Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN IBU HAMIL HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Pembimbing :
Purwati, S.Pd.,M.AP.

DISUSUN OLEH :
FANNY AMALIA SAFITRI
1814401103
TINGKAT 2 REGULER 3

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM

A. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul
setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk karena dehidrasi. (Rustam Mochtar,1998)
Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% sampai
80% wanita hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini
belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang
kurang.Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umumnya menjadi
buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200 atau 1
sampai 300 membutuhkan terapi hidrasi parental..

B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan kelainan secara
kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan sumsum saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh beberapa
penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
4. faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup.
5. zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)

C. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi
pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin
berasaldari sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum kehamilan
sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka maka dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiepremesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam
darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air kemih.Selain
itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang.Hal ini menyebabkan jumah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,dapat merusak hati dan terjadinya
lingkaran setan yang sulit dipatahkan.Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan GI.Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.Jarang sampai diperlukan
transfuse atau tindakan operatif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkat:
Tingkatan I :
 Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
 Ibu merasa lemah,
 Nafsu makan tidak ada,
 Berat badan menurun dan
 Merasa nyeri pada epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100 permenit,
 Tekanan darah sistolik menurun,
 Turgor kulit mengurang,
 Lidah mengering
 Mata cekung.

Tingkatan II :
 Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
 Turgor kulit lebih mengurang,
 Lidah mengering dan tampak kotor,
 Nadi kecil dan cepat,
 Suhu kadang-kadang naik
 Mata sedikit ikterus.
 Berat badan turun
 Mata menjadi cekung,
 Tensi turun,
 Hemokonsentrasi,
 Oliguria
 Konstipasi.
 Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

Tingkatan III :
 Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti,
 Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
 Nadi kecil dan cepat;
 Suhu meningkat
 Tensi menurun.
 Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati.
Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan
ini adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)

E. PENGELUARAN CAIRAN TUBUH HARIAN


Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan
cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa
pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada
pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus
respiratorius dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700
ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss karena kita
tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)
Normal
Asupan
Cairan dari makanan 2100
Dari metabolisme 200
Asupan total 2300
Keluaran
Insensible kulit 350
Insensible paru 350
Keringat 100
Feses 100
Urin 1400
Total pengeluaran 2300
Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada
aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100
ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan
kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi
volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan.
Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah
ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.
Kehilangan cairan lewat ginjal.
Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat
ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara
paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan
asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran
hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal
dalam mengekskresikan zat-zat ini.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan
edukesi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor
psikis, rasa takut juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu
bangun pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah. Defekasi hendaknya
diusahakan teratur.
2. Terapi obat menggunakan sedative (luminal,
stesolid); vitamin (B1 dan B2) anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin,
torecan), antasida dan anti mulas.
Farmakologi:
Factor pemberian:
B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI,
meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel.
B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf fetus.
3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris
rawat inap di RS.
o Kadang-kadang pada beberapa
wanita, hanya tidur di RS saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.
o Isolasi: jangan terlalu banyak tamu,
kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala
hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah.
o Terapi psikologik: berikan pengertian
bahwa kehamilan adalah suatu hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi
tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis
seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
o Penambahan cairan.Berikan infuse
dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
o Berikan obat-obatan seperti telah
dikemukakan diatas
o Pada beberapa kasus dan bila terapi
tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat
dipertimbangkan suatu aboertus buatan.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati
warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus menunjukkan adanya payah hati.
PATHWAY
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Faktor Predisposisi
-Kehamilan ganda Pemberian Fe Vili khorialis Faktor psikologis stress
-Molahidatidosa

Masuk sirkulasi maternal/ peredaran


Mempengaruhi
darah ibu system saraf simpatis
HCG meningkat
Efek samping pemberian Fe berlebihan

Estrogen meningkat
Peningkatan mengeluaran H.epineprin,norepineprin dan kor
Perubahan metabolic meningkat
Estrogen merangsang SSP dan pengosongan lambung berkurang

As.lambung meningkat
Asam lambung meningkat

Mual dan muntah Gangguan perubahan


Merespon peningkatan peristaltic lambung nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Dehidrasi
ÿÿÿÿ1 Dehidrasi

Serebal darah
Pembuluh Integumen Kardiovaskuler Ginjal

Penurunan menurun Turgor kulit menurun


Hemokonsentrasi Kapiler glomerulus
Penurunan kontruktililitis jantung
vaskulerisasi
keserebal

Memperlambat peredaran darah Tekanan hidrostatik meningkat


Penurunan Gangguan integritas kulit
transportasi
COP menurun
CO2

O2 dijantung tidak adekuat GFR ↓


Hipoksia Sirkulasi kejaringan menurun

Iskemik Reabsorpsi NaCl ↓


Gangguan
perfusi jaringan
Gangguan perfusi jaringan
Vasokonstriksi ginjal

Janin Ibu
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
NaCl ↑
Kekurangan O2 Metabolic anaerob

Umpan balik tubuloglomerulus


Intoleransi aktivitas
Kematian As.laktat
Volume cairan tubulus ↓

Nyeri
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tu
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
2. penurunan COP berhubungan dengan penurunan kontriktilitas jantung.
3. gangguan perpusi jaringan berhubungan dengan penurunan perfusi
jaringan.
4. gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya edema
pada paru.
5. hipotermi berhubungan adanya dehidrasi.
6. gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah yang berlebih.

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Ganguan Tujuan: keseimbangan Mandiri:
keseimbangan cairan cairan dan elektrolit 1. Kaji suhu dan turgor kulit, 1. Memberikan data
dan elektrolit kurang sesuai dengan membrane mukosa, berkenaan dengan
dari kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh. tekanan darah, suhu, semua
berhubungan dengan Kriteria hasil: masukan/ haluaran dan kondisi.peningkatan
mual/ muntah.  Turgor kulit kembali berat jenis urin. Timbang kadar hormone
Data obyektif: normal dapat balik berat badan klien dengan gonadotropin krionik
 HT menurun kembali dalam dan standar. (HCG), perubahan

 Konjungtiva pucat delik metabolisme KH, dan

 TD menurun, suhu  Haluaran urin penurunan mortilitas

normal 3-5 ml/ gaftrik memperberat


meningkat, nadi
meningkat, RR jam. mual dan muntah pada

 Mukosa mulut: trimester pertama.


meningkat.
2. Membantu dalam
 Mata cekumg. lembab.
mengenyampingkan
 Turgor kulit: tidak  Turgor kulit: elastis.
2. Anjurkan peningkatan penyebab lain untuk
elastis.  BUN normal (of=
masukan minuman mengatasi masalah
 Mukosa mulut 10-25 mg/ 100 ml;
berkarbonat, makan 6 kali dalam
kering. of= 8-20 mg/ 100
 Oliguri ml) sehari dengan jumlah yang mengidentifikasikan

 BUN meningkat  TTV: sedikit dan makanan tinggi intervensi.

Data subjektif: o TD: N (120/ 180 KH (mis: pop corn, roti


kering sebelum bangun 3. Membantu dalam
 Haus/ dehidrasi mmHg)
o T º: 36-37,5 ºC tidur). menentukan adanya

o RR: 16-20 x/ 3. Tentukan adanya/ muntah yang tidak

mnt frekuensi mual berlebihan dapat dikontrol

o N: 80-100 x/ atau menetap muntah. (hiperemesis


gravidarum) pada
mnt
awalnya muntah dapat
o HT: N 37-47
mengakibatkan
alkalosis, dehidrasi dan
ketidak seimbangan
elektrolit. Muntah yang
tidak dapat diatasi atau
yang berat dapat
menimbulkan asidosis,
memerlukan intervensi
lanjut.
4. Menurunkan faktor
penyebab terjadinya
mual muntah

4. Kaji hal-hal yang


meningkatkan mual dan 5. Meningkatkan
muntah. Misalnya bau- kenyamanan dan selera
bauan yang terlalu, makan.
makanan yang terlalu asin
atau manis.
5. Kaji hal-hal yang
menurunkan mual dan 6. –
muntah missal makanan
diberikan waktu hangat,
suasana yang
menyenangkan.
6. Ajarkan pada ibu waktu 7. Menurunkan rasa
bangun tidur pagi hari: cemas.
 Jangan langsung pergi
dari tempat tidur.
 Minum air putih.
7. Libatkan keluarga:
 Menghadirkan suami
dan keluarga terdekat
klien ketika klien
dirawat
 Keluarga/suami
8. Indikator dalam
berusaha meyakinkan
membantu untuk
klien bahwa klien
mengevaluasi tingkat
tidak perlu cemas
ataukebutuhan
menghadapi
hidrasi.
kehamilannya.
9. Membantu dalam
Kolaborasi:
meminimalkan mual/
8. Pantau hasil pemeriksaan
muntah dan
laboratorium sesuai
menurunkan
indikasi
keasaman jambung
 Elektrolir
muntah yang sering
 Ht
(hiperemesis
 BUN
gravidarum)
9. Berikan cairan elektrolit
mengakibatkan
glukosa atau vitamin
bilirubin dan
secara parentera/ sesuai
mengetahui frekuensi
indikasi.
muntah, memudahkan
kita melakukan
tindakan tang lebih
lanjut.
10. Meningkatkan pada
dehidrasi hipovolemik
menurunkan fungsi
ginjal, meningkatkan
BUN. Membantu
menghentikan atau
mencegah
10. Lakukan tes urine. kemungkinan
hipokalemi yang berat
2. Penurunan COP Tujuan: curah jantung 1. Pantau tanda vital, contoh 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan kembali normal. frekuensi jantung, TD kandungan urin apakah
penurunan Kriteria hasil: dalam batas normal
kontrktilitas jantung  Berpartisipasi pada atau tidak.
Data obyektif: perilaku/aktivitas Takikardi dapat terjadi
 Dispnea yang menurunkan karena nyeri, cemas,

 Nadi perifer kerja jantung. hipoksia,dan

 Kulit dingin/pucat  TTV: menurunnya curah

 T jantung, perubahan
 Perubahan status
D: 120/80 mmHg juga terjadi pada TD
mental
 R karena respon jantung.
Data subjektif
R 16-20 x/menit. 2. Sirkulasi perifer
 Gelisah
 N: 2. Catat warna kulit dan menurun bila curah
 Kelemahan
regular, 60-100 adanya kualitas nadi jantung turun
 Nyeri dada
x/menit membuat kulit pucat

 T atau warna abu-abu

º: 36-37,5 ºC (tergantung tingkat

 Kulit hangtat hipoksia) dan


menurunnya kekuatan
 Kesadaran
nadi perifer.
komposmentis
3. S3, S4 atau krekels
3. auskultasi bunyi nafas dan terjadi dengan
bunyi jantung dengarkan dekompensasi jantung
murmur atau beberapa obat,
terjadinya murmur
dapat menunjukkan
katup karena nyeri
dada, contoh stenosis
dorta, stenosis mitra
atau ropta otit papilar.
3. Ganguan perfusi Tujuan: menunjukkan Mandiri:
jaringan berhubungan perfusi adekuat. 1. Pertahankan tirah baring, 1. Menurunkan beban
dengan perfusi Kriteria hasil: Bantu dengan aktivitas kerja miokard dan
jaringan.  TTV stabil: perawatan. konsumsi O2
Data obyektif:  Kulit hangat dan memaksimalkan
 TD kering aktivitas dan perfusi

Data subjektif:  Tingkat kesadaran jaringan.

 Akral dingin membaik 2. Pantau TTV. 2. Bila terjadi takikardi,

 Kesadaran (komposmentis). mengacu pada


stimulasi skunder
menurun  Haluaran urin
system saraf simpatis
normal 2/3 ml/
untuk menekan respon
jam.
untuk mengganikan
kerusakan pada
hipovolumit.jika terjadi
hipotensi menunjukkan
curah jantung yang
menurun.
3. Perubahan
menunjukan
3. Kaji perubahan pada penyimpangan perfusi
sensori, NN ex kesuraman serebral hipoksenia
mental, agitasi, supor, atau asidosis.
koma, delirium. 4. Mekanisme
kompensasi dari
vasodilatasi
4. Kaji kulit terhadap mengakibatkan kulit
perubahan warna, suhu, hangat, merah muda,
kelembaban. kering adalah
karakteristik dari
hiperperfusi.
5. Penurunan haluaran
urin dengan
peningkatan berat jenis
5. Catat haluaran urin setiap akan mengindikasikan
jam dan setiap menit. penurunan perfusi
ginjal.

1. Meskipun
controversial, steroid
mungkin diberikan
Kolaborasi: untuk kepentingan
1. Berikan obat-obatan potensial terhadap
sesuai petunjuk: penurunan
kortisteroid permeabilitas kapiler,
peningkatan perfusi
ginjal dan pencegahan
pembentukan
mikroemboli.
2. Perkembangan asidosis
respiratorik/ metabolic
merefleksikan
kehilangan mekanisme
kompensasai, misalnya
penurunan perfusi
2. Pantau pemeriksaan ginjal/ ekskresi
laboratorium misalnya: hydrogen dan
GDA, kadar laktat. akumulasi asam laktat.
4. Gangguan pola napas Tujuan: pola Mandiri:
tidak efektif pernafasan menjadi 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Kecepatan biasanya
berhubungan dengan efektif. pernafasan dan ekspansi meningkat, disepnea
adanya oedema pada Kriteria hasil: dada. Catat upaya dan terjadi peningkatan
paru.  Menunjukkan pola pernafasan, termasuk kerja nafas.kedalaman
Data obyektif: nafas efektif penggunaan otot bantu/ nafas bervariasi
 Takipnea dengan frekuensi pelebaran nasal. tergantung derajat

 Dispnea dan kedalaman gagal nafas ekspansi

(pernafasan dalam rentang dada terbatas yang

tersengal-sengal) normal dan pural berhubungan

 Penurunan bunyi jelas bersih. atelektuasi dan nyeri

nafas krekels.  Bunyi nafas: dada pleruitik


2. Bunyi nafas menurun/
 Batuk (sputum) vasikuler.

Data subjektif:  RR: reguler, 16-20 2. Auskultasi bunyi nafas dan tidak ada bila jalan

x/ menit. catat adanya bunyi nafas nafas obstruksi


 Mengeluh
adventisius seperti krekels. sekunder terhadap
gangguan pola
perdarahan, bekuan/
tidur.
kolab jalan nafas kecil.
 gelisah
3. Duduk tinggi
memungkinkan
3. Tinggikan kepala dan ekspansi paru dan
bantu pengubahan posisi. memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
4. Observasi pola batuk dan kering/ iritasi. Sputim
karaktre secret. berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan
(infak paru) atau anti
koagulan berlebih.
5. Dapat meningkatkan
banyaknya seputum
5. Dorong/ bantu pasien dimana gangguan
dalam nafas dalam dan ventilasi dan ditambah
latihan batuk. ketidak nyamanan
upaya bernafas.

6. Memaksimalkan
bernafas dan
Kolaborasi: menurunkan kerja
6. Berikan O2 tambahan nafas.
7. Memberikan
kelembaban pada
membrane mukosa dan
7. Berikan humidifikasi membantu
tambahan mis: nebuliser mengencerkan sekret
ultra sonic. untuk memudahkan
pembrtsihan.
8. Memudahkan upaya
pernafasan dalam dan
meningkatkan drainase
8. Bantu fisioterapi dada sekret dari segmen
(mis: drainase portural paru kedalam bronkus,
dan perkusi area yang tak dimana dapat lebih
sakit/ tiupan botol). mempercepat
pembuangandengan
batuk/ penghisap.
5. Ganguan integritas Tujuan: 1. mandikan dengan air 1. memperta
kulit berhubungan Integritas kulit kembali hangat dan sabun ringan hankan kebersihan
dengan penurunan normal tanpa mengiritasi kulit
turgor kulit. Kriteria hasil:
Data Objektif:  Turgor kulit
 Turgor kulit meningkat
menurun  Membran mukosa 2. dorong pasien mengubah 2. meningkatk

 Membran mukosa lembab posisi dengan sering an sirkulasi dan


menurun mencegah tekanan pada
Data Subjektif: kulit atau jaringan yang
 Mengeluh kulit tidak perlu
kering 3. dapat
3. anjurkan klien untuk meningkatkan iritasi
menghindari kering kulit
apapun, kecuali dengan
ijin dokter 4. mencegah
4. anjurkan menggunakan iritasi dan terjadinya
pakaian lembut dan cidera dermal.
longgar

6. Ganguan perubahan Tujuan: 1. Anjurkan pilihan tinggi 1. Protein membentuk


nutrisi kurang dari Berat badan kembali protein zat besi dan MTC peningkatan pemulihan
kebutuhan normal. bila masukan oral dibatasi. dan regenerasi jaringan
berhubungan dengan baru. Zat besi perlu
mual muntah yang Kiteria hasil: untuk sintesis Hb.
berlebihan.  Berat badan Vitamin C
Data obyektif: kembali normal/ memudahkan untuk
 Berat badan ideal: absorbsi zat besi dan
menurun. penambahan berat perlu untuk sintesis

 Turgor kulit jelek. badan tidak boleh dinding sel.

 Bising usus lebih dari 12 kg

menurun. selama kehamilan. 2. Memberikan kalori dan

 Membrane  Pasien tidak 2. Tingkatkan masukan nutrisi lain untuk

mengalami sedikitnya 2000 ml/hari memenuhi kebutuhan


mukosa menurun/
anoreksia kembali jus, sup dan cairan nutrisi metabulik serta
kering.
makan 3x sehari. lain. menggantikan
Data subjektif:
 kebutuhan metabolic
 Lelah. Bising usus:
normal. serta menggantikan
 Letih.
 Membrane kebutuhan cairan,
 Anoreksia.
mukosa lembab. karena meningkatnya
 Mual.
volume cairan sirkulasi.
 Mual hilang.
3. Menunjukkan kerja
metabolisme,
memungkinkan nutrisi
3. Anjurkan tidur atau dan O2 digunakan
istirahat adekuat. untuk proses
pemulihan.
4. Memungkinkan perlu
untuk mengalami
Kolaborasi: dehidrasi
4. Berikan cairan atau nutrisi menggantikan
parenteral, sesuai indikasi. kehilangan cairan dan
memberikan nutrisi
yang perlubila masukan
oral dibatasi.
5. Bermanfaat dalam
memperbaiki anemia
atau defisiensi bila ada.
6. Mungkin perlu untuk
5. Berikan preparat zat besi dikompresi
atau vitamin sesuai gastrointestinal, pada
indikasi. adanya distensi distensi
atau perifnitis.

6. Bantu penempatan selang 7. Untuk mengganti


nurogastrik atau Niller- cairan dan makanan
Abbott. yang keluar saat
muntah dan
memonitor bila terjadi
penurunan berat
badan.
7. Anjurkan klien untuk
mempertahankan intek
cairan dan nutrisi yang
adekuat dan timbang
berat badan setiap hari.
7. Intoleransi aktifitas Tujuannya: 1. Evaluasi laporan kelelahan 1. Menentukan derajat
berhubungan dengan Klien dapat melakukan dari efek ketidak
suplai dan kebutuhan. aktivitas seperti mampuan
Data obyektif: biasanya 2. Anjurkan klien mengikuti 2. Menghemat energi dan
 Nadi lemah Kriteria hasil: aktivitas dengan istirahat menghindari

 Kelelahan otot  Nadi 80 x/mnt yang cukup. penggunaan tenaga

 Kehilangan tonus  Kekuatan otot dan terus-menerus untuk

tonus kembali meminimalkan


Data subjektif
normal kelelahan
 Mengeluh lemas

 Mengeluh cepat  Klien tidak merasa 3. Identifikasi faktor stres 3. Mungkin mempunyai

cepat lelah yang dapat memperberat efek akumulatif


lelah
(sepanjang faktor
psikologis) yang dapat
diturunkan bila ada
masalah
4. Berikan bantuan dalam 4. Mengubah energi,
aktivitas sehari-hari memungkinkan
berlanjutnya aktivitas
yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ; EGC

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ;
Arcan

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai