MIKROBIOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSSITAS MATARAM
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Buku ajar Mikrobiologi ini disusun dengan kompilasi dari beberapa sumber
dengan maksud dan tujuan membantu mahasiswa dalam mempelajari/memahami
Mikrobiologi pada Program Diploma III Peternakan. Keahlian dan keterampilan
kerja di laboratorium juga sangat membantu dalam memahami teori yang telah
diperoleh pada waktu mengikuti perkuliahan sehingga dapat tercipta korelasi yang
saling membangun antara teori dengan kenyataan.
Buku ajar ini disusun rinci dan sistematis, dilengkapi dengan gambar sehingga
memudahkan mahasiswa memahami cakupan materi dalam kuliah mikrobiologi.
Materi yang disajikan dalam buku ini mencakup bakteri, jamur, yeast, dan virus,
sesuai dengan materi Mikrobiologi pada umumnya.
Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan mikrobiologi serta bagi mahasiswa yang memerlukannya. Segala kritik
dan saran yang bersifat membangun tentang isi buku ini sangat dihargai demi
perbaikan kualitas lebih lanjut.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
I. Pendahuluan 4
IV. Bakteri 21
VIII. Virus 71
Daftar Pustaka 83
3
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian Mikroba
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga
pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat
tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm.
Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (p), 1 mikron adalah 0,00 1 mm. Sel
mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop,
walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat
tanpa alat pembesar.
4
karena ukurannya, sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang
mempunyai sifat antara plantae dan animalia.
Sel mikroba yang ukurannya sangat kecil ini merupakan satuan struktur
biologi. Banyak mikroba yang terdiri dari satu sel saja (uniseluler), sehingga
semua tugas kehidupannya dibebankan pada sel itu. Mikroba ada yang
5
mempunyai banyak sel (multiseluler). Pada jasad multiseluler umumnya sudah
terdapat pembagian tugas diantara sel atau kelompok selnya, walaupun organisasi
selnya belum sempurna.
Selain yang bersifat seluler, ada mikroba yang bersifat nonseluler, yaitu
virus. Virus adalah jasad hidup yang bersifat parasit obligat, berukuran super
kecil atau submikroskopik. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Struktur virus terutama terdiri dari bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel
dan tidak dapat membentuk energi sendiri serta tidak dapat berbiak tanpa
menggunakan jasad hidup lain.
Tabel 1.1. Perbedaan sifat antara virus dengan jasad bersel
6
Selain virus ada jasad hidup yang disebut viroid, yaitu bahan genetik RNA
yang bersifat infeksius (dapat menginfeksi) sel inang. Viroid membawa sifat
genetiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang. Jasad yang lebih
sederhana dari virus adalah prion, yang terdiri suatu molekul protein yang infeksius.
Adanya kenyataan ini merupakan perkecualian sistem biologi, sebab prion
menyimpan sifat genetiknya di dalam rantaian polipeptida, bukan di dalam RNA
atau DNA. Prion dapat menggandakan diri di dalam sel inang dengan mekanisme
yang belum diketahui dengan jelas.
7
II. SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI
A. Penemuan Animalculus
Fransisco Redi (1665), memperoleh hasil dari percobaannya bahwa ulat yang
berkembang biak di dalam daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut
disimpan di dalam suatu tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging. Percobaan
lain yang dilakukan oleh Lazzaro Spalanzani memberi bukti yang menguatkan
bahwa mikroba tidak muncul dengan sendirinya, pada percobaan menggunakan kaldu
ternyata pemanasan dapat menyebabkan animalculus tidak tumbuh. Percobaan ini
juga dapat menunjukkan bahwa perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam
8
arti terbatas menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada bahan tersebut.
Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak membuktikan
bahwa teori abiogenesis tidak mungkin, tetapi tetap tidak dapat menjawab
asal usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur yang penting adalah (1) Udara
mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak merata, (2) Cara pembebasan
cairan dan bahanbahan dari mikrobia, yang sekarang dikenal sebagai
pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk mematikan beberapa
jenis mikroba tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih
62oC. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan mikroba dengan pemanasan dan
tekanan tinggi, cara ini merupakan penemuan bersama ahli yang lain.
Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan yang
mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan
diulang beberapa kali atau dikenal sebagai Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan
pada suhu 100oC selama 30 menit, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama
24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri
berspora yang masih hidup akan berkecambah membentuk fase pertumbuhan /
termolabil, sehingga dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya.
9
D. Peran Mikroba Dalam Transformasi Bahan Organik
Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan susunan
kimianya. Perubahan kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai
fermentasi (pengkhamiran) dan pembusukan (putrefaction). Fermentasi merupakan
proses yang menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya terjadi pada
bahan yang mengandung karbohidrat. Pembusukan merupakan proses
peruraian yang menghasilkan bau busuk, seperti pada peruraian bahan yang
mengandung protein.
Pada tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah
menemukan bahwa zat gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai
adanya khamir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan gula menjadi alkohol
dan CO2 merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis ini
ditentang oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat
bahwa fermentasi dan pembusukan merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat
dibuktikan pada tahun 1812 telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari
senyawa anorganik.
10
dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat, proses fermentasi menjadi
terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2 istilah,
(1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak memerlukan Oksigen, dan (2)
kehidupan aerob, untuk mikroba yang memerlukan Oksigen.
F. Penemuan Enzim
11
G. Mikroba Penyebab Penyakit
Pasteur menggunakan istilah khusus untuk mengatakan kerusakan
pada minuman anggur oleh mikrobia, yaitu disebut penyakit Bir. la juga
mempunyai dugaan kuat tentang adanya peran mikroba dalam menyebabkan
timbulnya penyakit pada jasad tingkat tinggi. Bukti-buktinya adalah dengan
ditemukannya jamur penyebab penyakit pada tanaman gandum (1813), tanaman
kentang (1845), dan penyakit pada ulat sutera serta kulit manusia.
Pada tahun 1850 diketahui bahwa dalam darah hewan yang sakit
antraks, terdapat bakteri berbentuk batang. Davaine (1863-1868) membuktikan
bahwa bakteri tersebut hanya terdapat pada hewan yang sakit, dan penularan
buatan menggunakan darah hewan yang sakit pada hewan yang sehat dapat
menimbulkan penyakit yang sama. Pembuktian bahwa antraks disebabkan oleh
bakteri dilakukan oleh Robert Koch (1876), sehingga ditemukan "postulat Koch"
yang merupakan langkah-langkah untuk membuktikan bahwa suatu mikroba adalah
penyebab penyakit.
2. Mikroba tersebut dapat diisolasi dari jasad sakit dan ditumbuhkan dalam
bentuk biakan murni.
3. Apabila biakan murni tersebut disuntikkan pada hewan yang sehat dan peka,
dapat menimbulkan penyakit yang sama.
4. Mikrobia dapat diisolasi kembali dari jasad yang telah dijadikan sakit tersebut.
H. Penemuan Virus
Iwanowsky menemukan bahwa filtrat bebas bakteri -(cairan yang telah
disaring dengan saringan bakteri)- dari ekstrak tanaman tembakau yang terkena
penyakit mozaik, ternyata masih tetap dapat menimbulkan infeksi pada tanaman
tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini kemudian diketahui adanya jasad hidup
yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari bakteri (submikroskopik) karena
12
dapat melalui saringan bakteri, yaitu dikenal sebagai virus.
I. Mikrobiologi Tanah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobia berperan atas perubahan
kimiawi yang terjadi di dalam tanah. Peranan mikrobia dalam beberapa siklus
unsur hara yang penting, seperti siklus Karbon, Nitrogen, Sulfur, ditunjukkan oleh
Winogradsky dan Beijerinck.
13
Di atmosfer Oksigen hampir tidak ada, dan lapisan ozon sangat tipis,
sehingga sinar ultra violet banyak mengenai bumi. Radiasi uv, suhu tinggi dan
loncatan bunga api listrik, menyebabkan sejumlah bahan anorganik yang ada
berubah menjadi bahan organik, serta terjadinya evolusi pada bahan-bahan
organik menjadi lebih kompleks, atau mulai terbentuk makromolekul. Diduga
makromolekul akan saling bergabung membentuk semacam membran, yang
kemudian mengelilingi suatu cairan, dan akhirnya terbentuk suatu organisme seluler.
Selanjutnya untuk mengevolusikan jasad bersel tunggal menjadi bersel majemuk
memerlukan waktu kurang lebih 2,5 milyar tahun. Untuk mengevolusikan jasad
bersel majemuk menjadi reptil sampai binatang menyusui memerlukan waktu
milyaran tahun lagi.
Teori asal mula kehidupan diatas didukung oleh penemuan S. Miller (1957)
dan H. Urey (1954). Bejana Miller diisi dengan gas CH4, NH3, H2O, dan H2. Gas-
gas tersebut dibiarkan bersirkulasi terus-menerus melalui loncatan bunga api listrik,
kondensor, dan air mendidih. Seminggu kemudian ternyata menunjukkan
terbentuknya senyawa organik seperti asam amino glisin dan alanin, serta asam organik
seperti asam suksinat. Dengan merubah bahan dasar dan energi yang diberikan
dalam aparat Miller, maka dapat disintesa senyawa-senyawa lain seperti
polipeptida, purin, dan ATP. Makromolekul inilah yang diduga sebagai awal
terbentuknya kehidupan.
K. Penggunaan Mikroba
1. Penggunaan mikroba untuk proses-proses klasik, seperti khamir untuk
membuat anggur dan roti, bakteri asam laktat untuk yogurt dan kefir, bakteri asam
asetat untuk vinegar, jamur Aspergillus sp. untuk kecap, dan jamur Rhizopus sp.
untuk tempe.
14
4. Penggunaan mikroba dalam teknik genetika modern, seperti untuk pemindahan
gen dari manusia, binatang, atau tumbuhan ke dalam sel mikrobia, penghasilan
hormon, antigen, antibodi, dan senyawa lain misalnya insulin, interferon, dan
lain-lain.
15
III. SEL MIKROBA DAN STRUKTURNYA
A. Pendahuluan
Unit fisik terkecil dari organisme hidup adalah sel. Komposisi material sel
pada semua organisme adalah sama yaitu: DNA, RNA, protein, lemak dan
fosfo lipid, yang merupakan komponen dasar semua jenis sel. Namun demikian
pengamatan lebih teliti menunjukkan adanya perbedaan sangat mendasar antara sel
bakteri dan sianobakteria di satu pihak dengan sel hewan dan tumbuhan di lain
pihak.
Ada dua tipe sel yaitu: sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik
merupakan tipe sel pada bakteri dan sianobakteria / alga biru (disebut jasad
prokariot). Sel eukariotik merupakan tipe sel pada jasad yang tingkatnya lebih
tinggi dari bakteri (disebut jasad eukariot) yaitu khamir, jamur (fungi), alga selain
alga biru, protozoa dan tanaman serta hewan.
Tabel 3.1. Perbedaan kedua tipe jasad itu adalah sebagai berikut
Struktur Prokariot Eukariot
Macam mikroba Bakteri dan Algae umumnya,
Sianobakteria (Algae hijau-biru) Fungi, Protozoa,
Plantae, animalia
Ukuran sel <1-2 x 1-4 p (mikron) > 5 p (mikron)
Struktur genetik:
- Membran inti Tidak ada 1
(siklis) tidak ada
- Jumlah kromosom >1
ada tidak terikat
- Mitosis ada
histon
- DNA inti terikat histon
- DNA organel tidak ada ada
- %G+CDNA 28-73 +40
Struktur dalam sitoplasma:
- Mitokondria Tidak ada Ada
- Kloroplas Tidak ada Ada /
- Ribosom plasma 70 S*) tidak ada
- Ribosom organel tidak ada 80 S*)
- Retikulum tidak ada ada(70S*))
endoplasmik ada
- Aparat golgi tidak ada ada
- Fagositosis tidak ada ada / tidak ada
- Pinositosis tidak ada ada / tidak ada
-13
Keterangan: *) S : konstante pengendapan Svedberg = 1 x 10 detik/dyne/gram
16
B. Se! Prokariotik
Tipe sel prokariotik mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
sel eukariotik. Beberapa sel bakteri Pseudomonas hanya berukuran 0,4-0,7
diameternya dan panjangnya 2-3. Sel ini tidak mempunyai organela seperti
mitokondria, khloroplas dan aparat golgi.
Ukuran genom sel prokariot berbeda dengan sel eukariot. Jumlah DNA
penyusun pada sel prokariot berkisar antara 0,8-8.106 pasangan basa (pb) DNA.
DNA pada sel eukariot mempunyai pasangan basa lebih tinggi, sebagai contoh:
Neurospora 19.106; Aspergillus niger 40.106; Jagung 7.109; dan manusia 29.109.
Sel prokariotik tidak seluruhnya membutuhkan oksigen, misalnya pada bakteri
anaerob.
C. Se! Eukariotik
Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti. Inti
sel mengandung bahan genetis berupa genome/ DNA. Seluruh bahan genetis
tersebut tersusun dalam suatu kromosom. Di dalam kromosom terdapat DNA yang
berasosiasi dengan suatu protein yang disebut histon. Kromosom dapat mengalami
pembelahan melalui proses yang dikenal sebagai mitosis.
17
D. Struktur Sel
1.Inti Sel
Inti sel eukariotik pada interfase dikelilingi oleh suatu membran. Membran
terdiri atas 2 lapisan lemak (lipid bilayers). DNA pada inti tersebar dalam suatu
struktur yang disebut kromosom. Pembelahan inti dari satu menjadi dua anak inti
dikenal sebagai mitosis. Pada tanaman dan hewan tingkat tinggi dikenal adanya
reproduksi secara seksual. Pada saat pembuahan, ke dua inti dari sel jantan dan
sel betina (gamet) melebur membentuk sigot. Masing-masing jenis gamet
menyumbang sejumlah (n) kromosom. Dengan demikian sigot mengandung dua set
kromosom (2n). Apabila gamet bersifat haploid, maka sigot bersifat diploid.
Semua sel somatik bersifat diploid (mengandung 2 set kromosom). Pada saat
generasi seksual berikutnya, kromosom normal (2n) mengalami segregasi
menjadi haploid. Proses pengurangan separo kromosom dari 2n menjadi n
kromosom disebut meiosis.
3.Dinding Sel
Dinding sel bakteri bersifat agak elastis. Dinding sel tidak bersifat
18
permeabel terhadap garam dan senyawa tertentu dengan berat molekul rendah.
Secara normal konsentrasi garam dan gula yang menentukan tekanan osmotik di
dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel. Apabila tekanan osmose di luar sel naik,
air sel akan mengalir keluar, protoplasma mengalami pengkerutan, dan membran
akan terlepas dari dinding sel. Proses ini disebut dengan plasmolisis.
Rangka dasar dinding sel bakteri: Rangka dasar dinding sel bakteri
adalah murein peptidoglikan. Murein tersusun dari N-asetil glukosamin dan N-
asetil asam muramat, yang terikat melalui ikatan 1 ,4--glikosida. Pada N-asetil
asam muramat terdapat rantai pendek asam amino: alanin, glutamat,
diaminopimelat, atau lisin dan alanin, yang terikat melalui ikatan peptida. Peranan
ikatan peptida ini sangat penting dalam menghubungkan antara rantai satu
dengan rantai yang lain. Komponen dan struktur dinding sel prokariot ini sangat
unik, dan tidak dijumpai pada sel eukariotik.
Dinding sel bakteri gram positif: Dinding sel bakteri gram positif terdiri 40
lapis rangka dasar murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri.
Senyawa lain penyusun dinding sel gram positif adalah polisakarida yang terikat
secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik.
Dinding sel bakteri gram negatif: Dinding sel bakteri gram negatif hanya
terdiri atas satu lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat
kering dinding sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak
mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut terdapat sejumlah besar
lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan
80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini.
Penisilin akan bekerja aktif terhadap dinding sel gram positif yang
sedang membelah. Senyawa ini mengakibatkan sel tumbuh tidak beraturan.
Dalam hal ini penisilin menghambat pembentukan dinding sel.
19
4. Flagel dan Pili
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Letak flagel dapar polar,
bipolar, peritrik, maupun politrik. Flagel mengakibatkan bakteri dapat bergerak
berputar. Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut flagelin, yang
mempunyai berat molekul rendah. Ukuran flagel berdiameter 12-18 nm dan
panjangnya lebih dari 20 nm. Pada beberapa bakteri, permukaan selnya dikelilingi
oleh puluhan sampai ratusan pili, dengan panjang 12 nm. Pili disebut juga sebagai
fimbrae. Sex-pili berperan pada konjugasi sel. Pada bakteri Escherichia coli strain
K-12 hanya dijumpai 2 buah pili.
