Anda di halaman 1dari 5

JOB SHEET

RESUSITASI JANTUNG PARU

DISUSUN OLEH :
PUTRI DOHANIS
PO0220218048

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
T.A 2020
JOB SHEET RESUSITASI JANTUNG PARU
(RJP)
1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama
terhadap korban tersedak dan Resusitasi Jantung Paru
1.2 Tujuan Khusus:
1. Memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi, faktor-
faktor yang mendukung dan menghambat serta menilai bahayabahaya
lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong maupun orang-orang
di sekitar.
2. Mampu melakukan pertolongan pertama terhadap korban tersedak.
3. Mampu melakukan Resusitasi Jantung Paru.
2. Pengertian.
Resusitasi jantung dan paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang
yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi jantung paru (RJP) ini
bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup total.
Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung,
sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Kematian biologis
dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah
kematian klinis. Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya
dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
3. Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015) sebagai berikut :
a. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan napas buatan (C-
A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu penolong
harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang diikuti dengan 2 napas buatan.
b. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x /min (diperbarui dari
minimum 100/min).
c. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi untukkedalaman kompresi
dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci (5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4
inci (6 cm).
d. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hands-Only) dengan
atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus
melanjutkan CPR hanya kompresi hinggapenolong (tim medis) tiba.
e. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kompresi dada
untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan
napas buatan, ia harus menambahkan napas buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2
napas buatan. Penolong harus melanjutkan CPR hingga Penolong tiba,

4. Langkah-langkah melakukan RJP :


a. Dimulai dari Circulation ( C ) terlebih dahulu, meskipun terlihat ada sumbatan
jalan napas. Kecuali bila dilakukan dengan 2 atau lebih penolong, sehingga bisa
simultan. Memeriksa nadi karotis dengan meraba sisi leher korban selama 5-10
detik seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemeriksaan Nadi Karotis

b. Bila tidak teraba denyutan, lakukan pijatan dada sebagai berikut :


1) Memposisikan penderita berbaring terlentang di atas dasar yang keras,
misalnya lantai. Jangan di atas kasur/busa.
2) Membaskan pakaian penderita di sekitar dada.
3) Memposisikan diri penolong pada salah satu sisi penderita.
Mengupayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong dibuka kira –
kira selebar bahu penolong.
4) Meraba lengkung rusuk paling bawah. Tentukan pertemuan lengkung iga
kiri dan kanan.
5) Menentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur 2 jari
ke atas pada garis tengah tulang dada.
6) Memposisikan tangan penolong pada titik pijatan. Bagian yang menekan
adalah tumit tangan. Tangan penolong yang bebas diletakkan di atas
tangan satunya untuk menopang.
7) Memposisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang menekan.
8) Melakukan Pijatan Jantung (PJL) atau Resusitasi Jantung dan Paru (RJP).
Jaga agar posisi tangan tetap lurus, memberikan tekanan yang sesuai
kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita.
9) Memeriksa nadi setiap menit. Melanjutkan terus tanpa berhenti, sampai
munculnya tanda – tanda kehidupan, atau adanya tanda – tanda kematian
biologis, atau penolong kecapekan, atau bantuan ahli tiba.
Metode tersebut di atas dikenal dengan CPR atau Resusitasi Jantung -
Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar, atau Resusitasi Jantung – Pulmoner seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2. CPR adalah salah satu cara penyelamatan
nyawa seseorang yang mengalami henti napas dan/atau henti jantung mendadak
oleh sebab – sebab tertentu.

Gambar 2. RJP
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka penolong
memberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas kurang lebih
21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kirakira 16% oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai
ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya. Ada beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan adalah:
a. Menggunakan mulut penolong.
- Mulut ke masker RJP,
- Mulut ke APD,
- Mulut ke mulut / hidung.
b. Menggunakan alat bantu.
Kantung bermasker berkatub (bag value mask).
Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita setelah Circulation teratasi.
1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita.
2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat apakah ada sumbatan dalam jalan
nafas.
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka diduga ada sumbatan,
jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat, gunakan sapuan jari. Tetapi jika tidak
terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-12 kali nafas
(dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal.
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut yaitu seperti
penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia, muntahan penderita.

Anda mungkin juga menyukai