https://jurnal.uns.ac.id/bise
p-ISSN 2548-8961 | e-ISSN 2548-7175 | Volume ... Nomor … (Tahun)
Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret
novitaayukp@student.uns.ac.id
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
PENDAHULUAN
Perkembangan bisnis ritel di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang dan pesat,
terutama bagi peritel modern. Faktor yang mendukung perkembangan bisnis ritel modern yaitu
antara lain lokasi yang strategis, harga barang yang kompetetif, dan terbukanya peluang pasar.
Adanya peritel modern memberikan keluhan positif dan negatif bagi konsumen. Bagi konsumen
adanya peritel modern yang semakin banyak akan menguntungkan mereka, karena pelayanan bisnis
ritel memberikan kepuasan bagi konsumen, sedangkan untuk pelaku bisnis ritel, akan membuat
persaingan menjadi lebih ketat. Persaingan bisnis ritel terjadi antara persaingan bisnis ritel modern
dan tradisional. Diantara sesama persaingan binis tersebut, juga terjadi persaingan antar supplier.
Dengan perkembangan yang semakin ketat, tidak berarti perkembangan bisnis ritel dalam
perjalanannya tidak memiliki hambatan sama sekali. Terutama bagi peritel besar seperti perusahaan
asing semakin bersaing dalam melakukan perdagangan di Indonesia. Tetapi untuk peritel modern
kecil dan peritel tradisonal masih dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar.
Penduduknya yang banyak, dan ditambah konsumen yang konsumtif membuat Indonesia juga
dilirik oleh pebisnis asing, termasuk perdagangan dalam bisnis ritel. Para pebisnis asing tentu
memiliki cukup modal yang besar dan konsep bisnis yang baik dibandingkan dengan pebisnis lokal
yang bergerak dibidang bisnis ritel yang sama. Untuk peritel asing umumnya membuka toko ritel
yang sudah modern, sedangkan untuk peritel lokal umumnya mereka masih menggunakan toko ritel
yang tradisional.
Menurut para ahli munculnya pedagang ritel besar seperti supermarket, hipermarket,
Departmen store, dan toko besar lainnya, membuat kelangsungan hidup untuk peritel kecil dan
tradisional menjadi sangat terancam. Peranan bisnis ritel kecil yang memiliki peranan penting
dalam perekonomian, maka dari itu, bisnis ritel kecil harus menerapkan strategi untuk
memenangkan persaingan dan keberhasilan sebuah usaha. Bisnis ritel modern juga bagian dari
UMKM khususnya untuk usaha bisnis kecil sebagai penyedia barang-barang kebutuhan sehari-hari,
yang memiliki peranan penting, terutama kesempatan kerja yang sangat banyak, sehingga menjadi
salah satu sumber pendapatan di Indonesia.
TUJUAN
2
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dari bisnis ritel
modern dan tradisional. Mengidentifikasi karakteristik persaingan usaha dari masing-masing bisnis
ritel. Penelitian ini dimulai dari pemahaman mengenai bisnis ritel secara umum, mengidentifikasi
lingkungan bisnis yang menggambarkan letak potensi yang strategis untuk persaingan bisnis ritel.
Mndeskripsikan persaingan bisnis secara umum, hingga pembahasan secara umum dan spesifik
mengenai persaingan bisnis ritel.
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapi dalam perdagangan bisnis ritel. Disesuaikan dengan permasalahan mengenai
persaingan bisnis ritel yang modern atau bisnis ritel tradisional. Sehingga dalam kajian pustaka ini
menjelaskan secara menyeluruh teori-teori mulai dari lingkungan bisnis hingga persaingan bisnis
ritel yang relevan dengan variabel permasalahan tersebut. Teori-teori dalam penelitian ini memuat
kajian ilmiah pnelitian dari berbagai para ahli.
Dalam penulisan artikel ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
pustaka. Sehingg data yang diperoleh adalah data sekunder, baik dari penelitian terdahulu, jurnal,
data resmi pemerintah ataupun dengan referensi buku.
Studi pustaka merupakan suatu metode dalam pengumpulan data untuk mencari data atau
informasi baik melalui dokumen-dokumen, foto-foto, gambar atau dokumen elektronik yang
mendukung dalam penulisan artikel. Artikel ini merupakan telaah pustaka baik berupa penelitian,
kajian, liputan/berita dalam hal untuk menganalisis “Lingkungan Bisnis dan Persaingan Antara
Peritel Modern dan Tradisional”. Kredibilitas suatu penulisan artikel juga dapat dipengaruhi oleh
metode studi pustaka, karena suatu artikel akan semakin baik apabila didukung dengan data-data,
foto-foto, gambar, karya tulis akademik ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Bisnis Ritel
3
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
Bisnis ritel merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen ke
konsumen dan menawarkan barang dengan sistem ecer atau satuan. Proses transaksi dalam bisnis
ritel dapat dilakukan secara langsung (tunai) maupun online. Pelaku bisnis ritel berperan sebagai
penghubung dan penyalur barang antara pabrik dengan konsumen. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2016 menyatakan bahwa sektor ritel berkontribusi sebesar 15,24%
terhadap total PDB, menyerap tenaga kerja hingga 22,4 juta atau 31,81%.
Berdasarkan contohnya, bisnis ritel dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu bisnis ritel
tradisional dan bisnis ritel modern. Contoh dari ritel tradisional yaitu pasar tradisional, toko
kelontong, kios dan lain-lain. Sedangkan ritel modern contohnya adalah indomaret, alfamart,
department store, supermarket dan hypermarket.
Jika diibaratkan sebagai tubuh, maka bisnis ritel tradisional di Indonesia saat ini terbilang
tak enak badan. Sebab, dengan berkembangnya teknologi dan inovasi proses pemasaran membuat
ritel tradisional tertinggal jauh dalam hal manajemen dan pengelolaannya.
Indiastuti, Hartuti, dan Azis ( 2008 : 33 ) menyebutkan adanya faktor-faktor yang menjamin
berlanjutnya bisnis ritel tradisional antara lain adalah harga jual yang murah, wajarnya harga jual,
kualitas produk dan pelayanan, variasi produk, sesuainya belanja dan anggaran, kepuasan pelanggan
ketika berbelanja, manfaat yang diperoleh ketika belanja, dan tambahan informasi. Terdapat dua
faktor utama yang membuat bisnis ritel tradisional mampu bersaing dengan bisnis ritel modern
yaitu harga yang bersaing dan rasionalitas pembeli. Harga yang bersaing bukan berarti kita harus
menurunkan harga serendah-rendahnya, namun bisa dengan menawarkan harga yang lebih murah
namun standar dan memberikan diskon-diskon sesuai dengan pasaran produk yang dijual. Suatu
pembelian dikatakan rasional apabila barang yang dibeli sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan
mencapai kepuasan setelah membelinya.
2. Lingkungan Bisnis
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
Lingkungan internal bisnis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tenaga kerja
(man), modal (money), material/bahan baku (materials), peralatan produki (machine), metode
(methods). Biasanya lingkungan internal digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
Lingkungan Eksternal terbagi lagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan
makro. Lingkungan mikro merupakan peluang sebuah perusahaan untuk mengetahui peluang pasar
dan ancaman. Secara mikro, lingkungan makro merupakan suatu keadaan di luar batas perusahaan
namun berpengaruh pada perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan eksternal
bisnis adalah pelanggan, pemasok, perantara, pesaing, kreditor, pemerintah dan pekerja. Sedangkan
yang termasuk lingkungan bisnis secara makro yaitu lingkungan perekonomian, lingkungan
teknologi, lingkungan sosial dan budaya, lingkungan hukum dan politik, lingkungan global,
lingkungan demografi dan lingkungan industri.
Faktor utama dalam usaha memenangkan bisnis ritel adalah harga, variasi produk.
Persaingan yang sering dijumpai dalam menjalankan bisnis ritel terjadi antara pebisnis ritel
tradisional dan modern, serta pebisnis ritel lokal dan asing yang dapat dikatakan memiliki
persaingan yang kuat. Persaingan bisnis ritel antara tradisional dan modern terjadi antara jenis dan
ukuran yang hampir sama. Misalnya pasar tradisional, minimarket, supermarket, hypermarket dan
lain-lain. Dalam model penjualan, di minimarket, supermarket dan hypermarket memiliki
karakteristik yang sama yaitu dilakukan dengan menjual secara ecer kepada konsumen akhir dengan
cara mengambil sendiri barang yang telah di display dan membayarnya secara langsung di kasir.
Sedangkan di pasar tradisional proses penjualan dilakukan secara langsung dengan pembayaran
tunai kepada penjual.
Utomo ( 2011 : 123 ) menjelaskan bahwa salah satu indikator ketimpangan dalam hal
persaingan bisnis ritel tradisional dan modern dapat dilihat dari segi pertumbuhan keduanya. Dalam
beberapa periode terakhir pertumbuhan bisnis ritel modern lebih terlihat pesat daripada
pertumbuhan bisnis ritel tradisional.
Soliha ( 2008 : 128 ) menjelaskan mengenai kehadiran industri ritel yang semakin
pesat perkembangannya pada dasarnya ingin memanfaatkan pola belanja masyarakat
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
ekonomi menengah ke bawah yang tidak mau berdesakan berbelanja di pasar tradisional
karena tempat yang kumuh dan tidak tertata. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik
dalam katalog Profil Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern tahun 2018
menyebutkan bahwa pada tahun 2018, jumlah ritel modern sebesar 11,48% sebanyak 1.131
toko modern dan 708 pusat perbelanjaan dari seluruh pasar di Indonesia. Hal ini
menunjukkan adanya pertumbuhan yang pesat bagi perusahaan ritel modern di Indonesia.
Faktor lain yang mendorong bisnis ini berkembang pesat di Indonesia adalah karena
adanya perubahan gaya hidup masyarakat baik kota maupun pedesaan. Mereka lebih
memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern karena suasana yang lebih mendukung
dengan pelayanan yang memuaskan. Persaingan bisnis ritel modern semakin ketat dengan
ditandai semakin banyak usaha ritel yang berdiri di berbagai tempat.
Adanya persaingan antara bisnis ritel modern dan tradisional bukan hanya terletak
pada arsitektur bangunannya saja, tetapi juga dalam hal manajemen dan pengelolaannya,
serta letak strategis yang dipilih. Pedagang pasar tradisional saat ini memiliki ruang yang
terbatas dan dalam hal ini pihak ritel tradisional selalu dalam keadaan yang lemah dalam
persaingan.
Utomo ( 2011 : 123 ) menjelaskan bahwa lokasi keberadaan bisnis ritel tradisional
merupakan salah satu yang menjadi titik lemah. Ritel tradisional saat ini terkesan
terpinggirkan, karena pada umumnya kesan pertama yang muncul setelah mendengar ritel
tradisional seperti pasar tradisional adalah kumuh, kotor, jorok, bau dan tidak tertata. Citra
negatif muncul akibat manajemen pasar ritel tradisional yang kurang terorganisasi. Tentu
6
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
saja yang menjadi pusat perhatian kita adalah keamanan, kenyamanan, dan pelayanan pasar
ritel tradisional yang kurang baik sehingga loyalitas konsumen kecil.
Agar peritel tradisional dapat bertahan dalam persaingannya dengan peritel modern,
selain harga, variasi dan diferensiasi produk serta tata ruang dan display toko ada hal-hal
lain yang perlu ditingkatkan oleh para peritel. Hardiani dan Sisharini ( 2017 : 229 )
menyatakan “For human resource variables that need to be noticed by traditional retailers
are about hospitality in service, speed in service and shop open time.” Selain menjual
barang dengan harga yang murah, variabel lain yang harus diperhatikan adalah dalam hal
pengelolaan sumber daya manusia, yaitu antara lain :
Sikap yang harus dilatih dan dilakukan oleh pengusaha atau karyawan baik dalam bisnis
ritel modern atau tradisional adalah kejujuran bersikap dan bertindak dalam hal penawaran
produk, kecekatan dalam bekerja dan tidak mudah putus asa, selalu murah senyum, lemah
lembut dan ramah tamah dalam pelayanan, memiliki sikap sopan dan santun serta
menghormati pelanggan, selalu ceria dan mudah bergaul, fleksibel, serius dan memiliki
sikap tanggung jawab yang tinggi, dan memperhatikan norma-norma agama ketika melayani
pelanggan.
Kecepatan dan ketepatan dalam proses pelayanan sangat dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kepuasan yang muncul akan menumbuhkan
sikap loyalitas, sehingga eksistensi pedagang ritel tradisional tidak tenggelam oleh adanya
ritel modern.
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
Waktu Buka Toko
Atur waktu dalam membuka ataupun menutup kios/toko agar pelanggan tidak kecewa ketika
berkunjung karena toko ternyata sudah tutup. Waktu buka toko secara langsung berpengaruh
pada loyalitas pelanggan, karena memudahkan pelanggan agar dapat memprediksi kapan
harus berkunjung untuk belanja.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kehadiran ritel modern dengan
fasilitas yang lebih memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada pelanggan dapat menggerus
perkembangan ritel tradisional apabila ritel tradisional tidak mengikuti perkembangan dan kreasi
serta inovasi baru. Persaingan yang semakin ketat pada masa yang akan datang memerlukan strategi
baru yang mampu menampung dan mengikuti perubahan lingkungan bisnis di masa mendatang.
Agar peritel tradisional dapat bertahan dalam persaingannya dengan peritel modern, selain harga,
variasi dan diferensiasi produk serta tata ruang dan display toko ada hal-hal lain yang perlu
ditingkatkan oleh para peritel dalam hal sumber daya manusia misalnya: keramahan dalam
pelayanan, kecepatan dalam pelayanan dan waktu buka toko.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiani, S., Sisharini, N., “Analysis of Competitiveness Traditional Retail to Modern Retails in
Consumer Perspective.” International Conference “Sustainable Development Goals 2030
Challenge and its Solutions, 11-12 August 2017.
Indiastuti, R., Hastuti, F., Azis, Y., “Analisis Keberlanjutan Pasar Tradisional Dalam Iklim
Persaingan Usaha yang Dinamis di Kota Bandung.” Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 10, No. 2,
Juli 2008.
Ismail, M., K. “Sustainability in Retail Industry : Competition Factors Among Small Retailers and
Supermarkets Agro-Food Business.” International Journal of Enterpreneurship, Vol. 22,
Special Issue, 2018.
Jatmiko, Rahmad Dwi, 2004. Manajemen Stratejik. Edisi 1. Cet. 2. Malang: UMM Press.
Soliha, E., “Analisis Industri Ritel di Indonesia.” Jurnal Bisnis dan Ekonomi ( JBE ), Vol. 15, No.
2, September 2008.
8
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..
Utomo, T. J., “Persaingan Bisnis Ritel : Tradisional VS Modern.” Jurnal Fokus Ekonomi. Vol. 6,
No. 1, Juni 2011
Yuniarti, Y., “Pengaruh Lokasi dan Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
Alfamart di Kelurahan Lingkar Selatan Kota Jambi.” Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 8, No. 2, November 2017.
Fike Meidiva1, Novita Ayuk Pratiwi1 BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. .. No. ..