Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PATOLOGI

TEORI-TEORI PROSES MENUA

Oleh
Putu Defri Githayani (P07120219062)
Ni Wayan Sri Wahyuni (P07120219067)
Ni Kadek Tika Diyanti (P07120219072)
Kadek Melinda Sukmadewi (P07120219073)
Kadek Fransiska Sintya Dewi (P07120219074)
Ni Made Winda Permatasari (P07120219076)
Ni Luh Putu Marsela Dewi (P07120219077)
Vena Herlina Harmin (P07120219084)

S.Tr Keperawatan / I B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
nikmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah patologi yang berjudul “Teori-
teori Proses Menua”. Atas nikmat yang diberikan pula kita dapat mempelajari dan
mengetahui ilmu yang belum kita ketahui. Kami berterimakasih kepada bapak dan ibu yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh
siapapun yang melihat dan membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya mungkin tugas makalah ini jauh dari kata sempurna,
masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu kami sangat menerima kritikan serta saran,
demi perbaikan dimasa yang akan datang serta sebagai sarana untuk membangun suatu
kesempurnaan. Semoga makalah yang kami buat ini bisa menjadi sesuatu yang sangat
bermanfaat dan berguna bagi orang - orang yang membacanya maupun kami sendiri yang
membuatnya. Kami selaku penyusun makalah ini memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.

Denpasar, 11 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1.  Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2.  Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3.  Tujuan Umum..........................................................................................................................2
1.4.  Tujuan Khusus.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1. Definisi Penuaan.......................................................................................................................3
2.2. Teori-Teori Penuaan................................................................................................................3
A.  Teori Biologis.........................................................................................................................3
B.  Teori Psikososiologis..............................................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................9
3.2. Saran..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Gerontologi, studi ilmiah tentang  efek penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan
penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari
penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatatn pada orang diusianya
yang telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan
keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.

Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi penuaan,
namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan
mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor
herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu
teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks
yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara
kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya


dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikosoaial. Penelitian
yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat
dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori
psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.

1.2.  Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan makalah ini
adalah bagaimana penjelasan mengenai teori-teori penuaan, yang meliputi:

1)   Teori Biologis, terdiri dari:

a.    Teori Radikal Bebas

b.    Teori Genetika

c.    Teori Cross Link

d.   Teori Wear and Tear

e.    Teori Imunologis

1
f.     Teori Neuroendokrin

g.    Riwayat Lingkungan

2)   Teori Psikososial, terdiri dari:

a.    Teori Kepribadian

b.    Teori Tugas Perkembangan

c.    Teori Disengagement

d.   Teori Aktivitas

e.    Teori Kontinuitas

1.3.  Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail lagi
mengenai mata kuliah keperawatan komunitas 2 khusus nya untuk materi tentang teori-teori
penuaan.

1.4.  Tujuan Khusus

1)   Untuk mengetahui tentang teori biologis dan macam-macam teori yang ada didalamnya.
2)   Untuk mengetahui tentang teori psikososial dan macam-macm teori yang ada didalamnya.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Penuaan

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994)

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena
lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua
dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam  maupun dari  luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya

3
2.2. Teori-Teori Penuaan
A.  Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi
dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya
kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tantang hubungan hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab
penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun
bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh
para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami
penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur
panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu
pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat
dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.

1)   Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang
sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi
dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid
yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan
dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya
akumulasi kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat
terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein.

2)   Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh pembentukan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan
panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA
menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-
teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu,
peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan

4
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular
dan selular.

3)   Teori Cross Link

Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin, komponen
jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, crosslink
diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekul-molekul yang
normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya
menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia
meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan
berserat.

4)   Teori Wear and Tear

Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak
sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan
suatu jadwal.

Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan
ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim
pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan
ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.

Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas, sehingga
ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan
rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat
meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut
telah mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih
sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur, berkurangnya kemunduran
fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.

5)   Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan
dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah
peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka
mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan
dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar
timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti
halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya.

5
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan promosi
kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi
dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi
sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat
mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara
nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.

6)   Teori Neuroendokrin

Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara sistem saraf
dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus selanjutnya para
ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam
sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem
saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.

Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah
waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah.
Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya,
sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering
dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat
memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan
menunggu respon mereka.

7)   Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri,
cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan
lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek ini
terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara
faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
B.  Teori Psikososiologis

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.

6
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa.
Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori
ini termasuk teori kepribadian.

1)   Teori Kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir
kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia. Jung mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan
memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui
aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.

2)   Teori Tugas Perkembangan

Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang
harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat
yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat
gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.

3)   Teori Disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat
dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi,
sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang
sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung
jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi

7
lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya
dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat
adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada generasi muda.

Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang cacat
dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai contoh,
dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti
bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak
individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan
tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak
lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80
sampai 90 tahun.

4)   Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat
bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang
pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian
diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah
memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan
oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain.
Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang
yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.

5)   Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang
menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan
memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat

8
keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia
mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi
dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.

Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau
faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui
selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga
menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan didalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang
perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan
pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.

9
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994)

Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir
sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).

Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik
sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi
mengenai proses menua.

Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada
lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-
aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia. 

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam
tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan
tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.

3.2. Saran

Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya
dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati, namun
beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak
cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.

10
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan
usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia
lanjut.

Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.

Sutisna Hilawan (1992), Patologi. Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

11

Anda mungkin juga menyukai