20
IV. BAKTERI
A. Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk klas
Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri
tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik.
Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik,
patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam,
dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut.
Klasifikasi Bakteri
A. Bakteri berbentuk kokus (bulat)
a.Bakteri kokus gram positif (grup 14)
Aerobik: Micrococcus' Staphylococcus' Streptococcus' Leuconostoc Anaerobik:
Methanosarcina' Thiosarcina' Sarcina' Ruminococcus.
21
b.Bakteri kokus Gram negatif
Aerobik: Neisseria Moraxella Acinetobacter Paracoccus (grup 10) Anaerobik:
Veillonella Acidaminococcus Megasphaera (grup 11)
22
Alcaligenes Brucella Legionella Thermus. Bakteri Azotobacter, Beijerinckia,
Derxia, Rhizobium termasuk diazotroph yang dapat menambat nitrogen dari
udara. Azotobacter, Beijerinckia, dan Derxia cara hidupnya bebas tidak
bersimbiosis, Rhizobium hidupnya dapat bersimbiosis dengan akar tanaman
leguminosa dengan membentuk bintil akar.
23
Aerobik: Halobacterium Halococcus Thermoplasma. Bakteri ini ada yang tahan
hidup pada kadar garam tinggi dan dan ada yang tahan pada suhu
tinggi.
c. Spirochaeta (grup 5)
Aerobik dan anaerobik: Spirochaeta Cristispira Treponema Borrelia
Leptospira. Bakteri ini berbentuk benang tipis dan terulir. Dinding sel tipis dan
lentur. Bakteri ini dapat bergerak dengan cara kontraksi sel menurut garis
sumb selnya. Selnya berukuran0,1-3 p, x4-8 p,.
24
Contoh: Beggiatoa, Thiothrix Achromatium.
Merupakan bakteri yang berukuran paling kecil, tetapi lebih besar dari
virus, yaitu 0,3x2 µm. Bentuk sel pleomorfik, dapat berupa batang, kokus, atau
filamen. Bakteri ini cara hidupnya sebagai parasit sejati (parasit obligat) di dalam
sel jasad lain dan bersifat patogen. Hidupnya intraselular di dalam sitoplasma dan
inti sel binatang dan manusia. Oleh karena itu bakteri kelompok ini merupakan
penyebab penyakit, yang biasanya ditularkan oleh vektor serangga. Contoh:
Rickettsia prowazekii Chlamydia trachomatis Coxiella burnetii.
25
bakteri sejati (Eubakteria) atau bentuk speroplas sel eubakteria, sehingga sifatnya
mirip bakteri sejati. Mycoplasma berukuran 0,001-7 µm. Umumnya lebih besar
dari Rickettsiae dan dapat dicat dengan cat anilin. Ukuran koloni mencapai 10-
600 g. Selnya berbentuk kokus, filamen, roset, dan sangat pleomorfik. Selnya
dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan
perkecambahan. Cara hidupnya sebagai saprofit atau patogen. Contoh:
Mycoplasma mycoides M. homonia M. orale, Acholeplasma Spiroplasma.
26
berflagela. Cara hidupnya bebas, dan berasosiasi simbiosis. Umumnya dapat
menambat nitrogen dari udara, dan bersifat fotoautotrofobligat. Contoh: Gloeobacter
Gloeocapsa Dermocarpa Spirulina Nostoc Anabaena Oscillatoria Calothrix
Cylindrospermum. Anabaena azollae dapat bersimbiosis dengan tanaman paku air
Azolla sp. dan Nostoc bersimbiosis dengan jamur membentuk Lichenes.
Tidak ada satupun perangkat kondisi yang memuaskan bagi kultivasi semua
bakteri di laboratorium. Bakteri amat beragam baik dalam persyaratan nutrisi
maupun fisiknya. Beberapa bakteri mempunyai persyaratan nutrien yang sederhana,
sedangkan yang lain mempunyai persyaratan yang rumit. Beberapa spesies tumbuh
pada suhu serendah 0 °C, sedangkan yang lain tumbuh pada suhu sampai 75 °C.
Beberapa membutuhkan oksigen bebas, sedangkan yang lain dihambat oleh oksigen.
Karena alasan ini maka kondisi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan bagi kelompok bakteri tertentu yang sedang ditelaah.
Pada umumnya bakteri tumbuh melalui pembelahan biner yang berarti satu sel
induk membelah menjadi 2 sel anakan dengan ukuran yang sama besar, dan identik
dengan sel induknya. Tahap pertama pembelahan adalah sel induk memanjang dan
pembagian DNA kromosom menjadi 2 bagian. Dinding sel dan membran sel
kemudian tumbuh kedalam tempat pada bagian diantara dua bagian DNA kromosom,
ahirnya akan terbentuk 2 sel anakan. Setiap sel anakan tersebut nantinya akan
27
melakukan pembelahan menjadi 2 sel, demikian seterusnya sehingga dalam periode
waktu tertentu dari satu sel bakteri akan menjadi banyak seperti tampak pada skema
berikut:
Selinduk 1 2 4 8
Generasi 0 generasi 1 generasi 2 generasi 3
Bakteri fotosintesis
Chloropseudomonas ethylicum 7
Rhodopseudomonas spheroides 2,40
Rhodospirillum rubrum 5
Khamir
Saccharomices cerevisiae 2
Protozoa
Paramaecium caudatum 10,50
Stentor coureleus 32
28
Pertumbuhan Sel Bakteri
Arti Pertumbuhan
Masih ada perbedaan pendapat dari para ilmuwan dalam memberikan arti dari
pertumbuhan. Ada yang mengartikan pertumbuhan hanya terbatas pada pertambahan
jumlah sel, ada juga yang mengartikan pertumbuhan ditinjau dari individu sel
pertambahan jumlah sel.
Pertumbuhan individu sel mempunyai pengertian bahwa sel itu menjadi lebih
besar karena ukurannya bertambah. Bagian-bagian sel atau isi sel bertambah banyak.
Pertumbuhan yang diartikan bertambah banyaknya sel lebih tepat diartikan
pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi itu merupakan akibat dari
pertumbuhan sel secara individu. Jadi pertumbuhan sel secara individu juga berarti
pembelahan sel atau perkembangbiakan sel.
Pertumbuhan populasi bakteri
Hubungan antara jumlah sel dan waktu pertumbuhan dapat digambarkan dengan
kurva pertumbuhan. Jumlah sel dapat dinyatakan dengan skala biasa (aritmatika)
atau dengan logaritma, yang lebih mudah menggambarkan dan menganalisisnya.
Kurva pertumbuhan itu ternyata tidak merupakan garis lurus, yang menggambarkan
semakin lama waktu pertumbuhan semakin banyak jumlah selnya. Akan tetapi
berupa lonceng yang terbagi menjadi fase-fase tertentu. Secara mendasar fase
pertumbuhan ada 4 yaitu:
1. Fase Lag
Pada fase ini belum ada pertumbuhan (kecepatan pertumbuan nol). Sel-sel
pada fase ini menunjukkan gejala adaptasi terhadap lingkungan yang baru (baru
dipindahkan dari medium lama kedalam medium baru). Sel-sel mulai membesar dan
memerlukan bahan-bahan penting, enzim-enzim yang perlu disintesis. Dari jasadnya
sendiri fase ini diperlukan karena untuk melakukan pembelahan sel harus siap. Akan
tetapi dari sisi industri, fase ini sangat merugikan karena memakan waktu. Oleh
29
karena itu dalam industri yang menggunakan inokulum, fase ini perlu dicegah.
2. Fase Log (Logaritma)
Pada fase ini sel-sel mulai membelah sampai kecepatan pertumbuhan
mencapai maksimum. Jumlah sel bertambah secara eksponensial dengan waktu
generasi yang konstan. Semua sel tumbuh pada kecepatan dan interval yang sama.
Ukuran sel pada fase ini homogen tetapi tidak besar ukurannya. Kegiatan metabolik
yang paling aktifdibandingkan dengan kegiatan itu pada fase lain, tetapi sel peka.
3. Fase Stasioner
Setelah fase log kecepatan pertumbuhan berangsur turun akhirnya nol. Pada
fase ini pertambahan jumlah sel dan sel yang mati sama banyaknya, sehingga
populasinya tetap, kegiatan metabolik sel rendah. Pada fase ini bahan buangan yang
bersifat toksik terhadap sel terkumpul. Nutrien yang tersedia sudah jauh berkurang
dibanding dengan fase sebelumnya. Suhu dan pH mediumnya berubah yang
mengakibatkan hambatan pertumbuhan.
4
2
1
Waktu inkubasi
Gambar 4.1. Kurva Pertumbuhan Sel Bakteri
30
Penentuan waktu Generasi dan kecepatan pertumbuhan
Pada fase Log bakteri tumbuh dengan kecepatan waktu generasi yang konstan.
Apabila di dalam medium mula-mula ditumbuhan sebanyak a bakteri maka generasi
yang berikutnya mempunyai jumlah bakteri sebanyak 2a dan seterusnya. Untuk
mengetahui waktu generasi dan kecepatan pertumbuhan masing-masing dengan kode
g dan K, diperlukan data:
Pada fase log tersebut jumlah sel bakteri pada waktu tertentu dapat dibuat
matrik sbb:
Generasi ke Jumlah sel pada generasi tertentu
0 b0=a
1 b1=2xa
2 b2= 2x 2xa 22a
3 b3=2x2x2xa 23a
4 b4=2x2x2x2xa 24a
. . .
. . .
n bn= 2na
Perhitungan:
b=2na ..............................................................................................1
logb =nlog2+loga .................................................... .2
log2 = 0,3010, maka
logb =0,3010n+loga .............................................. ..3
logb - loga
n= ________________________________________ 4
0,3010
31
Dari persamaan 4, maka:
t t
g= __________________ = 0,3010 ______________ 6
b b
Log ____ Log ____
a a
0,3010
Contoh perhitungan:
Di dalam media cair mula-mula dirumbuhkan sebanyak 50 sel bakteri, dan setelah 18
jam menjadi 8.935.000 sel. Untuk diketahui n dan g.
Jawab:
logb - loga 6,95109 – 1,69897
n= = = 17,45
0,3010 0,3010
t 18
= 1,04jam=62menit
g= ____________ =
n 17,45
Persyaratan Nutrisi
Semua bentuk kehidupan, dari mikroba sampai dengan manusia, mempunyai
persamaan dalam hal persyaratan nutrisi tertentu dalam bentuk zat-zat kimiawi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsinya yang normal. Pengamatan-
pengamatan berikut ini melukiskan hal tersebut dan juga menampakkan keragaman
yang sangat besar dalam hal tipe nutrisi yang dijumpai diantara bakteri.
32
juga membutuhkan senyawa karbon organik, seperti glukosa dan karbohidrat
lain. Banyak spesies bakteri yang membutuhkan karbondioksida sebagai sumber
karbonnya, bakteri semacam ini disebut bakteri autotrof. Bila mereka
memperoleh energinya dari cahaya maka disebut fotoaututrof, dan bila mereka
memperoleh energinya dari mengoksidasi senyawa kimiawi maka disebut
kemoautotrof. Bakteri yang lain serupa nutrisinya dengan hewan yaitu bahwa
mereka tidak dapat menggunakan karbondioksida sebagai satu-satunya sumber
karbon, dan bergantung autotrof untuk memproduksi karbohidrat dan senyawa
organik lain yang digunakannya sebagai makanan. Mikroba yang mensyaratkan
senyawa organik sebagai sumber karbonnya disebut heterotrof.
33
memperlihatkan pola yang beragam
7. Semua organisme membutuhkan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan
pertumbuhannya. Untuk bakteri, semua nutrien harus dalam bentuk larutan
sebelum dapat memasuki sel bakteri tersebut.
34
Media Bakteriologis
Tipe media
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri diimbangi oleh
tersedianya berbagai media yamg banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam
media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, seperti pada Tabel
4.2.
35
V. JAMUR DAN RAGI
D. Isi
3.1. Pendahuluan
Jamur terdapat disekitar lingkungan kita dan dapat memberikan pengaruh yang
menguntungkan maupun merugikan bagi kehidupan manusia. Jamur-jamur yang
terdapat di tanah memegang peranan penting sebagai dekomposer atau pengurai
jaringan hewan atau tumbuhan yang mati sehingga kesuburan tanah tetap terjaga.
Jamur yang mempunyai kemampuan untuk memfermentasi suatu bahan juga
memegang peranan dalam produksi anggur dan beer, roti, keju, industri enzym dan
antibiotika. Efek yang merugikan dari jamur mencakup penyebab kebusukan pada
makanan (spoilage), menimbulkan penyakit (noda-noda coklat) pada buah-buahan,
36
sayur-sayuran dan biji-bijian. Beberapa spesies jamur juga mampu memproduksi
toxin (aflatoxin) dan hallucinogens yang merugikan. Beberapa spesies jamur juga
sangat penting dalam dunia medis karena merupakan penyebab penyakit infeksi pada
hewan maupun manusia.
Golongan jamur mencakup lebih dari 55.000 spesies. Dan jumlah ini jauh
melebihi jumlah spesies bakteri. Banyaknya spesies jamur yang ada, menyebabkan
belum adanya kesatuan pendapat yang menyeluruh dari para ahli taksonomi tentang
klasifikasi jamur.
37
hidup pada pengapuran sisa tumbuhan atau hewan di tanah. Beberapa dari kelompok
ini merupakan parasit pada tumbuhan, insekta, hewan adan juga manusia. Hyphae
dari zygomycetes adalah coenocytic dengan inti tunggal. Spora aseksual umumnya
mudah disebarkan dengan bantuan angin, berkembang dalam sporangiospora pada
bagian ujung hyphae aerial. Reproduksi atau pembiakan seksual menghasilkan
zygote yang kuat dan berdinding sel tebal disebut zygospora. Zygospora dapat tetap
dormant ketika lingkungan terlalu buruk untuk pertumbuhan jamur. Salah satu
contoh dari divisi ini adalah jamur roti, Rhizopus stolonifer. Kelompok zygomycetes
juga berperan penting untuk kesejahteraan manusia. Sebagai contoh di negara kita,
jamur ini banyak digunakan dalam pembuatan tempe. Di negara lain jamur ini juga
digunakan dalam pembuatan keju,, industri minuman yang mengandung alkohol,
sebagai penegempuk daging, dan juga sebagai pengganti bahan pewarna pada
mentega.
Divisi Ascomycota
Divisi Basidiomycota
Divisi ini adalah jamur basidiomycetes yang lebih dikenal dengan nama ‘club
fungi’. Spesies dari basidiomycota mencapai 30.000 spesies termasuk ‘mushrooms’
38
jamur yang sering dikonsumsi. Basidiomycetes dinamakan berdasarkan struktur
karakterisstik atau selnya, basidium yang berperan dalam pembiakan seksual.
Basidium dibentuk atau diproduksi pada bagian ujung dari hyphae dan umumnya
berbeentuk seperti club atau payung. Basidiomycetes mempengaruhi kehidupan
manusia dengan beberapa cara. Kebanyakan dari jamur ini bersifat saprofit dan
pengurai. Banyak dari jenis jamur ini (mushrooms) juga digunakan sebagai sumber
makanan. Disamping menguntungkan bagi kehidupan manusia, spesies
basidiomycetes, Cryptoccus neoformans, merupakan patogen yang penting bagi
manusia. Spesies jamur ini menyebabkan penyakit yang disebut cryptococcosis yang
merupakan infeksi gangguan sistemik pada paru-paru dan susunan sarafpusat.
Divisi Deuteromycota
Divisi ini lebih dikenal dengan nama jamur tidak sempurna dan terdapat kira-
kira 3 0.000 spesies. Kebayakan jamur hidup pada daerah teresterial, bersifat saprofit
atau parasit pada tumbuhan. Jamur ini juga merupakan patogen pada manusia dan
menyebabkan penyakit sperti ringworm dan histoplasmosis. Aktivitas kimiawi dari
jamur tidak sempurna sangat penting bagi industri. Seperti contohnya spesies
Penicillium yang mensintesa antibiotika penicillin dan griseosulvin. Spesies lain dari
deuteromycetes juga digunakan dalam industri pembuatan keju.
39
sendiri. Sel tempat terjadinya spora disebut sporangium dan sporanya disebut
sporangiospora.
b. Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah
seperti tasbih. Dalam hal ini tidak ada sporangium, tipe spora disebut
konidiospora atau konidia, sedangkan tangkai pembawa konidia disebut
konidiofor.
d. Jika bagian-bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya,
maka bagian-bagian itu disebut artrospora atau oidiospora.
40
41
42
43
44
45
Pembiakan secara generatif (seksual) dilakukan dengan isogamet atau dengan
heterogamet. Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara jenis sel-sel kelamin
itu belum nampak sehingga semuanya disebut isogamet atau kadang-kadang diberi
tanda pengenal + dan – untuk membedakan jenisnya. Pada beberapa spesies lain
tampak adanya perbedaan mengenai besar kecilnya gamet-gamet, sehingga ada
penyebutan mikrogamet (sel kelamin jantan) dan makrogamet (sel kelamin betina).
46
Dalam kondisi yang serba optimum, jamur membiak dengan cepat sekali. Hanya
kekeringan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhannya.
3.4. Ragi
Ragi merupakan jamur uniseluler yang mempunyai satu inti atau nukleus.
Secara umum sel ragi lebih besar (berdiameter kira-kira 5 mikron) dibandingkan sel
bakteri, bervariasi dalam hal ukuran dan umumnya berbentuk spherical atau
berbentuk bulat seperti telur. Ragi tidak memiliki flagella seperti halnya bakteri
tetapi ragi memiliki organela-organela yang dimiliki kelompok eukariotik pada
umumnya.
Ragi berbiak secara aseksual atau vegetatif melalui pembentukan tunas baru
(budding). Tiap-tiap tunas yang terpisah dapat tumbuh menjadi individu baru atau
pada beberapa spesies dapat membentuk suatu koloni. Pada kondisi-kondisi tertentu,
reproduksi terjadi secara seksual melalui pembentukan tiga atau empat spora yang
dikenal sebagai oscospores di dalam sel ragi. Pada waktunya sel akan pecah dan
setiap spora berkembang menjadi ragi. Selama hidup, sebuah sel ragi dapat bertunas
20 sampai 30 kali pada area yang berbeda pada permukaannya.
Kata ragi biasanya dipakai untuk adonan atau ramuan yang digunakan dalam
pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, oncom, tape, roti, anggur,
brem dan lain-lainnya. Contoh dari ragi yang banyak digunakan adalah: berbagai
spesies dari genus Rhizopus dan genus Mucor yang digunakan dalam pembuatan
tempe, Neurospora sitophilia dan Monilia sitophilia yang digunakan dalam
pembuatan oncom. Ragi untuk membuat roti dan minuman keras terutama berasal
dari spesies Saccharomyces cerevisiae. Ragi atau yeast juga sering ditemukan pada
susu dan produk susu yang disimpan lama meskipun keberadaannya tidak
dikehendaki pada produk-produk susu, kecuali dalam pembuatan tipe-tipe keju
tertentu dan susu fermentasi.
47
Aspergillus Niger Aspergillusflavus Trichoderma harzianum
48
VI. ALGAE DAN PROTOZOA
A. ALGAE
Di dunia mikrobia, algae termasuk eukariotik, umumnya bersifat
fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru
kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi algae ada yang berbentuk
uniseluler, ada pula yang multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas pada sel-
sel komponennya. Algae dibedakan dari tumbuhan hanya karena hal tersebut.
1. Habitat algae
Habitat algae dapat berada di permukaan atau dalam perairan (aquatik)
maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, tetapi kebanyakan di
perairan.
Algae terestrial dapat hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-
lain. Algae darat dapat bersimbiose dengan jamur dan membentuk lumut kerak
(Lichenes). Pada lichenes algae bertindak sebagai fikobion, sedangkan jamur
sebagai mikobion. Algae yang dapat membentuk Lichenes adalah anggota dari
Chlorophyta, Xanthophyta, dan algae hijau biru (Cyanobacteria) yang termasuk
bakteri. Fikobion memanfaatkan sinar matahari untuk fotosintesa, sehingga
dihasilkan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikobion. Mikobion
memberikan perlindungan dan berfungsi untuk menyerap mineral bagi fikobion.
Pada beberapa kasus mikobion dapat menghasilkan faktor tumbuh yang dapat
dimanfaatkan oleh fikobion. Lichenes sangat lambat pertumbuhannya, tetapi
dapat hidup pada tempat ekstrem yang tidak bisa digunakan untuk tempat tumbuh
jasad hidup lain. Sebagai contoh Lichenes dapat tumbuh pada batuan dengan
keadaan yang sangat kering, panas dan miskin unsur hara atau bahan organik.
Lichenes menghasilkan asam-asam organik yang dapat melarutkan mineral batuan.
Algae laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus unsur-
unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang
kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa algae laut
bersel satu bersimbiosa dengan hewan invertebrata tertentu yang hidup di laut,
49
misalnya spon, koral, cacing laut. Kandungan beberapa pigmen fotosintetik pada
algae memberikan warna yang spesifik. Beberapa divisi algae dinamakan
berdasarkan warna tersebut, misalnya algae hijau, algae merah dan algae coklat.
2. Morfologi algae
Algae uniseluler (mikroskopik) dapat betul-betul berupa sel tunggal, atau
tumbuh dalam bentuk rantaian atau filamen. Ada beberapa jenis algae yang
sel-selnya membentuk koloni, misalnya pada Volvox, koloni terbentuk dari 500-
60.000 sel. Kolonikoloni inilah yang dapat dilihat dengan mata biasa.
3.Perkembangbiakan algae
Perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui proses yang disebut mitosis.
Kebanyakan algae bersel tunggal berkembang biak dengan membelah diri, seperti
pada bakteri (prokariot). Perbedaannya, pada pembelahan sel prokariot terjadi
replikasi DNA, dan masing-masing sel hasil pembelahan mempunyai setengah
DNA awal dan setengah DNA hasil replikasi. Sedangkan pada algae eukariot,
terjadi penggandaan kromosom dengan proses yang lebih kompleks yang disebut
mitosis. Masing-masing sel hasil pembelahan mempunyai kromosom turunannya.
50
pemotongan bagian filamen yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu baru.
Algae yang lain berkembang biak dengan menghasilkan spora. Spora algae
mempunyai struktur yang berbeda dengan endospora pada bakteri. Spora ada yang
dapat bergerak aktif, yang disebut zoospora, dan ada yang tidak dapat bergerak
aktif (nonmotil) disebut auto spora.
4. Fisiologi algae
51
heterotrof.
5. Pengelompokan algae
Berdasarkan tipe pigmen fotosintetik yang dihasilkan, bahan cadangan
makanan di dalam sel, dan sifat morfologi sel, maka algae dikelompokkan
menjadi 7 divisio utama, yaitu Chlorophyta, Euglenophyta, Chrysophyta,
Pyrrophyta, Rhodophyta, Phaeophyta, dan Cryptophyta.
a. Divisio Chlorophyta
Ciri-ciri algae ini adalah berwarna hijau, mempunyai pigmen fotosintetik
yang terdiri dari klorofil a dan b seperi pada tumbuhan, karoten, dan beberapa
xantofil. Cadangan makanan berupa pati, dinding sel terdiri dari selulosa,
xylan, manan, beberapa tidak berdinding sel, dan mempunyai flagela 1 sampai 8
buah.
52
Gambar 6.1. Foto mikrograph algae
ditanam sebagai rumput laut yaitu Scenedesmus, dan yang sering digunakan
sebagai makanan kesehatan adalah Chlorella.
53
Algae Euglena gracilis mempunyai 2 flagela yang tidak sama panjang, dan
bintik mata yang berwarna merah karena berisi karotenoid. Bintik mata berfungsi
sebagai penerima cahaya untuk mengatur gerak aktif, sebagai respon sel terhadap
arah dan intensitas cahaya. Algae ini tidak berdinding sel sehingga lentur.
54
Dinoflagelata tertentu dapat tumbuh dengan memakan bakteri dan spesies
algae lain. Beberapa spesies algae ini tidak mempunyai klorofil, dan bersifat
heterotrof. Anggota algae ini ada yang bersifat miksotrofik, selain mampu
mengadakan metabolisme sebagai heterotrofjuga bersifat sebagai fotoautotrof.
d. Divisio Chrysophyta
Algae ini mempunyai pigmen yang berbeda-beda sehingga ada yang
disebut algae kuning hijau (Xanthophyceae), dan algae keemasan (Chrysophyceae).
Diaotomae yang termasuk Bacillariophyceae juga termasuk anggota algae ini.
Dinding sel diatomae yang keras disebut frustule. Ada 2 macam bentuk
frustule, yaitu centric dan pennate. Diatomae dengan bentuk pennate yang tidak
berflagela, ada yang dapat bergerak diatas substrat padat karena adanya raphe.
Raphe adalah celah memanjang dan sempit pada dinding sel sebagai tempat
keluarnya sitoplasma. Gerakan timbul karena adanya arus protoplasma tersebut.
55
setengah bagian sel yang baru terbentuk. Akibatnya setelah beberapa kali
membelah, maka sel hasil pembelahan semakin mengecil ukurannya, kurang lebih
30 % lebih kecil dibandingkan dengan sel hasil perkembangbiakan secara seksual.
e. Divisio Phaeophyta
Phaeophyta disebut juga algae coklat, warna ini disebabkan xantofil
yang dihasilkan melebihi karoten dan klorofil. Algae ini mempunyai pigmen
fotosintetik yang terdiri atas klorofil a dan c, karoten, fukoxantin dan xantofil.
Cadangan makanan di dalam selnya berupa laminarin dan manitol, dengan dinding
sel tersusun dari selulosa, asam alginat, dan mukopolisakarida sulfat. Algae ini
berflagela dua yang tidak sama, dengan letak lateral.
Anggota kelompok ini terdiri lebih dari 200 genera dan 1500 spesies,
terutama hidup di permukaan laut yang dingin. Organisasi selnya
multiseluler, dan dapat membentuk morfologi yang sangat besar dan kompleks
seperti tumbuhan. Terdapat struktur seperti akar (hold fast), seperti daun
(blade), seperti batang (stipe), dan pengapung (bladder), tetapi tidak ada sistem
transport nutrien dan cadangan makanan. Di tengah stipe terdapat sel-sel
memanjang seperti jaringan vaskuler pada tumbuhan. Sel-sel tersebut berfungsi
untuk membantu memindahkan karbohidrat hasil fotosintesa, dari blade ke tempat
sel-sel yang kurang aktif fotosintesanya seperti stipe dan hold fast.
56
dalam satu musim. Kebanyakan cara perkembangbiakan algae coklat sama
dengan algae hijau Ulva. Genera Fucus umumnya tumbuh di batu-batuan, dan
dapat melapukkan batuan tersebut.
Jenis tertentu algae ini dapat digunakan untuk biosorpsi, atau penyerapan
logam berat oleh biomassa. Hal ini disebabkan karena kandungan polisakarida pada
dinding selnya dapat bersifat sebagai resin penukar ion (ion exchange). Algae ini
juga dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran logam berat seperti
Cadmium, Cu, dan Pb, misalnya algae Fucus vesiculosus. Beberapa jenis
algae coklat seperti Macrocystis, banyak mengandung bahan algin pada dinding
selnya. Bahan algin ini mempunyai nilai ekonomis untuk bahan pembuat
stabiliser dan emulsifier pada cat, tekstil, kertas, bahan makanan, dan bahan lain.
f. Divisio Rhodophyta
57
Dinding selnya terdiri dua lapis, lapisan bagian dalam kasar (rigid)
dan menyerupai mikrofibril, sedangkan bagian luar berbentuk lapisan
mucilaginous. Pada dinding selnya terdapat berbagai macam bahan selain selulosa,
yaitu polisakarida sulfat, agar dan karagenin. Pada algae pembentuk koral, dapat
mengumpulkan CaCO3 di dalam dinding selnya, oleh karenanya jenis algae ini
berperan penting dalam proses pembentukan karang.
g. Divisio Cryptophyta
Algae ini mempunyai pigmen fotosintetik klorofil a dan c, karoten,
fikobilin dan xantofil yang terdiri dari aloxantin, krokoxantin, dan monadoxantin.
Cadangan makanan terdiri pati, dinding selnya tidak mengandung selulosa, dan
berflagela dua yang tidak sama dengan letak subapikal. Algae ini hidup di laut,
dan anggotanya sangat sedikit apabila dibandingkan dengan algae lain.
Cryptophyta berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembelahan sel
secara longitudinal.
B. PROTOZOA
Seperti algae, protozoa merupakan kelompok lain yang termasuk
protista eukariotik. Walaupun kadang-kadang antara algae dan protozoa
kurang jelas perbedaannya. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae
dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan
merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan
klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang
mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan
memasukkannya ke dalam filum protozoa. Misalnya strain mutan algae genus
Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dikelaskan sebagai protozoa
genus Polytoma. Hal ini sebagai contoh bagaimana sulitnya membedakan
dengan tegas antara algae dan protozoa.
58
dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
59
1.Habitat Protozoa
Protozoa umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air
tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme
inang. Inang
protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai
vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di
dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa
memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.
60
mengatur tekanan osmosa. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada
setiap spesies.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society
of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora,
Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan
Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa
karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas.
61
3. Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik (misal pada saluran pencernaan
manusia atau ruminansia). Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang
mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP
melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam
membran yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian
dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke
sitoplasma.
Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel
yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel
dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian
dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola
mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam
vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola
membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam
sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel.
Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang
disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia.
Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya
dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.
62
4. Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual
protozoa dapatmengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), tetapi pada
Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara transversal.
Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel (schizogony).
Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali kemudian diikuti
pembelahan sel menjadi banyak sel anakan. Perkembangbiakan secara seksual
dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami.
Protozoa yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat
mempunyai beberapa cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies
Plasmodium dapat melakukan schizogony secara aseksual di dalam sel inang
manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat terjadi perkembangbiakan secara
seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
63
VII. ENZIM MIKROBA
E+S ES E+P
Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan sementara, P: Hasil reaksi
B. Struktur Enzim
Pada umumnya enzim tersusun dari protein. Protein penyusun enzim
dapat berupa protein sederhana atau protein yang terikat pada gugusan non-protein.
64
Banyak enzim yang hanya terdiri protein saja, misal tripsin.
Dialisis enzim dapat memisahkan bagian-bagian protein, yaitu bagian
protein yang disebut apoenzim dan bagian nonprotein yang berupa koenzim,
gugus prostetis dan kofaktor ion logam. Masing-masing bagian tersebut apabila
terpisah menjadi tidak aktif. Apoenzim apabila bergabung dengan bagian
nonprotein disebut holoenzim yang bersifat aktif sebagai biokatalisator.
C. Penggolongan Enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat
yang dikatalisis, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya. Umumnya pemberian nama
enzim didasarkan atas nama substrat yang dikatalisis atau daya katalisisnya
dengan penambahan kata—ase. Misal proteinase adalah enzim yang dapat
mengkatalisis pemecahan protein.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
luar sel. Umumnya berfungsi untuk "mencernakan" substrat secara hidrolisis, untuk
dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat
masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat
65
di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim
elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa
macam enzim elektron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase,
hidroksilase dan dehidrogenase. Enzim- enzim tersebut mengkatalisis reaksi-reaksi
sebagai berikut:
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul
ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
- Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
- Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan
fosfat. - Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan
asil.
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim
adalah: - Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil.
- Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
- Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
66
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi,
yaitu: - Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah
enzim asetat=CoA-SH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat+CoA-SH+ATP Asetil CoA + AMP + P-P
misalnya enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim
permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat selektif
permiabel dari membran sel.
67
sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar
substratnya, misalnya
enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b. Enzim adaptif
1. Substrat (reaktan)
68
substrat, sehingga kesetimbangan reaksi kearah E + S.
2. Suhu
3. Kemasaman (pH)
69
oleh inhibitor dapat dikurangi dengan menambah jumlah substrat sampai
berlebihan. Daya penghambatannya dipengaruhi oleh kadar penghambat,
kadar substrat dan aktivitas relatif antara penghambat dan substrat.
b. Penghambat tidak bersaing (non-kompetitif)
Zat-zat kimia tertentu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap ion
logam penyusun enzim. Senyawa-senyawa seperti sianida, sulfida, natrium azida, dan
karbon monooksida adalah senyawa penghambat untuk enzim yang mengandung
Fe, yaitu dengan terjadinya reaksi antara senyawa-senyawa tersebut dengan ion
Fe yang menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Merkuri (Hg) dan perak (Ag)
merupakan penghambat enzim yang mengandung gugusan sulfhidril (-SH).
Pada penghambatan nonkompetitif tidak terjadi persaingan antara
zat penghambat dengan substrat. Misalnya enzim sitokrom
70
merupakan penghambat alosterik. Struktur senyawa penghambat alosterik tidak
mirip dengan struktur substrat. Pengikatan penghambat alosterik pada enzim
menyebabkan enzim tidak aktif, sehingga substrat tidak dapat dikatalisis dan
tidak menghasilkan produk. Apabila enzim menangkap substrat maka
penghambat tidak dapat terikat pada enzim, sehingga enzim dapat aktifmereaksikan
substrat menjadi produk.
7. Penginduksi (induktor)
Induktor adalah suatu substrat yang dapat merangsang pembentukan enzim.
Sebagai contoh adalah laktosa dapat menginduksi pembentukan enzim
beta galaktosidase.
Galactose
transporter
time
71
VIII. VIRUS
D. Isi
72
Gambar 8.1. Diagram skematis komponen partikel virus, (virion)
Asal-usul virus tidak diketahui dengan jelas, namun ada tiga hipotesa yang
dikemukakan oleh ilmuwan mengenai asal-usul virus. Hipotesa tersebut adalah:
(1) Virus merupakan parasit sel-sel primitif, dan keduanya berevolusi bersama
(2) Virus berevolusi dari kuman parasit
(3) Virus mungkin merupakan komponen sel tuan rumah yang menjadi otonom.
Virus dapat dibedakan dari bentuk kehidupan seluler lainnya berdasarkan atas:
a) Virus bersifat ultramikroskopik dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron
73
b) Virus dapat menembus filter dan mampu untuk melewati filter yang cocok untuk
bakteri
74
5. Sifat-sifat tertentu partikel dan infektivitasnya harus dibuktikan adalah identik,
seperti sifat mengendap dalam pemusing ultra violet dan kurva stabilitas pH.
6. Spektrum absorpsi partikel fisik murni dalam daerah ultraungu harus bertepatan
dengan spektrum inaktivasi ultraungu dari virus.
7. Antiserum yang dibuat terhadap virus infektif harus bereaksi dengan partikel
tersebut dan sebaliknya.
8. Partikel harus mampu menimbulkan penyakit khas in-vivo.
9. Pemindahan partikel ke biakan jaringan akan mengakibatkan terbentuknya
turunan dengan sifat-sifat biologik dan serologik dari virus.
2. Klasifikasi Virus
Beberapa sifat berikut telah digunakan sebagai dasar klasifikasi virus; (1)
jenis asam nukleat: ARN atau ADN; beruntai tunggal aatau ganda; cara replikasi (2)
ukuran dan morfologi, termasuk tipe simetri, jumlah kapsomer, dan adanya selaput
(3) adanya enzim-enzim spesifik, terutama polimerase ARN dan ADN yang penting
bagi replikasi genom, dan neuraminidase penting untuk pelepasan partikel virus
tertentu (influenza) dari sel-sel yang membentuknya (4) kepekaan terhadap zat kimia
dan keadaan fisik terutama eter (5) sifat-sifat imunologik (6) cara-cara penyebaran
alamiah (7) daya tarik tuan rumah, jaringan dan sel (8) patologi , termasuk
pembentukan badan inklusi (9) gejala-gej ala.
75
32 kapsomer bergaris tengah 2-4nm. Virus ini tidak memiliki pembungkus. Replikasi
dan perakitan kapsid terjadi dalam inti sel yang terinfeksi.
b. Hepadnavirus
Merupakan virus yang kecil (42nm) mengandung molekul ADN bulat yang sebagian
beruntai ganda. Virion juga mengandung polimerase ADN yang memperbaiki bagian
untaian tunggal menjadi molekul beruntai ganda penuh dari 3200 pasangan basa.
Virus mengandung inti nukleokapsid dan pembungkus yang mengandung lipid.
Dikenal tiga tipe virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mamalia dan satu tipe
yang dapat menyebabkan infeksi pada bebek.
c. Papovirus
Virus ini merupakan virus-virus kecil-kecil (45-55nm) yang resisten terhadap eter.
Virus mengandung ADN bulat beruntai ganda dan memperlihatkan simetri kubus
dengan 72 kapsomer. Virus ini mempunyai siklus pertumbuhan yang lambat dan
bereplikasi di dalam inti. Virus papova yang terdapat pada manusia adalah virus
papilloma (kutil). Pada binatang terdapat virus papiloma, polioma dan vakuolasi.
d. Adenovirus
Virus-virus ini berukuran sedang (70-90nm), mengandung ADN beruntai ganda dan
memperlihatkan simetri kubus dengan 252 kapsomer. Virus ini tidak memiliki
pembungkus. Paling sedikit ada 37 tipe yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia terutama pada selaput lendir, dan dapat bertahan dalam jaringan limfoid.
e. Herpesvirus
Virus-virus ini berukuran sedang (150-200nm), mengandung ADN beruntai ganda,
memiliki simetri kubus dengan 162 kapsomer. Virus ini dikelilingi oleh pembungkus
yang mengandung lipid. Infeksi laten dapat terjadi dan berlangsung selama masa
kehidupan tuan rumah. Yang termasuk kelompok virus ini adalah virus herpes
simpleks tipe 1 dan 2 (lesi pada mulut dan alat kelamin), virus varisela-zoster,
sitomegalivirus.
f. Poxvirus
Virus ini berukuran besar, berbentuk menyerupai batu bata atau bulat telur (230 x
400nm). Virus ini mengandung ADN beruntai ganda dengan pembungkus yang
mengandung lipid. Semua poxvirus memiliki antigen nukleoprotein yang sama dan
76
mengandung beberapa enzim dalam virion, termasuk suatu polimerase ARN yang
bergantung pada ADN. Poxvirus bereplikasi seluruhnya dalam sel sitoplasma.
Seluruh poxvirus cenderung menimbulkan lesi di kulit.
Virus yang mengandung ARN
a. Picornavirus
Virus berukuran kecil (20-30nm), resisten terhadap eter dan mengandung ARN
beruntai tunggal serta memperlihatkan simetri kubus. Kelompok virus ini yang
menyebabkan infeksi pada manusia adalah rhinovirus (menyebabkaan common cold)
dan enterovirus (poliovirus). Rhinovirus bersifat tidak tahan asam dan memiliki
kepadatan tinggi, enterovirus bersifat tahan asam dan memiliki kepadatan yang lebih
rendah. Picornavirus yang menyebabkan infeksi pada binatang termasuk penyakit
kaki dan mulut pada ternak dan ensefalomiokarditis pada binatang pengerat.
b. Reovirus
Virus ini berukuran sedang (60-80nm), resisten terhadap eter, mengandung ARN
beruntai ganda bersegmen dan simetri kubus.
c. Arbovirus
Virus ini mempunyai siklus hidup yang rumit meliputi tuan rumah vertebrata dan
arthrtopoda yang berfugsi sebagai vektor dengan memindahkan virus melalui
gigitannya. Arbovirus menyebabkan infeksi pada manusia, mamalia, burung dan ular
serta nyamuk sebagai vektornya. Arbovirus yang patogen untuk manusia meliputi
dengue, demam kuning, virus ensefalitis.
d. Arenavirus
Virus dengan pembungkus dan mengandung ARN ini bergaris tengah antara 50 –
300nm.
e. Coronavirus
Virus ini terbungkus, partikel berukuran 80 – 130 nm dan mengandung genom yang
tidak bersegmen dari ARN beruntai tunggal. Nukleokapsid mungkin berbentuk
heliks dengan garis tengah 7-9nm. Virus ini menyerupai orthomyxovirus, tetapi
coronavirus mempunyai penonjolan permukaan yang berbentuk daun bunga yang
tersusun seperti suatu corona matahari. Coronavirus dari manusia dapat diisolasi
pada penderita penyakit akut saluran pernapasan bagian atas ‘colds’. Virus ini juga
77
diduga menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang mematikan
‘SARS’.
f. Retrovirus
Virus terbungkus (garis tengah 90 – 120 nm) yang genomnya mengandung turunan
dengan berat molekul tinggi, ARN beruntai tunggal.
g. Bunyavirus
Virus ini berbentuk bulat dengan partikel berukuran 90 – 100 nm yang bereplikasi
dalam sitoplasma dan mendapatkan pembungkus dengan penonjolan melalui selaput
sitoplasma. Genom tersusun atas ARN beruntai tunggal bersegmen tiga.
h. Orthomyxovirus
Virus ini berukuran sedang, 80 – 120 nm dan memiliki pembungkus, mengandung
genom ARN beruntai tunggal yang bersegmen dan memperlihatkan simetri heliks.
Partikel dapat berbentuk bulat atau filamen. Kebanyakan virus ini memiliki suatu
tonjolan permukaan sebagai bagian dari dinding luarnya. Semua orthomyxovirus
merupakan virus influenza yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia atau
binatang.
i. Paramyxovirus
Virus ini serupa dengan orthomyxovirus tetapi berukuran lebih besar (150-300nm).
Virus ini mengandung ARN beruntai tunggal tidak bersegmen dan bobotnya kira-
kira 4 kali lebih besar daripada orthomyxovirus. Virus yang menyebabkan infeksi
pada manusia termasuk virus gondongan, campak, parainfluenza.
j. Rhabdovirus
Virion dengan pembungkus yang menyerupai peluru, gepeng pada satu sisi dan bulat
pada sisi lain. Virus ini berukuran kira-kira 70 x 175 nm dengan pembungkus
memiliki tonjolan kira-kira berukuran 10 nm. Genom terdiri atas ARN beruntai
tunggal. Contoh dari virus ini adalah virus rabies.
3. Struktur Dan Ukuran Virus
Morfologi virus telah dipelajari secara intensif lebih dari beberapa dekade
karena pentingnya virus tersebut dan kenyataan bahwa struktur virus sebenarnya
sederhana untuk dipelajari.
78
Virion dari virus sangat bervariasi dalam hal ukuran. Diameter virion berkisar
antara 10nm sampai 300 – 400 nm. Virion yang terkecil adalah sedikit lebih besar
dari ribosom. Meskipun poxvirus dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, namun
kebanyakan virus adalah terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop cahaya dan
harus mempergunakan elektron mkiroskop untuk mengamatinya.
Secara umum virus tersusun dari protein struktural, asam nukleat, lipid dan
karbohidrat. Protein struktural memiliki beberapa fungsi penting. Beberapa fungsi
tersebut adalah melindungi genom virus terhadap daya kerja nuklease, berpartisipasi
pada perlengkapan partikel virus pada sel yang peka, dan menentukan simetri
struktural partikel virus. Protein virus juga menentukan sifat-sifat antigenik virus.
Virus mengandung satu jenis asam nukleat , ADN atau ARN yang mengatur
informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi virus. Genom ARN atau ADN
dapat beruntai tunggal atau beruntai ganda, dan untaian, jenis asam nukleat dan
bobot molekul merupakan sifat-sifat utama yang digunakan dalam klasifikasi virus
menurut familia-nya.
79
Selain lipid, pembungkus virus mengandung glikoprotein. Gula-gula yang
ditambahkan pada glikoprotein virus sering menyerupai sel tuan rumah dimana virus
itu tumbuh. Glikoprotein merupakan antigen virus yang penting. Sebagai akibat
posisinya pada permukaaan luar dari virion, glikoprotein sering terlibat dalam
interaksi virus dengan antibodi yang menetralkan.
1. Penularan langsung dari orang ke orang melalui kontak, dimana infeksi ‘droplet
atau aerosol memegang peranan utama. Contoh penyakit yang dapat ditularkan
melalui cara ini misalnya: influenza, campak, cacar.
2. Penularan melalui saluran pencernaaan (berhubungan erat dengan pembawa
virus, makanan dan minuman). Contoh: infeksi enterovirus, hepatitis infeksiosa.
3. Penularan melalui gigitan misalnya rabies
4. Penularan melalui vektor arthropoda misalnya arbovirus
80
6. Teknik Isolasi Dan Pembiakan Virus
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi umumnya selama masa terjangkitnya
suatu penyakit. Semua bahan atau spesimen yang diambil untuk isolasi virus harus
terbungkus dengan aman untuk dikirim ke laboratorium. Masing-masing bahan harus
jelas ditandai dan harus disertai keterangan yang relevan. Bahan-bahan yang
digunakan untuk isolasi virus tergantung dari gej ala klinis dan jenis penyakit yang
diduga diderita oleh penderita. Bahan-bahan untuk isolasi virus disajikan pada Tabel
4.3. Bahan-bahan untuk pemeriksaan harus dijaga tetap dingin dengan cara
meletakkan potongan-potongan dry ice atau es biasa agar virus tetap hidup.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk isolasi virus dari bahan-
bahan pemeriksaan klinis. Teknik-teknik tersebut antara lain: pembiakan dalam
biakan sel, inokulasi pada hewan atau binatang, inokulasi pada telur berembrio,
namun teknik pembiakan dalam biakan sel merupakan cara yang paling luas
digunakan.
81
Pembiakan dalam biakan sel
Untuk membiakkan virus dengan metoda ini, biakan tabung dibuat dengan
menambahkan sel-sel yang disuspensi dalam cairan makanan yang mengandung
larutan garam yang seimbang berbagai faktor pertumbuhan seperti serum, glukosa,
asam amino dan vitamin. Sel-sel yang bersifat fibroblastik atau epitelial melekat dan
tumbuh pada dinding tabung percobaan, dan dapat dilihat dengan pertolongan
mikroskopik dengan pembesaran rendah. Bila virus bermultiplikasi dalam biakan sel,
virus itu akan menghasilkan efek biologik (perubahan sitopatik, interferensi virus,
atau pembuatan suatu hemaglutinin) yang memungkinkan pengenalan virus tersebut.
Inokulasipada binatang
Binatang percobaan yang digunakan meliputi mencit, hamster, rats, marmut,
kelinci dan monyet. Bahan pemeriksaan yang mengandung virus, umumnya
diinokulasikan intraserebral atau intranasal pada binatang percobaan. Binatang yang
telah diinokulasi diperiksa teliti untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit,
kemudian dimatikan dan jaringannya diperiksa. Metoda ini memerlukan adanya
laboratorium kesehatan masyarakat atau laboratorium penelitian yang bekerja dengan
binatang percobaan dengan pengalaman, keahlian dan metoda khusus.
82
Gambar 8.2. Rongga-rongga untuk inokulasi pada telur berembrio
83
DAFTAR PUSTAKA
Block, T.D. 1979. Biology of Microorganism. 3rd Edition. Prentice-Hall Inc. New
Jerset.
Ernawati, R., Soelistyanto, R., Rahardjo, A. P. dan Sianita, N. 1989. Ilmu Penyakit
Viral. Jilid II. Laboratorium Virologi dan Immunologi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.
Frazier, WC., dan Westhoff, DC., 1988., Food Microbiology. 4th Edition, McGrow
Hill Book Company.
Holt, JG., Krieg, NR., Sneath, PHA., Staley, JT., dan Williams, ST., 1994. Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. 9th Edition, Williams & Wilkins,
Baltimore, Maryland, USA.
Inglis, T.J.J., dan West, A.P., 1993. Colour Guide Microbiology. First Edition.,
Churchill Livingtone. UK.
Male, D., Champion, B., Cooke, A. dan Owen, M. 1991. Advanced Immunology. Ed
2nd. Mosby, St Louis, Baltimore, Boston, Chicago, London, Philadelphia,
Sydney, Tokyo.
Matthews, R. E. F. 1985. Viral taxonomy for the nonvirologist . Ann. Rev. Microbiol.
39:451-474.
84
Mims, C. A., Playfair, J. Hl., Roitt, I. M., Wakelin, D. dan Williams, R. 1993.
Medical Microbiology. Mosby, St Louis, Baltimore, Boston, Chicago,
London, Philadelphia, Sydney, Tokyo.
Prescott, L. M., Harley, J. P. dan Klein, D. A. 1993. Microbiology. Ed. 2th. Wm. C.
Purves, W. K. dan Orians, G. H. 1983. Life The Science Of Biology. Willard Grant
Press, Boston- Massachusetts.
Volk, W.A. dan M.R. Wheeler. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Winarno, F.G., 1986. Enzim Pangan. Edisi Ke-dua. PT. Gramedia. Jakarta.
85