Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

“PERAN KOLABORATIF PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP


FARMAKOLOGI”

Oleh:

I Made Aditya Dwi Artawan (P07120219055)


I Gusti Ngurah Agung Ari kepakisan (P07120219059)
I Gede Made Krisna Dwipayana (P07120219064)
Luh Putu Sukma Wati (P07120219066)
Maria Sholasticha Putu Erlina S (P07120219068)
I Made Tantri Patrayana (P07120219069)
Dimas (P07120219085)
Putu Inggita Wahyu Utami (P07120219093)
Ni Made Cahyaning Upadani (P07120219096)
Pande Gede Angga Gustina Aryanto (P07120219097)
Putu Galih Kumara Yoga (P07120219099)
I Gusti Bagus Ade Oka Dwipayana (P07120219100)
Ni Made Arisasmita Candra Dewi (P07120219103)

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan nilai
mata kuliah Farmakologi Judul makalah ini adalah “Peran Kolaboratif Perawat Dalam
Melaksanakan Prinsip Farmakologi”.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :

1. selaku dosen yang mengajar di mata kuliah Farmakologi, yang telah memberi
dorongan, motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada penulis.
2. Pihak Keluarga yang sepenuhnya telah membantu dan memberi dorongan moril maupun
materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 02 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi


dengan dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan
yang aman. Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian
obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat
tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan,
perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Agar dapat menyusun
perencanaan keperawatan atau intervensi yang tepat berkaitan dengan pemberian obat,
perawat hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, penggolongan obat berdasarkan
sistem tubuh, meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan pertimbangan
pemberian obat pada pasien.. Cara pemberian obat yang benar akan memberikan efek dan
dampak yang bagus dan efektif kepada proses penyembuhan penyakit. Pemberian obat
yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu tanggung jawab penting bagi seorang
perawat yang dilakukan di tempat pelayaan kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan
puskesmas.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan prinsip farmakologi ?
2. Apa saja prinsip dalam pemberian obat ?
3. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kolaborasi pemberian
obat?
4. Bagaimana proses pengelolaan obat?
1.3 Tujuan 
1. Untuk mengetahui peran kolaboratif perawat dalam melaksanakan prinsip farmakologi
2. Untuk mengetahui prinsip dalam pemberian obat
3. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kolaborasi
pemberian obat
4. Untuk mengetahui proses pengelolaan obat

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini berisi tentang peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan prinsip
farmakologi yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi.
Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi 3 bab utama, yakni bab I
merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dari peran kolaboratif perawat dalam
melaksanakan prinsip farmakologi, rumusan masalah, serta tujuan penulisan makalah ini.
Bab II merupakan pembahasan yang berisi penjelasan yang dapat menjawab rumusan-
rumusan masalah di bab I. Bab III merupakan penutup dari makalah ini yang berisi
kesimpulan dan saran dari Pembahasan di bab II, dan daftar pustaka berisi semua sumber
yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Kolaboratif Perawat Dalam Melaksanakan Prinsip Farmakologi

Tujuan pengorganisasi farmakologi adalah agar dokter dan perawat dapat


memiliki dan menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran dan
keamanannya. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman .
Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat
tersebut merupakan kontra indikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah
diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-
buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,  Physicians‘ Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan
perawat  jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,
kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan
dari pengobatan  ( Kee and Hayes, 1996 ).

Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting,
karena :
a.   Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien.
b.   Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa
obat itu benar diminum oleh pasien.
c.   Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu.
d.   Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2.2 Prinsip-Prinsip Pemberian Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha
membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu
menggunakan prinsip 12 benar, yaitu :

a. Benar Klien
Klien yang benar dapat  dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab
dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus
diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang
identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien dan meminta klien
menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama
sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada
setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang,
perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan. Dalam
keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja,
atau klinik), perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi
setiap orang pada saat memberikan pengobatan.
b. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh seorang dokter,
dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik
dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk
pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Perintah
pengobatan mungkin diresepkan menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen
dari perintah pengobatan adalah :

