melahirkan, sebaiknya
diberikan imunoglobulin. Bermanfaat terutama bila diberikan <24 jam setelah timbulnya
erupsi kulit.
Asiklovir: dosis bayi/anak 4x10-20 mg/kg (maksimal 800 mg/hari) selama 7 hari,
dewasa: 5x800 mg/hari selama 7 hari
Valasiklovir: untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
Pada ibu hamil, pemberian asiklovir perlu dipertimbangkan risiko dan manfaat
pemberiannya. Asiklovir oral dapat diberikan pada ibu hamil usia >20 minggu dengan
awitan varisela <24 jam. Pemberian asiklovir sebelum usia gestasi 20 minggu perlu
dipertimbangkan risiko dan manfaatnya.
Edukasi
 Jangan menggaruk kulit agar vesikel tidak pecah
 Vesikel yang belum pecah diberi bedak agar tidak lembab
 Boleh mandi tetapi pakai sabun antiseptik
 Istirahat pada masa aktif sampai semua lesi mencapai standar krustasi
 Sembuh dalam 2 minggu
4. Herpes Simpleks
Batasan
Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1 atau tipe 2, yang ditandai
oleh vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Infeksi primer
oleh HSV tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan HSV tipe 2 biasanya
terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
Etiologi
Virus Herpes Simplek Tipe I dan II yang termasuk DNA virus. Pembagian tipe I dan II
berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenik marker, dan lokasi
klinis.
Patofisiologi
Infeksi VHS berlangsung dalam 3 tingkat: primer, laten, dan rekurens. Awitan penyakit ini
didahului rasa gatal, terbakar, dan eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam
kadang timbul nyeri saraf. Pada infeksi primer, gejala lebih berat dan lebih lama daripada
rekuren berupa malaise, demam, nyeri otot.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: Awitan penyakit didahului rasa gatal, eritema, kadang timbul nyeri saraf.
Dapat juga terjadi malaise, demam, nyeri otot pada awalnya.
UKK: Vesikel-vesikel miliar berkelompok bila pecah membentuk ulkus yang dangkal
dengan warnah kemerahandi daerah sekitarnya.
Diagnosis Banding
a. Impetigo Vesikobulosa
b. Ulkus genitalis pada penyakit menular seksual
Terapi
Bersifat asimtomatis.
Jika vesikel pecah:
a. Kompres dengan sol. Kalium permanganate 1/5000
b. Obat-obatan antiseptic: povidon, iodium
c. Idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA
d. Alkohol 70% untuk mengeringkan dan desinfeksi
Pada imunokompeten:
a. Lesi inisial: asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 5-10 hari
b. Infeksi rekuren: asiklovir 5 x 200 mg/ hari selama 5, atau 2 x 400 mg/hari
Pada imunokompromised
a. Herpes mukokutan primer: asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 10 hari
b. Herpes imunokutan rekuren: asiklovur 5 x 400 mg/hari selama 5-7 hari
Penulisan Resep
R/ Acyclovir tab mg 200 No XXXV
5 dd tab 1
R/ Asam Mefenamat tab mg 500 No X
3 dd tab 1 prn
Edukasi: diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)

5. Herpes zoster
Batasan
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella zoster yang laten endogen di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah infeksi
primer.
Etiologi
VZ kelompok virus herpes, termasuk virus sedang berukuran 140-200 m dan berinti DNA.
Biasanya pada dewasa, kadang didapatkan pada anak.
Patofisiologi
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid an ganglion kranialis. Kelainan
kulit yang timbul memberikan yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut.
Terkadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motoric kranialis sehingga
memberikan gejala gangguan motorik.
Untuk perjalanan penyakit biasanya timbul gejala prodromal sistemik (demam, pusing,
malaise) maupun lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb_ beberapa hari sebelum atau
bersamaan dengan kelainan kulit. Adakalanya timbul kelainan kulit disertai demam. Pada
mulanya kelainan kulit diawali dengan eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema kemudan papula dan
vesikula ini berkembang dengan cepat membesar dan menyatu membentuk bula. Isi
vesikel mula-mula jernih setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur
darah (hemoragik) jika absorbi terjadi, vesikula dan bula menjadi krusta. Dapat pula
timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa
sikatriks. Masa tunasnya 7-12 hari, masa aktif seminggu dan masa resolusi 1-2 minggu.
Ramsey Hunt Syndrome disebabkan gangguan oleh nervus fasialis dan optikus, sehingga
memberikan gejala paralisis otot muka (Bell’s Palsy).
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada daerah dermatom yang akan timbul
lesi. Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi
sampai rasa ditusuk-tusuk disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
UKK:
- Erupsi kulit hampir selalu unilateral
- Lesi dimulai dengan macula eritematosa, papul-papul, vesikel, kemudian
mongering menjadi krusta.
Jika menyerang:
- Wajah, daerah yang dipersarafi N.V = herpes zoster frontalis
- Cabang oftalmikus N.V = herpes zoster oftalmik
- Saraf intercostal = herpes zoster torakalis
- Daerah lumbal = herpes zoster abdominalis/ lumbalis
Diagnosis Banding
a. Herpes simpleks
b. Dermatitis venenata
c. Dermatitis kontak
d. Bila terdapat nyeri di daerah setinggi jantung, dapat salah diagnosis dengan angina
pektoris pada herpes zoster fase prodromal
Terapi
Terdapat beberapa obat yang dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Sistemik
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada
 Usia >50 tahun
 Dengan risiko terjadinya NPH
 HZO/sindrom Ramsay Hunt/HZ servikal/HZ sacral
 Imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi
 Anak-anak, usia <50 tahun dan ibu hamil diberikan terapi anti-virus bila disertai NPH,
sindrom Ramsay Hunt (HZO), imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan
komplikas.
Pilihan antivirus
 Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari
 Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60
mg/kgBB/hari selama 7 hari
 Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari
 Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
Catatan khusus:
 Bila lesi luas atau ada keterlibatan organ dalam, atau pada imunokompromais diberikan
asiklovir intravena 10 mg/kgBB/hari 3 kali sehari selama 5-10 hari.Asiklovir dilarutkan
dalam 100 cc NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 1 jam.
 Obat pilihan untuk ibu hamil ialah asiklovir berdasarkan pertimbangan risiko
dan manfaat.
Simptomatik
 Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.
 Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
 Pada pasien dengan kemungkinan terjadinya neuralgia pasca herpes zoster selain diberi
asiklovir pada fase akut, dapat diberikan:
o Antidepresan trisiklik (amitriptilin dosis awal 10 mg/hari ditingkatkan 20 mg
setiap 7 hari hingga 150 mg. Pemberian hingga 3 bulan, diberikan setiap malam sebelum
tidur
o Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu
o Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu
Herpes zoster oftalmikus
 Asiklovir/valasiklovir diberikan hingga 10 hari pada semua pasien.
 Rujuk ke dokter spesialis mata.
Herpes zoster otikus dengan paresis nervus fasialis
 Asiklovir/valasiklovir oral 7-14 hari dan kortikosteroid 40-60 mg/hari selama 1 minggu
pada semua pasien.
 Rujuk ke dokter spesialis THT.
Herpes zoster pada pasien imunokompromais
Pada herpes zoster lokalisata, sebagian besar pasien dapat diberikan asiklovir atau
valasiklovir atau famsiklovir oral dengan follow up yang baik. Terapi asiklovir intravena
dicadangkan untuk pasien dengan infeksi diseminata, imunosupresi sangat berat,
didapatkan keterlibatan mata, dan ada kendala pemberian obat oral.
2. Topikal
 Stadium vesikular: bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah atau bedak kocok
kalamin untuk mengurangi nyeri dan gatal.
 Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
dan krim antiseptik/antibiotik.
 Jika timbul luka dengan tanda infeksi sekunder dapat diberikan krim/salep
antibiotik.
Edukasi
Memulai pengobatan sesegera mungkin
Istirahat hingga stadium krustasi
Tidak menggaruk lesi
6. Miliaria (keringat buntet)
Batasan
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang disebabkan oklusi duktus ekrin,
ditandai dengan erupsi papul-vesikel, tersebar di tempat predileksi, dapat mengenai bayi,
anak dan dewasa.
Etiologi
Biasanya timbul jika udara panas atau lembab atau karena pengaruh pakaian yang tidak
menyerap keringat. Tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan eritema akibat keringat yang tidak keluar dan diabsorbsi
oleh stratum korneum. Menyerang pada semua umur, frekuensi pria dan wanita sama.
Klasifikasi (berdasarkan letak sumbatan dan gambaran klinis):
1. Miliaria kristalina (sudamina): di stratum korneum
Keringat dapat keluar sampai stratum korneum, terlihat vesikula berukuran 1-2 mm yang
menyerupai titik embun, asimptomatis, dapat sembuh dengan sisik yang halus. Vesikula
banyak terdapat di bagian tubuh yang banyak mengeluarkan keringat serta dapat pecah
akibat trauma obstruksi yang terjadi diantara lapisan korneum. Pengobatan tidak
diperlukan, cukup menghindari panas yang berlebihan. Mengusahakan ventilasi yang baik,
pakaian tipis dan menyerap keringat.
2. Miliaria rubra (prickly heat): di stratum spinosum/mid-epidermis
Lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan,
atau gesekan pakaina. Terlihat papul merah yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini
terdapat pada orang yang tidak terbiasa pada daerah tropis. Terapi dengan pakaian tipis
yang meneyrap keringat dan diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi mentil ¼-2%. Mudah
terinfeksi sekunder menjadi impetigo dan furunkulosis terutama pada anak.
3. Miliaria pustulosa: di stratum spinosum/mid-epidermis
4. Miliaria profunda: di dermo-epidermal junction
Bentuk ini jarang kecuali pada daerah tropis. Biasanya timbul setelah miliaria rubra
ditandai papul putih, keras, ukuran 1-3 mm terutama pada badan dan ekstremitas. Tidak
gatal dan tidak terdapat eritema. Pengobatan dengan cara menghindari panas atau
kelembapan berlebihan serta pakaian yang tipis. Dapat diberikan lotiocalamin dengan atau
tanpa mentol 0,25%
Kriteria Diagnosis
UKK: Makula eritematosa miliar dengan vesikel di atasnya. Dapat timbul papul-papul di
atas macula tersebut.
Terapi
R/ Caladine cair No I
Ue
Atau
R/ Bedak Salisil No I
Ue
R/ Siproheptadine tab mg 4 No VI
3 dd tab 1
Edukasi
- Jangan minum alkohol atau makanan yang pedas
- Pakaian harus tipis dan menyerap keringat
- Dianjurkan bekerja dalam ruangan dengan ventilasi baik
7. Skabies
Batasan
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi terhadap Sarcobtes scabei var
hominis dan produknya yang penularannya secara kontak langsung.
Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo
Etilogi
Tungai jantan mati setelah kopulasi. Tungai betina dapat hidup 1 bulan, setelah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm per hari sambil
meletakkan 2-4 butir telur hingga berjumlah 40-50. Dalam 3-5 hari telur menetas  larva
dengan 3 pasang kaki  2-3 hari menjadi nimfa dengan 4 pasang kaki, jantan atau betina.
Siklus hidup 8-12 hari.
Patofisiologi
Kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, urtika, dll. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Gatal disebabkan
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau, kira-kira 1 bulan.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: Adanya gatal hebat terutama pada malam hari. Terdapat anggota
keluarga/orang serumah yang menderita penyakit serupa.
UKK: Adanya terowongan yang sedikit meninggi, bentuk garis lurus/berkelok-kelok
panjang beberapa mm sampai 1 cm dan ujungnya tampak vesikula, papula, dan pustule.
Lokasi: Sela jari, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak bagian aerola mammae,
sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksternal laki-laki.
Gejala Cardinal
Pruritus Nokturna  gatal pada malam hari karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
Menyerang sekelompok manusia (serumah, sekampung, dll)
Adanya terowongan (kanalikulus) berwarna putih atau keabu-abuan, garis lurus atau
berkelok, di ujung terowongan terdapat papul atau vesikel pada tempat predileksi (pada
stratum korneum yang tipis: sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak
bagian aerola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksternal laki-
laki, telapak tangan dan telapak kaki (bayi).
Menemukan tungau  paling diagnostic
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopi
2. Dermatitis kontak
3. Urtikaria papula
4. Insect bite
5. Dishidrosis
6. Pioderma
Terapi
Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang efektif untuk semua
stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak secara serempak, menjaga
higiene, serta penanganan fomites yang tepat. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih
sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Dapat diulang
setelah satu pekan.
Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Cukup
sekali pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah satu pekan.
Tidak boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh.
2. Sistemik
Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.
Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal, 2-3 dosis setiap
8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang dari 15 kg, wanita hamil dan
menyusui.
Terapi
R/ Scabicid cream tube No I
Ue (oles dari ujung leher sampai ujung jari kaki hanya sekali saja) selama 24 jam.
Catatan: tidak boleh mandi/ mencuci tangan bagian yang diobati setelah pengobatan.
Edukasi
- Menjaga higiene perorangan dan lingkungan.
- Pemakaian obat secara benar dan kepada seluruh orang yang kontak secara
serempak.
- Menjemur kasur dan alat-alat yang tidak bisa dicuci yang pernah dipakai
penderita.
- Mencuci alat-alat rumah tangga yang telah tersentuh pendertita dengan air panas.

8. Vitiligo
Batasan
Merupakan penyakit depigmentasi didapat pada kulit, membran mukosa, dan rambut yang
memiliki karakteristik lesi khas berupa makula berwarna putih susu (depigmentasi) dengan
batas jelas dan bertambah besar secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional.
Etiologi
Lebih banyak pada kulit hitam. Penyebab belum diketahui, berbagai faktor pencetus sering
dilaporkan, misalnya krisis emosi dan trauma fisis.
Patofisiologi
Dimulai dengan bintik putih yang makin lama makin lebar hingga mencapai ukuran
lentikuler sampai plakat, tidak gatal atau nyeri.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: dimulai bintik-bintik putih makin lama makin membesar tidak gatal dan tidak
nyeri
UKK: makula hipopigmentasi yang berbatas jelas, bila dilihat dari tepi batasannya
berbentuk konkaf. Di sekitar lesi sering dijumpai hiperpigmentasi.
Sering berhubungan dengan penyakit DM.
Diagnosis Banding
1. Tinea versikolor
2. Nevus anemikus
3. Nevus depigmentosus
4. Piebaldisme
5. Hipomelanosis gutata idiopatik
6. Hipomelanosis makular progresif
Terapi
Di tingkat pelayanan dasar (Pemberi Pelayanan Kesehatan/PPK 1):
Jenis Terapi: topical
Di tingkat pelayanan lanjut (Pemberi Pelayanan Kesehatan/PPK 2 atau 3):
Jenis Terapi: topikal, fototerapi, fotokemoterapi, pembedahan
Resep
R/ Pelsoralen Liquid cc 50 No I
1 dd ue (dioles saat sekitar jam 8 pagi diamkan 10 menit kemudian berjemur
selama 2 menit kemudian cuci dengan air mengalir)
R/ Delsoralen cap No VI (isi: metoksalen)
Diminum 2 kapsul, 2 jam sebelum dijemur, seminggu 3 kali. Jangan digunakan pada usia
< 18 tahun)
Edukasi
1. Menghindari trauma fisik baik luka tajam, tumpul, ataupun tekanan repetitif yang
menyebabkan fenomena Koebner, yaitu lesi depigmentasi baru pada lokasi trauma.
Trauma ini terjadi umumnya pada aktivitas sehari-hari, misalnya pemakaian jam tangan,
celana yang terlalu ketat, menyisir rambut terlalu keras, atau menggosok handuk di
punggung.
2. Menghindari stres.
3. Menghindari pajanan sinar matahari berlebihan
9. Abses
Batasan
Infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong yang berisi nanah.
Etiologi
Kuman gram positif (streptokokus, stafilokokus), gram negatif (Enterobakterium,
pseudomonas) kuman anaerob (klostridium, bakteriodes, blastomikosis), dan virus
(Hepatitis, herpes, poliomyelitis).
Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula reaksi umum. Pada infeksi dengan
reaksi umum akan melibatkan saraf dan metabolic pada saat terjadi reaksi ringan
limforetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi
(limfosit B). Kemudian reaksi lokal menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan berkumpul dalam suatu rongga membentuk
abses atau berkumpul di jaringan tubuh yang lain membentuk flegmon (peradangan yang
luas di jaringan ikat).
Kriteria Diagnosis
Anamnesis: Penderita mengeluh demam, malaise. Dimulai benjolan kecil, merah, berisi
nanah.
UKK: tumor, warna merah kehitaman, fluktuasi (+)
Terapi
Insisi dan drainase
R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No VI
2 dd tab 1
R/ Asam Mefenamat tab mg 500 No X
3 dd tab 1
R/ Gentamisin zalf No I
Ue
Edukasi
 Jaga kebersihan perorangan
 Makan makanan yang bergizi
 Usahakan agar kulit di sekeliling luka kecil tetap bersih dan kering
 Obati infeksi ringan secara tuntas

10. Urtikaria
Batasan
Reaksi vascular dari kulit berwarna merah akibat edema interselular lokal pada kulit atau
mukosa.
Kriteria Diagnosis
- Riwayat Alergi, riwayat gigitan serangga
- Terasa gatal
- Edema, eritem pada kulit berbatas tegas
- Pada urtikaria popular ditemukan papul-papul kemerahan
UKK
Diagnosis Banding
Terapi
R/ Siproheptadin HCl tab mg 4 No X
2 dd tab 1
R/ Dexametasone tab mg 0.5 No X
3 dd tab 1
R/ Bedak Salisil 1% fl No I
Ue
Edukasi
- Hindari faktor pencetus
- Memelihara kebersihan perorangan dan lingkungan

11. Keloid
Batasan
Tumor yang jinak jaringan ikat kulit yang umumnya timbul akibat trauma/bakat.
Patofisiologi
Kriteria Diagnosis
UKK: tumor yang keras, tidak teratur, batas tegas, berwarna merah muda/coklat, melewati
garis luka. Biasanya dimulai dari bekas luka, terbakar, lecet, dll.
Kadang penderita mengeluh hipoestesi atau gatal dan sakit.
Terapi
R/ Inj. Kenacort intralesi 0.1 cc tiap 1mm3 1 minggu sekali sampai lesi hilang.
Edukasi
 Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan luka atau lecet, jangan digaruk.
 Jangan menyuntik sendiri di rumah.
 Efek samping berat berat badan naik, wajah bundar.

12. Melasma
Definisi
Hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata
berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area terpajan sinar UV dengan temoat
predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dagu.
Batasan
Bercak-bercak kehitaman dan kecoklatan yang sering ditemukan di daerah muka.
Etiologi
Dapat timbul sebagai proses fisiologis atau patologis pathogenesis.
Patofisiologi
Masih belum jelas
Kriteria Diagnosis
UKK: Plak hiperpigmentasi dengan batas tidak tegas.
Umumnya orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Lokasi: wajah (kedua pipi, dahi, bawah hidung, dan bawah rahang bawah).
Terapi
R/ Paranox Lotion No I
Ue (ditutul jangan digosokkan)
R/ Opicel Cream No I
Ue
R/ Kalaskin kapsul No XX
1 dd 1
R/ Vit C tab mg 500 No X
2 dd 1
Edukasi
Hindari penyebab: sinar UV, hormone estrogen, progesterone, obat seperti klorokuin,
klorpromasin, sitostatik, minosiklin.
13. Gonore
Batasan
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher Rahim, rektum dan
tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva) yang bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya.
Etiologi
Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae berbentuk mirip kopi (diplococcus) gram
negatif.
Patofisiologi
Kuman N. gonorrhoeae mudah menginfeksi daerah mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang melalui hubungan kelamin secara genitogenital,
orogenital, dan anogenital. Penyakit ini ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang
lain melalui kontak seks. Namun penyakit ini juga ditularkan melalu ciuman atau kontak
badan yang dekat. Kuman pathogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui
makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Klinis:
Pada pria: Nyeri waktu kencing, terutama saat awal kencing. OUE edema dan eritematous.
Keluar sekret nanah purulent dari saluran kencing.
Pada wanita: Pada umumnya tidak menimbulkan gejala (asimtomatis). Paling sering
mengenai serviks, dengan gejala keputihan. Jika mengenai saluran kencing, maka dapat
terjadi keluhan dysuria ringan, dan dapat juga mengenai kandung kemih, ditandai dengan
sering kencing, nyeri perut bagian bawah dan adakalanya hematuria.
Pemeriksaan penunjang:
 Sediaan langsung metode pengecatan gram
 Kultur kuman menggunakan media selektif

Terapi
Farmakologis
Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal peroral atau melalui suntikan intramuskuler.
Pemberian antibiotic peroral doksisiklin 2x100mg selama 7 hari
Non farmakologis
Memberikan pendidikan masyarakat tentang bahaya PMS dan cara menghindarinya
Pengobatan pasangan seksual tetap pasien
Edukasi
Tidak boleh berhubungan kelamin sampai penyakit sembuh, pasangannya juga harus
diobati untuk mencegah pingpong fenomenon, jangan berganti-ganti pasangan.

14. Sifilis
Batasan
Merupakan suatu penyakit kronik sistemik. Karakteristiknya tampak berupa ulkus dan
chancre yang tidak nyeri. Penyakit ini disebabkan oleh Treponema palidum dengan
perjalanan penyakit adanya remisi dan eksaserbasi dapat menyerang semua organ tubuh
terutama sistem kardiovaskular, otak, SSP serta dapat terjadi sifilis kongenital.
Etiologi
Disebabkan oleh Treponema pallidum.
Patofisiologi
Penularan melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema. Treponema
dapat masuk melalui selaput lender yang utuh atau kulit dengan lesi, yang kemudian
masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh.
Umumnya 3-4 minggu setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk T. pallidum, timbul lesi
primer yang bertahan 1-5 minggu, dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu
(2-6 minggu) setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lender yang pada
permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas.
Kriteria Diagnosis
i. Pemeriksaan Klinis:
Sifilis stadium I (10-90 hari setelah infeksi)
Timbul lesi pada tempat T. Pallidum  Afek Primer
Lesi berupa papul erosive, ukuran beberapa millimeter hingga 1-2 cm, kulit
disekitarnya tidak ada tanda radang bila diraba ada pengerasan (indurasi), tidak
nyeri.
Kadang hanya berupa eduma induratif yang tersering pada labia mayora.
Penjalaran ke inguinal : Pembesaran kelenjar, padat, kenyal, tidak nyeri, soliter,
dapatdigerakkan bebas dari sekitarnya.
Lesi umumnya pada alat kelamin, juga ekstra genital (bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari, dan anus) Sifilis stadium II (6-8 minggu setelah stadium I).
Jarang ada rasa gatal.
Nyeri kepala, demam subfebril, anoreksia, nyeri pada tulang, dan nyeri leher,
biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit.
Kelainan kulit berupa macula, papul, pustule, rupia, tidak ada vesikel dan bula.
Pemeriksaan serologis rektif dan pemeriksaan lapang gelap positif.
Sifilis stadium III
Terdapat guma (3-7 tahun setelah infeksi) Dapat single atau multiple, dapat
timbul pada semua jaringan membentuk nekrosis sentral dikelilingi jaringan
granulasi, bersifat destruktif.
Nodus dibawah kulit, merah dan tidak nyeri tekan, permukaan dapat berskuma
seperti psoriasis.
Sifilis kongenital
Sifilis kongenital dini
Muncul sekitar 3 minggu setelah bayi dilahirkan terdapat vesikel dan bula
pada tangan dan kaki yang jika pecah membentuk erosi yang ditutupi crusta.
Muncul beberapa bulan setalah dilahirkan kelainan pada selaput lender
(sekret hidung sering bercampur darah).
Osteokondritis pada tulang panjang
Bisa terdapat splenomegaly dan pneumonia alba
Sifilis kongenital lanjut (manifestasi pada usia 7-9 tahun) :
Trias Hutchinson : Kelainan mata keratitis interstisial, Ketulian N VIII, Gigi
Hutchinson.
Stigmata terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis berjalan radier.
Penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).
ii. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan Burri, tes serologic sipilis
(TSS), pemeriksaan liquor serebrosoinalis, dan rontgen.
Terapi
a. Farmakologis
i. Sifilis primer dan sekunder
Penisilin bezatin G dosis 4,8 juta unit injeksi IM (2,4 juta unit/kali)
diberikan 1x/minggu.
Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM/hari
selama 10 hari.
Penisilin prokain + 2% alumunium mono stearate, dosis total 7,2 juta
unit, diberikan 1,2 juta unit/kali sebanyak 2x/minggu.
ii. Sifilis laten
Penisilin benzatin G7, 2 unit, atau
Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000
unit/hari), atau
Penisilin prokain + 2% alumunium mono stearate, dosis total 7,2 juta
unit, diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali/minggu).
iii. Sifilis III
Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit, atau
Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000
unit/hari), atau
Penisilin prokain + 2% alumunium mono stearate, dosis total 9,6 juta
unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali/minggu).
b. Non farmakologis
Memberikan penjelasan pada pasien tentang :
Bahaya PMS dan komplikasinya.
Mematuhi pengobatan yang diberikan.
Cara penilaran PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
Hindari hubungan seks sebelum sembuh, dan memakai kondom.
Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.
Edukasi
Tidak boleh berhubungan kelamin sampai penyakit sembuh, pasangannya juga harus
diobati untuk mencegah pingpong fenomenon, jangan berganti-ganti pasangan.

15. Leukhore
Batasan: Keluarnya sekret putih dan kental dari vagina.
Kriteria diagnosis
Leukhorea yang patologis disebabkan oleh:
a. Candida albicans
1. Gatal (+++)
2. Dispareunia (+) jika kronis
3. Jumlah fluor albus sedikit
4. Warna sekret: gumpalan-gumpalan/ bercak seperti susu/ warna putih
kekuningan, bau (-)
5. pH 3,5-4,5
6. Pemeriksaan: vulva dan perineum kemerahan, edema pada 1/3 bawah
introitus vagina dan labia mayora.
7. Bentuk fluor albus: gumpalan/ bercak-bercak melekat di dinding vagina.
Terapi
R/ Nistatin tab 500.000 U No XV (terapi 5-7 hari)
3 dd tab 1 atau
R/ Ketokonazol tab mg 200 No X
2 dd tab 1
R/ Lexahist tab No X (isi siproheptadin)
2 dd tab 1
R/ Becafort tab No VII (isi vit c, vit B pleks, vit E)
1 dd tab 1
b. Trichomonas vaginalis
Batasan
Infeksi saluran genital yang dapat bersifat akut dan kronik yang disebabkan
T.Vaginalis
Etiologi
Trichomonas vaginalis, suatu parasite protozoa bersel tunggal
Kriteria Diagnosis
i. Pemeriksaan Klinis:
Pada wanita: Adanya duh tubuh vagina yang encer berwarna kuning
kehijauan dan purulent merupakan gambaran yang khas untuk vaginitis
trichomonal, bau vagina yang abnormal, gatal, vulva yang kemerahan dan
membengkak, petechiae pungtata pada servix (strawberry servix). Lebih
dari setengah wanita yang terinfeksi memiliki gejala klinis difus, ekskoriasi
pada bagian dalam paha, mungkin juga mengeluh dyspareunia dan pada
waktu pemasangan speculum terasa sakit serta edema vestibulumdan labia
minor. Kira-kira setengah kasus vaginitis trikomonalis juga mengenai
uretra. Keadaan ini mungkin asimtomatik atau menyebabkan dysuria.
Skenitis dan bartolinitis dengan pembentukan abses mungkin berhubungan
dengan trikomoniasis.
Pada pria: sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila
bergejala kebanyakan berupa duh tubuh uretra yang seperti susu dan sakit
bila buang air kecil.
ii. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan mikroskop secara langsung dengan sediaan basah dapat
ditemukan T vaginalis dari spesimen yang diambil dari vagina. Pada pria
dapat dideteksi dengan menggunakan sedimen urin.
Kultur
Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media semi solid.
Metode serologi
Pada metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex
agglutination yang menggunakan antibody poliklonal. Antigen
detection immunoassay yang menggunakan antibody monoclonal dan
nucleic acid base test.
Terapi
Farmakologis
Memperbaiki keadaan vagina dengan membersihkan mukosa vagina dan
menggunakan obat-obatan per os dan lokal.
Metronidazole 2 g dosis tunggal, peroral kepada kedua pasangan seksualnya
dengan rejimen yang sama.
Metronidazole 2 x 250 mg/hari selama 7 hari untuk kedua pasangan seksual.
Rejimen ini dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan pengobatan dosis
tunggal.
Dosis lokal untuk wanita 500 mg metronidazole dalam bentuk tablet vagina
sehari sekali selama 5-7 hari.

Non farmakologis
Perlu dianjurkan terhadap pasangan seksualnya untuk melakukan pemeriksaan dan
pengobatan.
Tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan
sembuh.
Menghindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.

Contoh Penulisan Resep


R/ Irigasi H2O2 1%
R/ Metronidazol tab 2 gram sup vag No.
2 dd tab I sup vag
(pemberian 1 gram, 3 jam kemudian 1 gram lagi).
R/ Metronidazol tab mg 500 No. XXI
3 dd tab I
R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No. XIV
2 dd tab I
R/ Lexahist tab No. XIV
2 dd tab I
R/ Bacefort tab No. VII (isi : Vit C, Vit. B plek, Vit. E)
1 dd tab I
C. Gardnerella vaginalis
1. Gatal (-)
2. Dispareunia (-)
3. Jumlah fluor albus berlimpah
4. Warna sekret abu-abu homogen
5. pH 4,5 – 5,5
6. Bau amis / menusuk setelah koitus
7. Pemeriksaan: vulva kemerahan, edema, clue cell
8. bentuk fluor albus sedikit berbuih, melapisi tipis dinding vagina

Terapi
R/ Metronidazol tab mg 500 No. XIV
2 dd tab I atau
R/ Metronidazol tab mg 500 No. IV
1 dd tab IV
(bersama susu atau makanan).
R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No. XIV
2 dd tab I
R/ Lexahist tab No. XIV
2 dd tab I
R/ Bacefort tab No. VII (isi : Vit C, Vit. B plek, Vit. E)
1 dd tab I
Catatan : bila keluhan terus berlanjut dengan terapi di atas, pikirkan kemungkinan GO.

Edukasi (untuk leukhorea secara keseluruhan)


Jangan berhubungan kelamin sebelum penyakit sembuh total.
Jaga kebersihan perorangan.
Memakai pembersih kewanitaan maksimal 2x seminggu.

16. Impetigo
Sering pada anak-anak
2 tipe: bulosa dan non bulosa
Penyebab: Streptococcus sp dan Staphylococcus sp.
17. Selulitis
Penyebab: Streptococcus sp dan Staphylococcus sp.
Terapi: Erithromycin/ cephalgin 250 – 500 mg per oral (PO)
18. Furunkel besar (bisul)/ karbunkel
Terapi
Insisi dan keluarkan isinya
Antibiotik per oral: Erithromycin/ Dicloxacilin
UJUD KELAINAN KULIT
a. EFLORESENSI PRIMER
Dikenal beberapa efloresensi primer, antara lain:
1. makula
perubahan warna kulit tanpa disertai perubahan konsistensi dan permukaannya.
Makula berukuran < 1 cm, sedangkan jika > 1 cm disebut patch
Beberapa contoh makula:
-         makula hitam pada freckles
-         makula putih pada vitiligo, panu
-         makula merah (eritem) pada dermatitis

2. papula
penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm. Terjadinya papula adalah karena
adanya proses:
a. infiltrat pada papilla dermis:
proses infiltrasi selular pada kasus lichen nitidus
proses non-selular pada kasus lichen amiloidosis
b. hiperplasi epidermis,
veruka
molluscum contagiosum
3. plaque (plak)
kelainan kulit seperti papula dengan permukaan datar dan diameter > 1 cm. Plak dapat
terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi dapat juga karena gabungan atau konfluensi
dari beberapa papula, misalnya:
-         lichen simplex
-         psoriasis

4. Urtika
Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat, tetapi hilangnya juga cepat;
biasanya berwana kemerahan dan pucat di bagian tengah, sering terdapat pseudopodia
(kaki semu).

5. Nodul
Penonjolan kulit dengan batas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1 cm. Nodul terjadi
karena adanya infiltrasi yang bersifat massif pada dermis dan subkutis.

6. Papiloma
Penonjolan kulit yang berbentuk seperti jari-jari tangan yang disebabkan karena
meningginya papilla dermis dan ditutupi oleh epidermis yang mengalami hiperplasi.

7. Kista
Suatu rongga yang dibatasi oleh epitel dan di dalamnya berisi massa cair atau semisolid
(cairan, sel, produk sel). Kista yang kecil kadang sulit dibedakan dari nodul.

8. Vesikel
suatu penonjolan kulit dengan batas tegas, berisi cairan serous dan diameternya < 1 cm.
Jika diameter > 1 cm disebut bula.
9. Pustula
penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus/nanah.
10. Purpura
perubahan warna kulit menjadi kemerahan yang terjadi karena perdarahan di dalam kulit.
Bedanya dengan makula eritem atau patch eritem adalah pada purpura jika dilakukan
penekanan dengan gelas objek (tes diaskopi) warna merah tidak akan hilang, sedangkan
pada makula atau patch akan berubah pucat atau warna merah menghilang.
11. Teleangiektasi
terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler, venulae, atau arteriole yang nampak pada
permukaan kulit. Contoh: actinic skin, rosasea
12. Komedo
penonjolan kulit karena adanya pelebaran infundibulum folikel rambut yang terisi masa
keratin, sebum, dan mikroorganisme tertentu.
Komedo dapat terjadi pada kasus: acne, comedo senilis
b. EFLORESENSI SEKUNDER
UKK sekunder antara lain:
1. skuama
stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada permukaan. Morfologi skuama ada
beberapa macam, yakni:
a. micaceus : pada psoriasis
b. sianny : pada dermatitis seboroik
c. powdery: pada tinea versikolor
d. adherent: pada ichtyosis vulgaris
e. coarse : pada keratosis folikularis
f. greasy : pada dermatitis seboroik

2. krusta
bahan cair, eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang mengering. Contoh:
impetigo krustosa
3. erosi

4. ulkus
defek yang mengenai seluruh epidermis dan melebihi membrana basalis, bahkan mungkin
sampai dermis atau subkutis, sehingga pada proses penyembuhannya sering meninggalkan
sikatriks. Contoh: ulkus stasis, ulkus tropikum.

5. ekskoriasi
erosi yang terjadi karena garukan; sehingga seringkali memberikan gambaran erosi yang
berderet.

6. fisura
defek linier yang dapat mulai dari permukaan sampai lapisan dermis. Contoh: cheilitis
angularis
7. atropi
Jaringan kulit yang mengalami penyusutan.
8. sikatriks
Jaringan parut yang merupakan proses dari penyembuhan luka.
9. likenifikasi
Suatu penebalan pada lapisan kulit.

Anda mungkin juga menyukai