Anda di halaman 1dari 4

Balut Bidai

a. Definisi balut
Pembalutan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai cara mengurangi resiko kerusakan
jaringan yang terjadi dan selanjutnya mencegah maut, mengurangi nyeri, serta mencegah kecacatan dan
infeksi (Susilowati, 2015). Menurut Purwoko (2007) pembalut merupakan bahan bersih yang digunakan
untuk menutup luka.
b. Definisi bidai
Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai ini dipasang dengan
menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur terbuka (Asikin, Nasir, Podding, dkk,
2016). Sedangkan menurut Insani dan Risnanto (2014) bidai merupakan suatu alat yang di gunakan dalam
melakukan imobilisasi pada fraktur atau tulang yang patah.
c. Tujuan Pembalutan dan Pembidaian
1.) Tujuan Pembalutan
Tujuan pembalutan adalah untuk meminimalisir resiko terjadinya kerusakan jaringan guna mencegah
keparahan kondisi, mengurangi rasa sakit, serta mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015).
Tujuan lain dari pembalutan yaitu melindungi luka terbuka terkontaminasi, menghentikan perdarahan,
memperbaiki suhu tubuh, melekatkan sesuatu seperti obat dan bidai (Risnanto dan Insani, 2014). Menurut
Jirkovsky et all (2014) balut digunakan sebagai perlindungan (protection), kompresi (compression),
fiksasi (fixation), pendukung (supporting), pemakaian jangka panjang (extended wear), dan memperbaiki
(redressing).
2.) Tujuan pembidaian
Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang berfungsi mencegah
terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Menurut Schneider
(2011) bidai digunakan betujuan sebagai proteksi luka guna meminimalisir keparahan pada luka,
mengurangi rasa sakit, dan sebagai penopang bagian badan yang terluka.
d. Prinsip Pembalutan dan Pembidaian
1.) Prinsip pembalutan menurut Isnani dan Risnanto (2014) adalah
a) Melakukan antiseptik atau pembersihan luka sebelum dilakukan pembalutan.
b) Balutan yang digunakan merupakan balutan bersih.
c) Balutan yang dilakukan menutup semua permukaan luka.
d) Pembalutan yang diterapkan tidak boleh terlalu kencang maupun longgar.
e) Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak boleh diatas luka.
f) Segera kendorkan atau melepas balutan yang menimbulkan kebal, kesemutan, dan dingin pada sekitar
balutan.
g) Memperhatikan bentuk tubuh yang akan dilakukan pembalutan, seperti bulat, siku, atau datar.
2.) Prinsip pembidaian menurut AGD 119
a) Bahan pada bidai merupakan bahan yang tidak mudah patah dan tidak lentur.
b) Panjang bidai minimal mampu melewati dua sendi.
c) Pemasangan bidai tidak boleh dipasang diatas luka atau fraktur.
1.) Jenis Pembalutan
Macam pembalutan menurut Risnanto dan Insani (2014) adalah:

a) Pembalut segitiga / mitella. b) Pembalut pita gulung / verband.

c) Pembalut elastis / elastic verband. d) Pembalut cepat / quick verband.

2.) Jenis Pembidaian


Tipe dasar dari pembidaian menurut Schottke (2016) meliputi:
a) Rigid splints
Rigid splints diproduksi melalui perusahan material dan dapat digunakan pada sisi samping, depan, atau
belakang pada ekstremitas yang terkena cidera Schottke (2016). Terdapat beberapa tipe yang termasuk
dalam rigid splints yakni padded board splints yang merupakan potongan kayu dengan ukuran 12” x 3”
dengan sudut membuat dan dilapisi ½” busa guna kenyamanan pasien dan lapisi dengan kain vinil supaya
tahan lama dan mudah dibersihkan (Alimed, 2017)

a. padded board splints b. SAM splint

c. molded plastic splint d. folded cardboard splints

b) Soft splints
Soft splints merupakan bidai yang tergolong fleksibel dan mudah digunakan pada sekitar bagian tubuh
yang cidera.

a. vacuum splints b. air splints


c) Traction splints
Menurut Caroline (2007) bidai traksi dapat memberikan tarikan secara konstan pada tulang yang patah.
Tipe traksi yang biasa digunakan adalah sagar dan hare traction splint.
a. sagar splint b. hare splint
Prosedur Untuk Pembidaian

1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembidaian


2. Lepas segalal sesuatu yang mengganggu proses pembidaian. Contohnya sepatu, aksesoris, jam,
dan lain-lain
3. Untuk pembidaian melalui dua sendi perlu diukur panjang bidai pada sisi kontralateral pasien
yang tidak mengalami kelainan atau normal
4. Pada bidai perlu dipastikan tidak ketat maupun longgar
5. Lakukan pembungkusan bidai dengan pembalut sebelum digunakan
6. Pengikatan bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal pada bagian tulang
patah
7. Setelah selesai memasang bidai lakukan pengangkatan bagian tubuh yang dibidai untuk
memastikan tida ada indikasi

Anda mungkin juga menyukai