1) Tanggal perintah ditulis,


2) Nama obat,
3) Dosis obat,
4) Rute pemberian,
5) Frekuensi pemberian, dan
6) Tanda tangan  dokter atau pemberi asuhan kesehatan.
Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah
yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah
pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera
menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya.
Perawat bertanggungjawab untuk mengikuti perintah yang tepat. Perawat
harus menghindari kesalahan yaitu dengan membaca label obat minimal 3x:
1) Pada saat melihat botol atau kemasan obat
2) Sebelum menuang atau mengisap obat
3) Setelah menuang atau mengisap obat
 Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
 Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
 Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
c. Benar Dosis Obat
 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan.
 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan atau diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

d. Benar Waktu Pemberian


 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
 Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d
( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat dengan waktu paruh
pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu.
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat
yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
unutk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.
 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah
makan atau bersama makanan.
 Memberikan obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

e. Benar Cara Pemberian


 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan
memadai.
 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan
obat-obat peroral.
 Menggunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral.
 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan
klien sampai obat oral telah ditelan.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda, factor yang menentukan
rute pemberian terbaik ditentukan oleh :
1) Keadaan umum pasien
2) Kecepatan respon yang diinginkan
3) Sifat kimiawi dan fisik obat, dan
4) Tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan secara :
1. Oral
Yaitu rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena :
-    Ekonomis
-    Paling nyaman dan aman.
2. Parenteral
Yaitu pemberian obat tidak melalui saluran cerna, dapat melalui :
-          Intravena (IV)
-          Intramuskuler (IM)
-          Intracutan (IC)
-          Subcutan (SC)
3. Topikal
Yaitu pemberian obat dalam bentuk krim, salep, lotion
4. Rektal
Obat dapat diberikan melalui rute rectal berupa : enema atau supositoria.
Pemberian obat melalui rectal dilakukan untuk memperoleh efek local,
seperti pada pasien konstipasi atau hemorrhoid.
5. Inhalasi
Saluran nafas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
dengan demikian berguna untuk memberi obat secara local pada saluran
nafas, misalnya : Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien ashma,
atau dalam keadaan darurat ( misalnya terapi oksigen ).

f. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

g. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien


Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan
pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan
obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan
benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang
diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan
dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit dan sebagainya.
h. Benar Hak Klien untuk Menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat. Informed consent adalah
tindakan medik dinamakan juga informed consent. Consent artinya
persetujuan, atau izin. Jadi informed consent adalah persetujuan atau izin
oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan
tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-
lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikkan,
menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan,
melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya
 Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah
mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan
pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu
keputusan.
 Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah
tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan ,
alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk
mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu
pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika  pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut  juga diperlukan
jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin (  Taylor, Lillis and LeMone,
1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).

i. Benar Pengkajian
Perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital pasien sebelum
melakukan tindakan pemberian obat.
j. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.

k. Benar Reaksi terhadap Makanan


Obat memliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat
itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh
kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya
tetrasiklin dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan
misalnya indometasin.

l. Benar Reaksi dengan Obat Lain


Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol
penggunaan pada penyakit kronis.

2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melaksanakan Kolaborasi Pemberian


Obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kolaborasi pemberian obat
adalah :
a. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan
tenang.
b. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika
mempersiapkan obat :
 Saat mengambil obat
 Saat membuka/menuang atau mencampur
 Saat mengembalikan.
c.    Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak
jelas jangan dipakai.
d.   Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar : (1) Benar
Pasien, (2) Benar Obat, (3) Benar Dosis, (4) Benar Cara/Rute, (5) Benar
Waktu, (6) Benar Dokumentasi, (7) Benar Evaluasi, (8) Benar Pengkajian,
(9) Benar Reaksi dengan Obat Lain, (10) Benar Reaksi Terhadap Makanan,
(11) Benar Tidak Expired, (12) Benar Pendidikan Perihal Medikasi Klien
e.    Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
f.     Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain,
kecuali jelas ditugaskan kepada kita.
g.    Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
h.    Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien
setelah memberikan obat.
i.     Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan
masing-masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan
lain-lain.
j.     Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat
pada tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.
k.    Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan
sejajar dengan mata.
l.     Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
m.  Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan
kepada yang bertanggung jawab.
n.    Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
 Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:

a.      Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai


mengenai obat.

b.      Mendukung keefektivitasan obat.

c.       Mengobservasi efek samping dan alergi obat

d.      Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat

e.       Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat

f.       Perawatan, pemeliharaan dan pemberian obat-obatan merupakan tanggung


jawab besar bagi perawat.

Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan


pengintrepretasian instruksi sesuai dengan penatalaksanaan obat. Obat harus
diberikan perawat dengan membawa resep tertulis. Tanggung jawab ini hanya
bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang memiliki wewenang.

Berdasarkan hal-hal tersebut, jelas bahwa pemberian obat pada klien


merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan
pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-
obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan
prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

2.4 Pengelolaan Obat

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu


tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan
sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan obat adalah
tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a.              Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek.
b.              Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien.
c.              Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik.
d.             Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif.
e.              Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai
jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan.
f.               Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat.
g.              Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat
kegiatan yaitu :
a.              Perumusan kebutuhan (selection)
b.             Pengadaan (procurement)
c.              Distribusi (distribution)
d.             Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi
manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk
kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang
pengelolaan yang terdiri dari :
a.       Pengelolaan Organisasi
b.      Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c.       Pengelolaan informasi
d.      Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut
di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal framework)
yang mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat. Hubungan antara kegiatan, sistem
pendukung dan dasar pengelolaan obat dapat digambarkan sebagai berikut :
  
Dari gambar diatas, prinsip utama dari empat kegiatan pengelolaan obat adalah adanya
keterkaitan dan keterpaduan pada semua kegiatan. Sebagai suatu sistem, maka keempat
kegiatan tersebut dapat dilihat sebagai rangkaian proses dari masukan – proses – luaran.
Dengan demikian fungsi seleksi merupakan proses yang mengolah masukan yang berasal
dari penggunaan obat dan menghasilkan luaran yang selanjutnya diproses pada kegiatan
pengadaan dan seterusnya.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat
lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
·          Seleksi 
Meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi masyarakat,
pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
·          Pengadaan
Meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan,
pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu
·          Distribusi
Meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
·          Penggunaan
Meliputi pelayanan farmasi
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen obat  untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu
kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu,
berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan
dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan
operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

Peran Perawat dalam Pengelolaan Obat


Peran dalam sentralisasi obat (Nursalam, 2007)
1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama pasien dirawat
e. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
2. Perawat primer lain dan supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tujuan pengorganisasi farmakologi adalah agar dokter, perawat dan apoteker dapat
memiliki dan menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran
dan keamanannya. Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak
sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar : Benar Pasien,
Benar Obat, Benar Dosis, Benar Cara/Rute, Benar Waktu, Benar Dokumentasi,
Benar Evaluasi,Benar Pengkajian, Benar Reaksi dengan Obat Lain, Benar Reaksi
Terhadap Makanan, Benar Tidak Expired, Benar Pendidikan Perihal Medikasi Klien.
Untuk tercapainya tujuan dalam farmakologi perlu adanya pengelolaan obat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.

3.2 Saran
1. Seorang tenaga kesehatan diharapkan mengetahui jenis-jenis obat, penggolongan
obat berdasarkan sistem tubuh, meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek
samping dan pertimbangan pemberian obat pada pasien, sehingga mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan kewenangan
profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih bai

DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Farmakologi-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf.

https://id.scribd.com/document/147563675/Peran-Kolaborasi-Perawat-Dalam-
Felaksanaan-Farmakologi

https://id.scribd.com/doc/297736761/Pengelolaan-Obat

Anda mungkin juga menyukai