Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“TEKNIK PEMANTAUAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Dosen Pengampu : Rus Andraini, A.Kp.,M.PH

DISUSUN OLEH :

Farry Misdinoor Arianto (P07220117070)

Ratu Alkhar Sahbana Putri (P07220117068)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Teknik Pemantauan
dan Perkembangan Pada Anak” . Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, ciri-ciri suatu metode dan bagaimana
penilaian alam tumbuh kembang anak serta beberapa hal yang bersangkutan dengan materi
tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 25 Januari 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................4
A. Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Dengan Metode DDST II..........................................4
B. Perkembangan Dan Pemantauan Anak Dengan Metode KPSP........................................................8
C. Perkembangan dan Pemantauan Anak Dengan Metode TDD........................................................10
D. Perkembangan dan Pemantauan Anak Dengan Metode KPAP (Kuesioner Perilaku Anak
Prasekolah)............................................................................................................................................12
E. KEGIATAN SDIDTK ( Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang )..........................17
BAB III.................................................................................................................................................20
PENUTUP............................................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan anak usia 0-6 tahun. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis
akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler.oleh karena itu, pertumbuhan
dapat diukur dalam sentimeter atau inch dandalam kilogram atau pound. Pertumbuhan ( growth)
berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Perkembangan
digunakan untuk menunjukan bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks.Seseorang
berkembang dalam pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan
kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya.Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan
sbagai sinonim untuk perkembangan.

B. Rumusan Masalah

1.Apakah pengertian dari Pertumbuhan, Perkembangan, dan DDST ?

2.Bagaimanakah tahapan tumbuh kembang Anak dan Remaja ?

3.Bagaimanakah tumbuh kembang Neonatus ?

4.Bagaimanakah tumbuh kembang pada Anak Balita ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pertumbuhan, Perkembangan, dan DDST !


2. Untuk mengetahui tahapan tumbuh kembang Anak dan Remaja !
3. Untuk mengetahui tumbuh kembang Neonatus !
4. Untuk mengetahui tumbuh kembang pada Anak Balita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Dengan Metode DDST II

PENGERTIAN
DDST (Denver Development Screening Test) adalah salah satu metode screening terhadap
parameter perkembangan anak berdasarkan usia anak (Soetjiningsih, 1998). Test ini mudah dan
cepat (15-20 menit) secara individual dengan partisipasi aktif dari orangtua dan pemeriksa. Dan
perlu diingat bahwa test ini bukanlah test diagnostic atau test IQ melainkan tes  pemantauan dan
pemeriksaan pekembangan anak yang dilakukan secara berkala dan teratur sejak anak lahir
sampai usia 6 tahun
 
FUNGSI
Untuk melihat perkembangan personal social, motorik halus, bahasa, motorik kasar pada anak
mulai umur 1 bulan sampai 6 tahun.

4 Paramter yang dimulai pada DDST II :

1.Personal Social (kepribadian / tingkah laku) Meliputi : Aspek kemampuan diri, bersosialisasi,
dan berinteraksi dengan lingkungan.
2.Fine Motorik Adaptive (Gerakan Motorik Halus) Meliputi : memegang sesuatu dan
menggambar
3.Language (bahasa) Meliputi : respon suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan
4.Gross Motor (Perkembangan Motorik Kasar) Meliputi : Aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh
TUJUAN PENILAIAN
1.Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal yang merupakan resiko terjadinya
kelainan perkembangan anak.
2.Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan dan konseling
genetik.
3.Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke center yang lebih tinggi.

SKOR PENILAIAN
Skor yang digunakan pada Denver II :
 
“P” (Pass)
 Lewat : anak melakukan uji coba dengan baik atau pengasuh anak member laporan  bahwa anak
dapat melakukannya.
 
“F” (Fail)
 Gagal : anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau pengasuh anak dapat memberi
laporan bahwa anak tidak melakukan dengan baik.
 
“C” (Caution)
 Perlu perhatian : anak dapat melakukan tugas perkembangan tetapi masih ada rentang waktu.

PERSIAPAN
1.Persiapan alat :
 
- Alat peraga : Benang wol merah, kismis / manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.  
- Lembar formulir DDST  
- Buku petunjuk  
- Menentukan anak yang akan di DDST kan
2.Persiapan pasien :
 
- Menjelaskan pada orangtua dan klien tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan pada
pemeriksaan DDST II.
- Menjelaskan pada orangtua bahwa test yang dilakukan bukanlah test IQ, lingkungan harus
menunjang, anak harus merasa nyaman setelah test

PELAKSANAAN
1.Memeriksa kesehatan anak

2.Menuliskan tanggal peneriksaan

3.Menentukan umur kronologis dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.

4.Melakukan DDST :
a. Menarik garis umum vertical pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas
perkembangan pada ke 4 sektor.
 
b. Melakukan test pada gross motor (motorik kasar), language (bahasa), fine motor adaptive
(motorik halus) dan personal social (perilaku halus).

 c. Apabila pada ujung kotak sektor perkembangan terdapat kode L atau R maka tugas
perkembangan cukup ditanyakan pada orangtua.

 d. Apabila pada ujung kotak sektor perkembangan terdapat kode nomor maka tugas
perkebangan di test sesuai petunjuk pada buku petunjuk.

5.Menilai dan pendokumentasian hasil DDst pada lembar formulir DDST : Normal , Abnormal,
Meragukan (Questionable),Tidak dapat di test (Untestable)
6.Mengobservasi perasaan anak saat di test, hubungan dengan pemeriksa, seberapa  besar
perhatiannya, perilaku verbal, rasa percaya diri.

7.Menentukan tindakan selanjutnya apakah memerlukan test kedua atau tidak


.
8.Memberi informasi pada orangtua tentang hasil DDST yang sudah dilakukan.

9.Melakukan pendokumentasian secara keseluruhan tentang hasil DDSt dan hasil observasi
.
10.Membereskan alat

Parameter perkembangan anak dan berdasarkan kategori hasil pemeriksaan DDST, yaitu:

1.Normal, jika tidak terdapat satu pun F dan hanya terdapat satu C pada item tugas
perkembangan.

2.Abnormal, jika terdapat dua atau lebih F pada item tugas perkembangan.

3.Dicurigai, jika terdapat satu F dan dua atau lebih C pada item tugas perkembangan.
 
Catatan : Selama melakukan test dibutuhkan kerjasama antara anak dan pengasuh, oleh karena
itu sebelum melakukan test :
a. Anak merasa senang dan aman
b. Anak dalam keadaan sehat / tidak merokok
B. Perkembangan Dan Pemantauan Anak Dengan Metode KPSP

PENGERTIAN

Pemantauan pertumbuhan memerlukan standar yang tepat yang untuk mendeteksi


dini adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi serta dapat meningkatkan gizi
anak, menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi, serta deteksi dini penyakit yang
mendasari gangguan pertumbuhan. Selain pengukuran dasar anak, pemantauan pertumbuhan
anak dapat dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

TUJUAN
pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah
pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum
mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Instrument penilaian
        Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
        KPSP dipergunakan untuk anak laki-laki maupun perempuan.
        Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil
berukuran 0,5-1 cm.

Cara menggunakan KPSP


1.      Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.
2.      Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak
lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan
15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
3.      Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4.      KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
        Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue
sendiri?”
        Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”
5.      Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan
ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6.      Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1
jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
7.      Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan.
8.      Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP :


Hitunglah berapa jawaban Ya.
1. Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukannya.
2. Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
Jumlah jawaban Ya
        9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)
        7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
        6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
C. Perkembangan dan Pemantauan Anak Dengan Metode TDD

Test Daya Dengar (TDD) Alat : Mulai umur 3 bulan


Tiap 3 bulan sampai umur 1 tahun Tiap 6 bulan umur 1-6 tahun, Umur < 24 bln dijawab oleh ibu
/ pengasuh Umur > 24 bln perintah melalui ibu/ pengasuh agar dikerjakan oleh anak Alat : Daftar
pertanyaan : 0-6 bln, 6-9 bln, 9-12 bln, bln, 2 – 3 thn, > 3 thn. Gambar binatang
(ayam,anjing,kucing), manusia Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

Test Daya Dengar (TDD)


Hitung umur anak (tanggal, bulan, tahun). Lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bln Pilih daftar
pertanyaan yang sesuai kelompok umurnya Jelaskan tujuan TDD pada orangtua Orangtua jangan
ragu-ragu atau takut disalahkan Umur < 24 bln : tanyakan isi TDD Umur > 24 bln : laksanakan
perintah sesuai TDD

Tes daya dengar (TDD) umur < 24 bulan


Bacakan pertanyaan kepada ibu/pengasuh dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu. Semua
pertanyaan harus dijawab oleh orangtua/pengasuh. Tunggu jawaban dariorangtua/pengasuh
Jawaban “Ya” jika: Menurut orangtua, anak dapat melakukan dalam satu bulan terakhir. Jawaban
“Tidak” jika: Menurut orangtua anak tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukan dalam
satu bulan terakhir.

Tes daya dengar (TDD) umur > 24 bulan


Berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk dilakukan oleh anak. Amati kemampuan anak
dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh. Jawaban Ya jika: Anak dapat melakukan perintah
orangtua / pengasuh. Jawaban Tidak jika: Anak tidak dapat /tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
Interpretasi (penafsiran) Tes Daya Dengar:

Tes daya dengar (TDD) Interpretasi (penafsiran) Tes Daya Dengar: Bila ada satu atau lebih
jawaban “Tidak”, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Catat jumlah
ketidakmampuan anak. Intervensi (tindakan): Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

Tes Daya Lihat (TDL) Mulai umur 3 tahun, ulang tiap 6 bulan
Dikerjakan oleh tenaga kesehatan atau guru Alat dan Sarana : Ruangan Dua buah kursi Poster
huruf E dan penunjuk Guntingan huruf E

Tes Daya Lihat (TDL) Cara: gantungkan poster 3 m dari anak,


setinggi mata anak dalam posisi duduk latih anak megarahkan kartu E dengan benar ke atas,
bawah, kanan, kiri, sesuai yang ditunjuk pada poster Tutup sebelah mata dengan kertas Tunjuk
huruf E pada poster satu persatu mulai baris 1 -4 Puji bila anak dapat mencocokkan arah huruf E
Ulangi pada mata sebelahnya. Interpretasi (penafsiran) Bila tdk dapat mencocokkan posisi E s/d
baris ketiga gangguan daya lihat Intervensi (tindakan) : rujuk

D. Perkembangan dan Pemantauan Anak Dengan Metode KPAP (Kuesioner Perilaku Anak
Prasekolah)

Pengertian

KPAP adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelaian perilaku anak prasekolah.

KPAP adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
secara dini kelainan-kelainan perilaku anak prasekolah, sehingga dapat segera dilakukan tindakan untuk
mengantisipasinya. KPAP diberikan kepada anak usia prasekolah atau 3-6 tahun. Dalam KPAP terdapat 30
perilaku yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak. Jika didapatkan hasil nilai lebih atau sama dengan
sebelas, maka anak perlu dirujuk.
Tujuan
Adapun tujuan dari KPAP yaitu ;
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan perilaku anak secara dini sehingga tindakan tepat
dapat segera dilakukan.

Prosedur KPAP
a. Cara menggunakan KPAP

Dengan mengajukan 30 pertanyaan pada orang tua/pengasuh à oleh kader, orang tua dan
guru.

b. Cara menilai KPAP


Berikan nilai untuk setiap jawaban sesuai data perilaku anak yaitu :
Ø Tidak terdapat (T) = 0
Ø Kadang – kadang terdapat (K) = 1
Ø Sering terdapat (S) = 2
Jumlah nilai jawaban dari data perilaku anak
Apabila jumlah nilai < 11 =" tidak"> 11 = anak perlu dirujuk

Interpretasi KPAP

a) Petunjuk
- Kuesioner ini berisi 30 perilaku anak yang ditanyakan kepada orang tua atau diisi sendiri
oleh orang tua untukmendeteksi didni kelainan perilaku anak pra sekolah.(3-6)
- Orang tua dapat menjawab ;
o Tidak pernah (nilai 0 )
o Kadang-kadang (nilai 1)
o Sering (nilai 2 ) sesuai dengan perilaku anak sehari-hari.
- Jika jumlah seluruh nilai >11, maka anak perlu dirujuk sedangkan jika jumlah nilai
PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH

•         Beberapa aspek perkembangan yang dialami pada masa prasekolah pada umunya merupakan
lanjutan dari perkembangan yang telah ada sejak bayi. Adapun aspek perkembangan sebagai
berikut:

          
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

•         Perkembangan gerak motorik anak sendiri, sebagaimana dibedahkan Elizabeth B. Hurlock,
seorang psikolog perkembangan dan pemerhati masalah anak merupakan perkembangan
pergerakan jasmaniah melalui kegiatan saraf, urat, dan oto yang terkoordinasi. Aspek atau
gerak motorik kasar, merupakan gerak anggota badan secara kasar, atau setidaknya
dilakukan dengan gerakan-gerakan yang agak keras. Misalnya berjalan, naik turun tangga,
melempar, dan menangkap bola yang disodorkan kepadanya.

•         Saat berusia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana, seperti loncat-loncatan, melompat,
dan lari kesana-kemari hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut.
Aktivitas berlari-melompat ini tidak akan mendapat medali, tetapi bagi anak berusia 3 tahun,
aktivitas tersebut merupakan sumber kebanggaan.

•         Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi
lebih suka berpetualang. Mereka memanjat dengan tangkas dan menunjukkan kemampuan
atletis mereka yang luar biasa. Meskipun mereka sudah lama mampu memanjat tangga
dengan satu kaki disetiap anak tangga, mereka baru mampu menuruni tangga dengan cara
yang sama.

•         Di usia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan dibandingkan ketika mereka berusia 4
tahun. Bukanlah hal yang luar biasa bagi anak umur 5 tahun yang percaya diri untuk
melakukan adegan yang menakutkan, mereka berlari cepat dan menyenangi balapan satu
sama lain dan dengan orang tua.
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

•         Adapun perkembangan gerak motorik halus sendiri adalah meningkatnya pengoordinasian
gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf yang lebih kecil. Keterampilan
motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kelompok otot dan saraf inilah
yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti merobek, menggambar,
dan menulis.
•         Pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil
diantara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu. Di usia ini anak dapat membangun
menara balok yang tinggi, selain itu mereka mulai dapat bermain dengan gambar bongkar
pasang sederhana dan memasangkannya ditempat yang kososng dengan menekannya dengan
kuat.
•         Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun
bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena, dengan keinginan
mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna, mereka membongkar lagi balok
yang sudah tersusun.
•         Saat berusia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan,
dan jari semua bergerak bersama dibawah perintah mata. Menara sederhana tidak lagi
menarik minat anak, yang sekarang ingin membangun sebuah rumah atau gereja, lengkap
dengan menaranya.

BAHASA

•         Bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Pada manusia bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya
suatu sistem aturan. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta
aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. (Santrock,
2007)

•         Bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik (Berko Gleason, 2005). Organisasi
tersebut melibatkan lima sistem aturan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan
pragmatik.

•         Perubahan-perubahan dalam paragmatik juga mencirikan perkembangan bahasa anak-anak


yang belia ini (Brayant, 2005). Perkembangan-perkembangan paragmatik yang terjadi
selama tahun-tahun prasekolah sebagai berikut :

•         Pada usia 3 tahun, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk berbicara tentang hal-
hal yang secara fisik tidak ada, mereka mengembangkan penguasaan mereka atas aspek
bahasa, yang dikenal sebagai pemindahan (displacement), dan menghidupkan imajinasi
mereka.

•         Anak-anak usia 4-5 tahun mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain
dalam percakapan dengan mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Mereka
mebedakan cara berbicara antara dengan teman sebaya dan dengan orang yang lebih
dewasa, dengan menggunakan bahasa formal dan lebih sopan.

•         Suatu ringkasan tentang tonggak sejarah perkembangan dalam bahasa diklasifikasikan
oleh Roger Browm (1973) sebagai berikut :

•         Tahap usia 35-40 bulan atau sekitar 3-4 tahun memiliki karakteristik yang mana anak
mampu untuk meletakkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, seperti “Ini mobil
yang ibu beli untukku”.

•         Tahap usia 41-46 bulan atau sekitar 4-5 tahun, jumlah rata-rata per kalimat adalah 3,75-
4,50 dan sudah mampu mengoordinasikan antara kalimat-kalimat sederhana dan
hubungan-hubungan proporsional, seperti “Jerry dan Cindy itu saudara”.

SOCIAL DAN MORAL

•         Perkembangan dalam aspek moral adalah perubahan-perubahan yang dialami seseorang
menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung yang menyangkut pertambahan pengetahuan
seorang anak mengenai baik dan buruk. Perkembangan moral seseorang berkaitan erat
dengan perkembangan sosial anak.

•         Robert J. Havighurst telah membagi tahap perkembangan moral seseorang kedalam empat
tahap, tahap perkembangan moral yang terjadi pada usia pra sekolah yaitu anak belum
dapat menafsirkan hal-hal yang tersirat dari sebuah perbuatan, antara perbuatan disengaja
atau tidak, anak belum mengetahui, yang ia nilai hanyalah kenyataannya.

•         Namun demikian, sebagian ahli berpendapat bahwa masalah moral akan muncul
manakalaterjadi suatu pertentangan ataupun konflik mengenai persoalan tujuan, rencana,
hasrat, keinginan, serta harapan manusia.
•         Ketika anak-anak berhadapan dengan pertentangan yang dikemukakan diatas, proses yang
mereka lakukan dalam menyelesaikan masalah permasalahan moral dapay untuk
memotivasi agar memeperhatikan kepentingan orang lain dan kecendrungan untuk merasa
tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang lain.

EMOSIONAL

•         Emosi merupakan perasaan yang merupakan perpaduan gejolak fisiologis dan perilaku
yang terlibat didalamnya. Kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan adalah diantara jenis
bagian yang melingkupi emosi ini. Oleh karena itu, semua hal yang bersumber pada emosi
harus diperhatikan karena jika tidak bisa melahirkan masalah besar.
•         Pada awal pertumbuhannya, seorang anak belum memiliki reaksi emosional terhadap
objek yang bersifat abstrak, seperti mencintai keindahan, kejujuran, kebenaran, etika, dan
estetika sebagaimana yang dimiliki oleh orang dewasa.
•         Anak usia pra sekolah pun akan memiliki bahasa tubuh yang khas dalam merefleksikan
emosinya bila sedang marah, sedih, atau bahagia. Meski demikian kondisi tiap-tiap anak
berbeda satu sama lain.
•         Menurut Dadang Hawari perbedaan emosi antar anak satu dengan yang lain dipengaruhi
sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik
anaknya. Dalam paradigma yang lain ada factor lain diluar anak yang mempengaruhi
perbedaan tersebut, salah satu yang mendasar adalah lingkungan dimana anak itu tinggal.

E. KEGIATAN SDIDTK ( Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang )

 Program SDIDTK

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi
dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988
dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan
terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraanan tara keluarga, masyarakat dengan
tenaga professional Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SDIDTK dengan DDTK,
hanyalah perbedaan istilah.

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader,
tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional
kesehatan, pendidikan dan sosial).

 Pengertian SDIDTK

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa
5tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga,
masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh
kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.

Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

Pengertian :

ü  Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal.

ü  Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.

ü  Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang
perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.

Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar gerak
halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak.
Sasaran :

1. Sasaran Langsung : Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Sasaran Tidak Langsung : Tenaga kesehatan yang berkerja di lini terdepan (Dokter,
Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya). Tenaga
pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh
kembang anak, Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.

  Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani


meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang
dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :

a)      Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan
untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah
Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA.

b)      Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling,
melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan
yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan
penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c)      Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke
Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter
spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit
Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak
yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi
medik, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

DDST (Denver Development Screening Test) adalah salah satu metode screening terhadap
parameter perkembangan anak berdasarkan usia anak (Soetjiningsih, 1998). Test ini mudah dan
cepat (15-20 menit) secara individual dengan partisipasi aktif dari orangtua dan pemeriksa. Dan
perlu diingat bahwa test ini bukanlah test diagnostic atau test IQ melainkan tes pemantauan dan
pemeriksaan pekembangan anak yang dilakukan secara berkala dan teratur sejak anak lahir
sampai usia 6 tahun.

Pemantauan pertumbuhan memerlukan standar yang tepat yang untuk mendeteksi dini
adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi serta dapat meningkatkan gizi anak,
menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi, serta deteksi dini penyakit yang
mendasari gangguan pertumbuhan. Selain pengukuran dasar anak, pemantauan pertumbuhan
anak dapat dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. 2002.

Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3

. Jakarta : EGC Rorenshein, Beryl. J. 1997.

Intisari Pediatri, Panduan Praktek Klinik

http://berbagi-ilmu-sesama-manusia.blogspot.com/2016/09/skrining-pemeriksaan-
perkembangan-anak.html

Anda mungkin juga menyukai