PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madigan et al. (2009) menyatakan bahwa mikroorganisme di alam berinteraksi
dengan organisme dan lingkungannya. Hubungan mengenai timbal balik antara mikrobia
dan lingkungan hidupnya dipelajari dalam ekologi mikrobia. Satuan dasar ekologi adalah
ekosistem yang meliputi komponen-komponen biotik maupun abiotik (Willey et al.,
2008). Komponen biotik merupakan kehidupan organisme atau biozonose sedang
komponen abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Ekosistem dalam ekologi mikrobia dapat berupa sistem mikro dan sistem makro. Secara
umum setiap sistem memiliki ciri-ciri yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman,
mekanisme adaptasi dan adanya hubungan antarorganisme yang ada di dalam sistem
tersebut. Contohnya yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas yang
tersusun dari berbagai populasi mikrobia yaitu bakteri, Actinomycetes, virus, khamir
maupun protozoa (Rao, 2001). Di dalam ekosistem tertentu suatu mikroorganisme pada
umunya mempunyai satu habitat saja. Tetapi suatu mikroorganisme dapat mempunyai
beberapa habitat, masing-masing habitat di dalam ekosistem yang berlainan. Sebagai
contoh Rhizobium tumbuh baik di dalam tanah maupun di dalam tumbuhan, bakteri
metanogen mempunyai habitat di sedimen danau dan dalam rumen hewan memamah
biak ( Willey et al., 2008). Fungsi dan aktifitas esensial yang mendukung kehidupan di
bumi yang banyak dimiliki oleh mikrobia, hal ini merupakan alasan pentingnya
mempelajari interaksi mikrobia serta berbagai peranan mikrobia dalam ekosistem secara
global.
Mikrobia merupakan bagian yang penting dari suatu ekosistem karena jumlahnya
yang sangat melimpah di alam dan berperan penting dalam siklus biogeokimiawi.
Interaksi mikroorganisme dengan lingkungannya yang terjadi di alam akan
mempengaruhi aktivitas organisme dan ekosistem karena mikroorganisme bersifat
sintetik dan degradatif. Mikrobia sebagai organisme sintetik artinya sebagai produser
bermacam senyawa kimia seperti hormon, nutrien dan anti biotik yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan hewan sedangkan mikrobia sebagai organisme degradatif
artinya mikrobia sebagai produser enzim yang mendegradasi bermacam senyawa organik
1
dan anorganik yang terakumulasi di lingkungannya. (Suharni, Nastiti dan Soetarto.
2008).
Di lingkungan alam mikrobia tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan tetapi
juga berinteraksi dengan organisme lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Hubungan
interaksi tersebut menghasilkan hubungan simbiosis, mikrobia khususnya prokariota
memainkan peranan penting dalam banyak interaksi ekologis. Interksi ekologis di antara
dua spesies yang sama-sama memperoleh keuntungan dinamakan mutualisme, hal lain
juga bersifat komensalisme yaitu hubungan ekologis yang menguntungkan suatu spesies
namun tidak membahayakan sepesies lain, namun ada juga yang berinteraksi secara
parasitisme yaitu hubungan ekologis yang merugikan satu spesies.
Dari ketiga macam keadaan tersebut dapat tercipta bermacam-macam hubungan
hidup, namun hubungan tersebut tidak selalu dapat ditentukan interaksi apa yang terjadi
antara populasi mikrobia dalam ekosistem alam yaitu interaksi satu spesies mikrobia
dengan spesies mikrobia yang lain, untuk menentukannya perlu ada eksperimen
pembiakan secara teliti dengan menumbuhkan dua populasi dalam biakan campuran.
(irianto. 2006).
B. Perumusan Masalah
Penyebaran mikrobia sangat banyak di alam terbuka, kurang dari 1% speisies
yang hanya dimanfaatkan/ditumbuhkan dalam kultur untuk dianalisa di laboratorium dan
lebih dari 99% semua sepesies yang tidak ditumbuhkan pada kultur berdasarkan survei
molekul habitat mikrobia (Brok. 2012). Salah satu peran penting dari interaksi mikrobia
yaitu turut serta dalam menjaga keberlangsungan proses siklus-siklus nutrien di alam.
Berdasarkan informasi ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana interaksi
mikrobia dengan mikrobia lain serta peranan mikrobia dalam ekosistem.
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan interaksi mikroorganisme dengan organisme lain
dengan linkungannya.
2. Untuk mengetahui peranan mikrobia dalam ekosistem
2
D. Manfaat
Adapun manfaat secara umum dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan informasi kepada mahasiswa dan para pembaca tentang aktivitas interaksi
mikrobia. dan khususnya manfaat bagi kami adalah untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam penyusunan makalah ini.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini meliputi ekologi mikrobia, interaksi mikrobia, siklus-
siklus nutrien, bioremediasi dan biotransformasi.
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Konsep Ekologi
Ekosistem merupakan keseluruhan komponen biotik dan abiotik yang terdapat
pada suatu habitat tertentu (Madigan et al., 2009). Menurut Alexander (1994) komponen
biotik merupakan komponen yang berupa makhluk hidup sedangkan komponen abiotik
merupakan kondisi lingkungan yang ditempati oleh makhluk hidup tersebut, contohnya
sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Adapun contoh dari suatu ekosistem adalah
ekosistem sawah, ekosistem tanah, ekosistem perairan dan lain-lain.
Meskipun sebagian besar mikrobia memiliki bentuk yang sangat kecil, akan tetapi
apabila dilakukan penjumlahan maka mikrobia terhitung hampir setengah dari total
biomassa di bumi. Mikrobia menempati habitat yang beraneka ragam serta kemampuan
metabolisme yang mendukung kehidupan bagi organisme lainya. Tipe dari aktivitas
metabolik mikrobia pada suatu ekosistem bergantung pada komposisi spesies, ukuran
populasi, dan status fisiologis dari mikrobia tersebut. Laju dari aktivitas tersebut
dikendalikan oleh jumlah nutrien dan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan
populasi mikrobia.
4
Simbiosis mutualisme merupakan bentuk interaksi antara dua organisme
dimana antar kedua organisme tersebut bersifat saling menguntungkan (Madigan et
al., 2009). Contoh bentuk interaksi ini adalah root nodul pada tumbuhan legume
dan asosiasi mikrobia pada perut hewan ruminansia
B.3 Simbiosis Komensialisme
Simbiosis komensialisme merupakan bentuk interaksi dua organisme
dimana salah satu organisme diuntungkan sedangkan yang lain tidak diuntungkan
maupun dirugikan (Wiley et al., 2008). Contoh bentuk interaksi ini adalah pada
mikrobia yang tumbuh pada rhizosphere/ area sekitar sistem perakaran tumbuhan
yang diuntungkan karena memperoleh material organik yang disekresikan oleh
akar tanaman.
C. Bioremidiasi
Menurut Rao (2001) bioremidiasi merupakan aktivitas metabolik mikrobia
yang mampu membersihkan atau mendegradasi komponen minyak, senyawa kimia
toksik, dan polutan lain yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Bioremidiasi dikatakan pula sebagai langkah alternatif yang murah dalam menangani
masalah pencemaran lingkungan.
5
Uraian singkat mengenai proses pelarutan bijih tembaga yaitu bijih
dengan kandungan logam yang rendah dimasukkan kedalam bak ukuran besar, dan
dilarutkan dengan pelarut sulfuric acid (pH 2) (Madigan et al., 2009). Bijih logam
tersebut akan bereaksi dengan asam dan kemudian larutan yang mengalir ke bawah
bak merupakan larutan yang mengandung bijih kaya logam tembaga. Larutan
tersebut selanjutnya dipresipitasikan dan dipurifikasi untuk memperoleh bijih
dengan kandungan logam tembaga yang tinggi. Adapun reaksinya menurut Moat
(1995) adalah sebagai berikut:
CuS + 2O2 --------------->Cu2+ + SO42-
atau dapat berlangsung secara spontan dengan mikrobia pengoksidasi besi dengan
reaksi menurut Moat (1995)adalah sebagai berikut :
Kandungan senyawa Fe2+ sebagai hasil samping pelarutan bijih logam dioksidasi
kembali oleh bakteri Leptospirillum ferooxidans dan Acidithiobacillus ferooxidans
sehingga dapat digunakan kembali untuk proses pelarutan selanjutnya (Madigan et
al., 2009).
Pada pelarutan bijih emas, emas biasanya ditemukan bercampur dengan mineral
arsenicdan pyrite. A. ferooxidans dapat melarutkan mineral arsenopyrite dan
6
menghasilkan emas. Adapun reaksinya menurut Madigan et al. (2009) adalah
sebagai berikut :
Proses pelarutan emas sama halnya dengan pelarutan pada tembaga yakni
menggunakan bak yang kemudian dialirkan kebawah. Cairan yang mengalir ke
bawah kemudian dipresipitasi dan dimurnikan sebagai bijih dengan kandungan
logam emas yang tinggi.
7
dimetilmerkuri memiliki daya toksisitas 100 kali lebih berbahaya dibanding Hg0
atau Hg2+.
Mikrobia pereduksi sulfat mampu mendetoksifikasi merkuri dan
menghasilkan merkurisulfat melalui reaksi menurut Madigan et al. (2009) sebagai
berikut:
H2S +Hg2+ ------ > HgS
Selain itu bakteri metanogen juga mampu mendetoksifikasi merkuri menghasilkan
Hg0 dengan reaksi menurut Madigan et al. (2009) sebagai berikut :
CH3Hg+------------- > CH4 + Hg0
HgS memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sehingga keberadaanya pada
ekosistem perairan biasanya pada sedimen zona anoksik (rendah oksigen). Namun
demikian, pada kondisi teraerasi HgS dioksidasi oleh Thiobacilli membentuk Hg2+
dan SO42- atau kadang-kadang membentuk metilmerkuri (Willey et al., 2008).
8
Dalam proses ini, molekul induk mengalami proses detoksifikasi atau menjadi
senyawa yang lebih ramah lingkungan akibat serangkaian reaksi enzimatis. Proses ini
terjadi pada fase lag, yaitu fase dimana miroorganisme sedang mengalami proses
aklimasi (adaptasi terhadap keberadaan substrat pestisida). Setelah fase lag berakhir,
serangkaian reaksi kimia kembali dilajutkan untuk mendegradasi pestisida tersebut
seperti hidrolisis, dehalogenasi, dimetilasi, metilasi, reduksi nitro, deaminasi,
pemutusan rantai ikatan, konversi dari nitril menjadi amida dan sebagaianya
(tergantung pada komponen kimiawi pestisida). Sebagai contoh
Pentachloronitrobenzene (PCNB) merupakan fungisida yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan Rhizoctonia dan patogen tanah lain. Fungisida ini secara
gradual akan diconversi menjadi Pentachloroaniline (PCA) dalam kodisi tanah yang
lembab, adapun proses ini akan berlangsung lebih cepat apabila terjadi di tanah
perairan. Percobaan menggunakan tanah yang telah disterilisasi menunjukkan hail
bahwa pestisida tersebut tidak mengalami perubahan/ degradasi. Namun demikian,
apabila dicobakan pada tanah yang tidak disterilisasi maka terjadi peningkatan jumlah
PCA dan diikuti dengan penurunan konsentrasi PCNB (Rao, 2001).
Contoh lainya adalah pada herbisida atrazine, herbisida ini di dalam tanah
didegradasi melalui dua rute. Rute yang pertama, herbisida ini mengalami
penggantian subtituen 2-cholro oleh sebuah gugus hidroksil. Pada rute kedua, proses
degradasi dimediasi oleh fungi tanah yaitu Aspergillus fumigatus yang meliputi reaksi
dealkilasi untuk membentuk 2-chloro-4-amino-6-isopropylamino-s-triazine dan 2-
chloro-4-ethylamino-6-amino-s-triazine. Pembentukan senawa ini dari atrazine
sebagian besar bersifat toksik apabila dalam konsentarasi tinggi (Rao, 2001).
Kemampuan pestisida untuk dapat didegradasi sangat tergantung pada
beberapa hal, antara lain komponen kimiawi dari pestisida tersebut, keberadaannya di
lingkungan alam, kemampuan untuk dapat diabsorbsi, retensi dari pelarut di dalam
matriks tanah, dan sedimen di perairan yang tersusun dari tanah lempung serta
material organik (Madigan et al., 2009). Adapun beberapa contoh mikroorganisme
yang dapat mendegradasi pestisida antara lain dari genera Pseudomonas, genera ini
mampu mendegradasi herbisida jenis 2,4,5-T (2,4,5-trichlorophenoxy acetic acid) dan
jenis Chloropropham (Isopropyl-N-3-chlorophenl carbamate) (Rao, 2001). Kemudian
genera Rhodococcus, Arthrobacter, dan Flavobactrium mampu mendegradasi
fungisida pentachlorophenol (PCP) (Alexander, 1994).
9
Beberapa jenis bakteri berbentuk coccus gram negatif dketahui juga mampu
mendgradasi herbisida jenis pyrazon (5-amino-4-chloro-2-phenyl-pyridazine-3(2H)-
one, sedangkan untuk herbisida jenis IPC (Isopropyl N-Phenyl carbamate) diketahui
mampu didegradasi dengan baik oleh bakteri genera Arthrobacter di dalam tanah.
Beberapa jenis bakteri tanah lain juga mampu mendegradasi herbisida jenis 2,4-D
(Dichlorophenoxy acetic acid) (Rao, 2001).
E. Siklus Nutrien
E.1 Siklus C (karbon)
Karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi.
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir utama karbon yaitu atmosfer, biosfer
terestrial (termasuk sistem ekologi perairan tawar dan karbon organik yang terdapat
dalam tanah), lautan (termasuk organisme didalamnya) dan sedimen serta bebatuan
(termasuk bahan bakar fosil) (Nicklin et al., 1999). Komponen utama dalam siklus
karbon adalah karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Laut mengandung karbon
dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Di lautan karbon akan mengikuti
reaksi CO2 + H2O ⇌ H2CO3 yang menjadi buffer yaitu untuk mengontrol pH di laut
dan juga dapat berubah sebagai sumber karbon. Beberapa siklus nutrien saling
berhubungan dengan siklus karbon, selain air (H 2O) siklus N (nitrogen) mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan siklus karbon (Willey et al., 2008) . Hal ini
diesebabkan karena sebagian besar komponen penyusun makhluk hidup adalah unsur-
unsur tersebut diatas.
10
Gambar 1. Siklus karbon yang terjadi di bumi (Madigan et al., 2009)
11
mengoksidadi C4 menjadi asam lemak C8, yang selanjutnya akan menghasilkan asetat,
CO2 dan H2. Lalu, Synthropobacter wolinii yang berperan dalam fermentasi propionat
(C3) danSynthropus gentianae yang akan mendegradasikan senyawa-senyawa
aromatik, misal dari benzoat menjadi asetat, H2 dan CO2. Produk akhir dari sintropi ini
adalah CH4 dan CO2, dan semua bahan organik yang masuk dalam habitat
metanogenik ini juga akan diubah menjadi produk akhir tersebut (Madigan et al.,
2009).
12
Tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui absorbsi akar, baik dalam
bentuk ion nitrat atau ion amonium. Sedangkan hewan memperoleh nitrogen dari
tanaman yang mereka makan.Tanaman dapat menyerap ion nitrat atau amonium dari
tanah melalui rambut akarnya. Pada tanaman yang memiliki hubungan mutualistik
dengan rhizobia, nitrogen dapat berasimilasi dalam bentuk ion amonium langsung
dari nodul. Hewan, jamur, dan organisme heterotrof lain mendapatkan nitrogen
sebagai asam amino, nukleotida dan molekul organik kecil (Alexander, 1994).
Jika tumbuhan atau hewan mati, nitrogen organik diubah menjadi amonium
(NH4+) oleh bakteri dan jamur. Perubahan amonium menjadi nitrat dilakukan oleh
bakteri yang hidup di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya (Rao, 2001). Tahap
utama nitrifikasi diawali ketika bakteri nitrifikasi, misal anggota spesies
Nitrosomonas, mengoksidasi amonium (NH4+) dan mengubah amonia menjadi nitrit
(NO2-). Spesies bakteri anggota spesies Nitrobacter, bertanggung jawab untuk
mengoksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses perubahan nitrit menjadi nitrat
sangat penting karena nitritbersifat toksik bagi tanaman.
Proses nitrifikasimenurut Madigan et al. (2009) dapat ditulis dengan reaksi berikut
ini:
1. 2NH3 + 2CO2 + 3CO2 + Nitrosomonas sp. à 2NO2- + 2H2O + 2H+
2. 2NH3 + 2CO2 + 3O2 + Nitrosomonas sp. à NO3-
3. NH3 + O2 à NO2- + 3H+ + 2e-
4. NO2- + H2O à NO3- + 2H+ + 2e
Meskipun berbeda dengan amonia yang bersifat toksik bagi ikan jika berada di
perairan, kadar nitrat yang tinggi dalam suatu perairan dapat memicu terjadinya
eutrofikasi atau penyuburan sehingga akan terjadi ledakan populasi fitoplankton dan
tanaman akuatik lainnya. Peristiwa ini disebut dengan booming plankton(Willey et al.,
2008).
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen (N2). Proses ini
dilakukan oleh anggota spesies bakteri Pseudomonas dan Clostridium dalam kondisi
anaerobik (Hogg, 2005). Mereka menggunakan nitrat sebagai akseptor elektron
terakhir selama respirasi.
Denitrifikasi menurut Rao (2001) umumnya berlangsung melalui beberapa
kombinasi dari bentuk peralihan sebagai berikut:
NO3-à NO2-à NO + N2O à N2 (gas)
13
Proses denitrifikasi lengkap menurut Rao (2001) dapat dinyatakan sebagai reaksi
redoks:
2 NO3- + 10e- + 12 H+à N2 + 6 H2O
Dalam proses biologis umumnya mengubahnitrit dan amonium langsung ke
elemen (N2) gas nitrogen. Proses ini terjadi di lautan. Reduksi dalam kondisi
anaerobik juga dapat terjadi melalui proses yang disebut oksidasi amonia anaerobik
NH4+ + NO2-à N2 + 2 H2O
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
mikrobia memiliki beragam interaksi yaitu meliputi simbiosis mutualisme, simbiosis
parasitisme, dan simbiosis komensialisme. Selain itu berbagai aktivitas metabolik
mikrobia di alam diketahui dapat berperan dalam siklus nutrien, bioremidiasi logam
berat, dan biotransformasi pestisida.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Willey, J. M., L. M. Sherwood, & C. J. Woolverton. 2008. Prescott, Harley, & Klein’s
Microbiology 7th Ed. Mc Graw-Hill Pub.: USA
17