Anda di halaman 1dari 4

PENGISIAN POIN SKU 7 DAN 14

LAPORAN
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Pengisian SKU Pandega
Racana Prabu Siliwangi -Rara Subangkarancang
Pramuka Universitas Siliwangi

Disusun oleh:
Ikbal Saepuloh
(Pendidikan Fisika)
GERAKAN PRAMUKA
GUGUS DEPAN KOTA TASIKMALAYA 02.113-02.114
RACANA PRABU SILIWANGI-RARA SUBANGKARANCANG
PANGKALAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
TAHUN 2020
Islam Berjejak Kakinya Berpijak

Betul, bahwa tema kepemudaan adalah tema yang selamanya hangat untuk
diketengahkan. Namun, jika membandingkan pemuda di masa sahabat dengan pemuda
muslim sebagian besar saat ini, sekarang kita menemukan hampir semua pemuda telah
kehilangan eksistensinya. Daya bahasa yang mengelola dalam jiwa-jiwa mereka padam
dengan nyanyian-nyanyian erotis yang mengumbar birahi. Mereka telah kehilangan
kejantanan, keperwiraan dan kewibawaan yang tertelan oleh pekatnya zaman yang begitu
kelam. Diri mereka mati sebelum waktunya.
Jika dulu ada Abdullah bin Umar yang bersedih karena tak diikutsertakan di medan
jihad, sekarang kebanyakan pemuda bersedih hanya karena pengkhianatan seorang wanita
bergelar kekasih yang sebenarnya tak punya nilai sama sekali. Jika permainan bocah-bocah
sahabat dulu adalah tombak, panah, pedang, mahir mengendarai kuda yang menjadi
kendaraan perang ketika itu, justru banyak bocah muslim saat ini yang disibukkan dengan
boneka dan mobil-mobilan. Dulu bayi yang lahir dari rahim shahaabiyat (para sahabat wanita
rosululloh) hanya menangis ketika lahir, namun saat ini tidak sedikit yang terlahir bahkan
bayi yang terus menangis (cengeng) walaupun sudah berkumis.
Remaja yang kehilangan eksistensi kebanyakan dikarenakan maraknya acara-acara
yang menggali potensi para remaja muslim saat ini, dengan dalih penelusuran minat dan
bakat. Justru itu mengukuhkan jika remaja-remaja kita sebagian besar betul-betul telah
kehilangan eksistensinya. Banyak acara yang seperti itu, justru memperjelas kalau generasi
kita hanya mampu menghasilkan generasi pemimpi lagi peniru. Generasi yang tidak mampu
berdiri di atas kaki sendiri dan berseru, inilah kami!. Ditengah gelombang kehidupan yang
begitu dahsyat, mereka terombang dan tidak tahu lagi kepada siapa mencari teladan. Hidup
mereka kebanyakan disetting untuk tidak lagi mengenal dirinya sendiri. Mereka berjalan di
muka bumi dengan jiwa hampa tak berisi. Itu karena mereka jauh dari diin-Nya.
Agama islam dalam pandangan mereka tidak lebih dari sebuah tema dalam sinetron
yang ditayangkan di bulan ramadhan atau seorang kiai lengkap dengan jubah dan sorbannya
yang bertarung melawan para siluman jahat dalam sinetron laga atau yang mampu
menentukan hantu atau juga menjadi guyonan yang dimainkan dalam acara lawak, dengan
satu alasan hiburan. Menurut mereka di sanalah peran agama. Mempelajari agama adalah
suatu yang aib bahkan terkadang menjadi bahan tertawaan orang yang ingin kembali kepada
agamanya secara kaffah (total). Mereka menganggap bahwa keislaman mereka cukup dengan
shalat, sekalipun bolong-bolong. Mereka memahami bahwa menghidupkan bulan Ramadhan
dengan kegiatan yang islami sudah cukup untuk disebut muslim - muslimah. Mereka mengira
dengan menyantuni orang-orang kecil sudah menunjukkan kalau mereka muslim lahir batin.
Mereka mungkin lupa atau memang tidak tahu jika keislaman mereka mengalami ancaman
eliminasi. Hal yang mungkin tidak tersadari atau memang tidak terpikirkan sama sekali.
Agama islam dalam pandangan pemuda kini bukan lagi bagian yang perlu disakralkan.
Hidup mereka tak lagi diwarnai dengan corak agama. Posisi agama telah tergeserkan oleh
nilai-nilai modernisasi yang dianggap lebih bersih, lebih suci, dan lebih mendatangkan
kebahagiaan. Itulah agama baru mereka, agama yang mengajarkan pola hidup konsumtif,
hedonis, dengan barat sebagai kiblatnya. Mereka tak lagi bangga dengan Al-Quran, bahkan
membawa ataupun menggenggam ditangan sambil berjalan di keramaian, pasti ada perasaan
malu yang kadang muncul. Mereka lebih bangga dan percaya diri jika yang dibawa buku-
buku komik atau majalah remaja yang mengumbar birahi. Bahkan tentang idola pun tak
diragukan lagi, pasti selebritis. Mereka betul-betul mengaguminya, bahkan rela antri membeli
tiket masuk hanya untuk bertemu dengannya. Sungguh menyedihkan, karena diantara mereka
justru harus kehilangan nyawa satu-satunya di saat menyaksikan show sang idola di atas
panggung. Sungguh tragis dan memilukan, ketika agama tidak lagi mereka minati.
Kehancuran pemuda muslim kini yang diterpa gelombang syahwat yang mematikan.
Namun sungguh masih ada yang lebih besar dari itu. Gelombang yang lebih mematikan dan
membinasakan. Yang menghancurkan bukannya si korban sendiri bahkan berimbas kepada
orang-orang di sekitarnya. Gelombang yang lebih tenang, sehingga tidak disadari kalau ia
adalah gelombang yang membinasakan. Gelombang inilah yang menciptakan pemuda-pemudi
yang berwajah muslim namun berotak Aristoteles, Plato dan sejenisnya. Juga gelombang
inilah, kaum muda yang mengaku umat Muhammad membela mati-matian Karl Marx-
Angeles dan ajarannya, layaknya ajaran Suci. Gelombang ini pulalah yang telah merubah
remaja muslim sekarang ini begitu bangga memprotes Allah menggugat rasulnya Muhammad
dan ajaran Islam yang dengannya beliau diutus, dan menyatakan kalau Agan Islam sudah tak
mampu lagi menuntaskan berbagai masalah pelik yang melanda masyarakat sekarang ini.
Atau menyangka Islam tidak mengajarkan prinsip keadilan atau Islam tak jauh beda
dengan ajaran di luar Islam atau islam hanya tersebar dengan pedang dan darah, atau Islam
agama yang menghancurkan harkat kaum wanita dan berbagai tudingan keji lainnya yang
muaranya hanya ingin menjelaskan kepada khalayak kalau Islam agama yang sadis dan
ketinggalan zaman. Inilah wajah gelombang itu yang betul-betul dahsyat dan membinasakan.
Dengan syahwat setan ingin agar manusia tak lebih dari seekor binatang ajaib, pandai
berbicara dan bersilat lidah. Mengelak dari segala tuduhan yang mengarah padanya karena
syahwatnya yang diperturutkan dengan berbagai apologi dan alasan yang hanya memperjelas
akan sifat maaf kebinatangannya. Dan dengan syubhat setan ingin agar agama Islam menjadi
kehilangan bentuknya yang indah dan mempesona.
Perlu dicermati oleh setiap pemuda Islam. Dalam setiap detak nafas dan denyut
nadinya, harusnya mereka paham bahwa di sana ada perangkap yang siap menjerat. Dalam
setiap kedipan mata dan ayunan langkahnya, mestilah dia tahu bahwa ranjau syahwat dan
syubhat dengan kesabaran yang ekstra senantiasa menunggu kebinasaan dirinya. Sehingga
dengan sikap kehati-hatian itu kita bergerak maju menuju kemuliaan Islam dan menggapai
keridhaan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai