PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah
(Rohani, 2011).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosatro,
2012).
Jenis-jenis persalinan terdiri dari persalinan spontan, jika persalinan
berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir,
persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari
luar misalnya ekstraksi dengan forceps/dilakukan operasi sectio caesarea,
persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin
dan prostaglandin (Prawirohardjo, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu passenger, passage,
power, psikis, dan penolong. (Asinah, 2010).
Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga
kehamilan di pertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin yang di keluarkan oleh hipofise parst posterior daapt
menimbulkan kontraksi Braxton hicks. Kontraksi Braxton hicks akan menjadi
kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu makin tua hamil
frekuensi kontraksi makin sering. (Prawirohardjo, 2010)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang termasuk dalam konsep dasar persalinan?
2. Apakah yang termasuk dalam konsep dasar anemia sedang?
3. Bagaimanakah manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen Varney?
4. Apakah yang dimaksud pendokumentasian Asuhan Kebidanan?
5. Bagaimana asuhan kebidanan Intrapartum Ny ”N” gestasi 34 minggu 3
hari dengan Anemia sedang!
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang termasuk dalam konsep dasar persalinan?
2. Mengetahui apakah yang termasuk dalam konsep dasar Anemia sedang?
3. Mengetahui bagaimanakah manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen
Varney?
4. Mengetahui apakah yang dimaksud pendokumentasian Asuhan
Kebidanan?
5. Memahami cara serta mampu melaksanakan asuhan kebidanan
Intrapartum Ny ”N” gestasi 34 minggu 3 hari dengan Anemia sedang!
BAB II
PEMBAHASAN
3. Pencegahan Infeksi
Penolong persalinan secara konsisten dan sistematis harus
menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai
bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan
bekas pakai.
a. Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen
lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan
ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus
dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko
penuaran penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan
HIV/AIDS.
Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan
perlindungan pribadi (kaca mata, masker, celemek, dll) dapat
melindungi petugas terhadap percikan yang dapat
mengkontaminasi dan menyebarkan penyakit. Waspada dan
berhati-hati dalam menangangi benda tajam, melakukan proses
dekontaminasi, dan menangani peralatan yang terkontaminasi
merupakan cara-cara untuk meminimalkan resiko infeksi.
Pencegahan infeksi tersebut, tidak hanya bagi ibu dan bayi baru
lahir tapi juga terhadap penolong persalinan dan staf kesehatan
lainnya.
PI adalah bagian esensial dari semua asuhan yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin
pada saat penolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan
asuhan selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan / bayi
baru lahir atau saat menatalasana penyulit.
b. Defenisi tindakan-tindakan pencegahan infeksi
1) Asepsi atau teknik aseptic
Adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam
pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan
semua ushaa yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Teknik aseptic membuat prosedur lebih
aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan
cara menurnkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi)
mikroorganisme pada kult, jaringan dan instrument / peralatan
hingga tingkat yang aman.
2) Prinsip – prinsip pencegahan infeksi
PI yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan)
harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi
dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi
3. Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda
lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan
kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus
dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus
diproses secara benar
4. Resiko infeksi tidak bisa dihilangan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan
tindakan – tindakan PI secara benar dan konsisten.
3) Tindakan-tindakan pencegahan infeksi
Ada berbagai praktik PI yang dapat mencegah
mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu
lainnya (ibu, bayi baru lahir dan para penolong persalinan)
sehigga dapat memutuskan rantai penyebaran infeksi.
Tindakan-tindakan PI termasuk hal-hal berikut :
a. Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari
pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci tangan harus
dilakukan :
1) Segera setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan
ibu dan bayi baru lahir
3) Setelah kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi
baru lahir
4) Sebelum memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril
5) Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui
lubang atau robekan sarung tangan)
6) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi
oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah
menyetuh selaput mukosa (misalnya hidung, mulut, mata,
vagian) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung
tangan
7) Setelah ke kamar mandi atau menggunakan toilet
8) Sebelum pulang kerja
b. DTT Kimiawi
Bahan kimiawi yang di gunakan untuk DTT adalah klorin
dan glutaraldehid (cidex). Alkohol, iodine dan indofor tidak
di golongkan sebagai desinfektan tingkat tinggi. Alkohol
tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh
dalam larutan iodine. Larutan tersebut hanya boleh digunakan
sebagai desinfektan jika desinfektan yang dianjurkan tidak
tersedia.
Larutan desinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan
tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat
korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20
menit maka peralatan yang sudah desinfektan tingkat tinggi
secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang.
Langkah-langkah kunci pada desinfektan tingkat tinggi
secara kimiawi termasuk : letakkan peralatan dalam keadaan
kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam
wadah dan pastikan peralatan terendam seluruhnya dala
larutan kimia.
a. Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan
kimia
b. Rendam peralatan selama 20 menit
c. Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia
di buku khusus
d. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-angingkan
sampai kering diwadah infeksi tingkat tinggi yang
berpenutup
e. Setelah kering peralatan dapat segera di gunakan atau
dapat di simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi
berpenutup rapa.
Benda-benda steril atau DTT harus di simpan dalam
keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan yang
tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga
dan dapat di gunakan hingga 1 minggu setelah diproses.
Peralatan steril yan di bungkus dalam plastic bersegel,
tetap kering dan utuh masih dapat di gunakan hingga 1
bulan setelah proses. Peralatan dan bahan desinfeksi
tingkat tinggi dapat di simpan dalam wadah tertutup yang
sudah didesinfeksi tingkat tinggi, masih boleh di gunakan
dalam kisaran waktu 1 minggu asalkan tetap kering dan
bebas debu.
4. Pencatatan ( Rekam Medik ) Asuhan Persalinan
Dokumenntasi dalam manajemen kebidanan merupakan bagian yang
sangat penting. Hal ini di karenakan:
a. Dokumentasi menyediakan catatan permanen tentang manajemen
pasien.
b. Memungkinkan terjadinya pertukaran informasi di antara petugas
kesehatan
c. Kelanjutan dari perawatan dipermudah, dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu petugas ke petugas yang lain, atau
dari petugas ke fasilitas
d. Informasi dapat digunakan untuk evaluasi, untuk melihat apakah
perawatan sudah di lakukan dengan tepat, mengidentifikasi
kesenjangan yang ada, dan membuat perubahan serta perbaikan
peningkatan manajemen perawatan pasien
e. Memperkuat keberhasilan manajemen sehingga metode-merode
dapat dilanjutkan dan disosialisasikan yang lain
f. Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
g. Dapat di gunakan sebagai data statistic untuk catatan nasional
h. Sebagai data statistic yang berkaitan dengan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi
5. Rujukan
Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali sulit
untuk melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak
faktor yang memengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan
pengiriman ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan keputusan dan
pengiriman ibu ketempat tertunda dan ibu tidak mendapatkan
penatalaksanaan yang memadai sehingga akhrinya dapat
menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu
merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang
terwujudnya program safe motherhood.
Singkatan BAKSOKUDA (bidan, alat, keluarga, surat, obat,
kendaraan, uang, dan darah) dapat digunakan untuk mengingat hal-hal
penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B. Konsep Dasar Anemia Sedang
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah
atau haemoglobin kurang dari normal. (Proverawati, 2011)
Disebut anemia bila kadar Hb kurang dari 10 gr/dl, disebut anemia
sedang jika Hb 7-8 gr/dl, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr/dl
disebut anemia gravis (Nugraheny,2010)
2. Etiologi (Penyebab)
Menurut Hasdiana dan Suprato (2014), penyebab umum dari anemia
antara lain adalah:
a. Kekurangan zat gizi
b. Pendarahan usus
c. Pendarahan
d. Genetik
e. Kekurangan Vitamin B12
f. Kekurangan Asam volat
g. Gangguan sumsung tulang
3. Kategori Anemia
Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Manuaba, 2010) :
a. Kadar Hb 11 g% disebut tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10g% disebut anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8g% disebut anemia sedang
d. Kadar Hb <7 disebut anemia berat
4. Gejala
Gejala anemia Menurut Proverawati (2011) antara lain:
a. Kelelahan
b. Penurunan energy
c. Kelemahan
d. Sesak nafas ringan
e. Tampak pucat
Gejala pada anemia sedang menurut Manuaba (2010) antara lain:
a. Cepat lelah
b. Sering pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Mual-muntah
5. Pengaruh anemia sedang
Menurut Manuaba (2010),anemia mempunyai pengaruh buruk terhadap,
kehamilan, persalinan, nifas dan janin serta masa selanjutnya yaitu:
a. Bahaya Anemia terhadap kehamilan
1) Resiko terjadi abortus
2) Persalinan prematuritas
3) hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4) Mudah terjadi infeksi
5) Ancaman bekompensasi (Hb <6g%)
6) Mulahidatidosa
7) Hiperemesis gravidarum
8) Pendarahan antepartum
9) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya Anemia terhadap persalinan
1) Gangguan kekuatan his (kekuatan mengejan)
2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
4) Kala uri dapat di ikuti retensio plasenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri
5) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri
c. Bahaya Anemia dalam nifas
1) Terjadi sub involusio uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum
2) Memudahkan infeksi puerperium
3) Pengeluaran asi berkurang
4) Terjadi dekompenasi kordis mendadak setelah persalinan
5) Anemia kala nifas
6) Mudah terjadi infeksi mammae
d. Bahaya Anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai dari ibunya,
tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk:
1) Abortus
2) Terjadi kematian intra uterin
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
5) Kelahiran degan anemia
6) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
7) Inteligensia rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi
yang menghambat pertumbuhan janin
6. Pencegahan Anemia
Menurut Hasdianah dan Suprapto (2014), banyak jenis anemia tidak
dapat dicegah. Tapi dapat menghindari iron deviciency anemia dan
vitamin deviciency anemias dengan makanan sehat yang mengandung:
a. Zat besi
Dapat ditemukan pada daging, jenis lain adalah kacang, sayuran
berwarna hijau gelap, buah yang dikeringkan dan lain-lain.
b. Folat
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap,
kacang-kacangan, sereal dan pasta.
c. Vitamin B12
Vitamin ini terdapat pada daging dan susu.
d. Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi, makanan yang mengandung
vitamin c antara lain: jeruk, melon dan buah bery.
7. Penatalaksanaan Persalinan dengan Anemia Sedang
Persalinan anemia sedang menurut menurut Hasdiana dan Suprapto
(2014), Antara lain:
a. Trasfusi darah
b. Pemberian kortikosteroid
c. Pemberian eritripoyentin
d. Pemberian suplemen besi, vitamin B12, vitamin-vitamin dan mineral
yang dibutuhkan
C. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney
Menurut Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah.
Manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah tersebut terdiri dari
keseluruhan dari kerangka kerja yang dapat dalam segala situasi.
Tahap/langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Varney :
a. Langkah I
Pengumpulan data dan analisa data dasar. Identifikasi dan analisa data
dasar merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan, data ini
termasuk melakukan pengkajian dan pemeriksaan untuk mendapatkan
seluruh data yang dibutuhkan untuk menilai klien.
b. Langkah II
Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada tahap ini merupakan
pengembangan dan interpretasi data dasar yang telah dikumpulkan
sebelumnya kedalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau
diagnosa serta data yang benar. Masalah merupakan hal yang
berhubungan dengan apa yang dialami klien. Diagnosa adalah hasil
analisa dan perumusan masalah yang diputuskan, dalam menegakan
diagnosa didalam menggunakan pengetahuan profesional sebagai dasar
arahan untuk mengambil tindakan, diagnosa kebidanan harus
berlandaskan pada keselamatan hidup klien.
c. Langkah III
Merumuskan antisipasi diagnosa/masalah potensial. Identifikasi
adanya diagnosa atau masalah potensial lain yang mungkin dapat terjadi
masalah/diagnosa yang telah diidentifikasi.
d. Langkah IV
Menilai perlunya tindakan segera dan kolaborasi menilai adanya
kebutuhan tindakan segera oleh bidan atau dokter ataupun tindakan
konsultasi atau kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi
klien menggambarkan sifat proses manajemen secara terus menerus yang
tidak hanya terbatas pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan
antenatal secara periodik. Terapi juga pada saat bersama klien, data yang
baru diperoleh tetap dievaluasi, beberapa data memberi indikasi adanya
situasi emergency dimana bidan harus bertindak segera dalam
menyelamatkan ibu dan janin.
e. Langkah V
Perencanaan tindakan asuhan kebidanan. Mengembangkan suatu
rencana tindakan yang komprehensif dengan didukung oleh penjelasan
secara rasional yang benar dengan penekanan pada keputusan yang
diambil pada tahap sebelumnya suatu rencana tindakan yang komprehensif
tidak hanya termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien
dan masalah yang berhubungan dengan kondisi klien tetapi juga
bimbingan yang diberikan lebih dahulu pada ibu, rencana harus disetujui
bersama oleh bidan dan klien sebab pada akhirnya klien yang akan
menentukan pelaksanaan rencana tindakan tersebut.
f. Langkah VI
Pelaksanaan tindakan (implementasi) asuhan kebidanan. Langkah
implementasi atau pelaksanaan manajemen kebidanan dilaksanakan oleh
bidan ataupun bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan, bidan juga harus memonitor kemajuan
kesehatan klien.
g. Langkah VII
Evaluasi asuhan kebidanan pada hakekatnya adalah cara mengecek
apakah rencana yang telah dilaksanakan benar-benar memenuhi kebutuhan
klien yaitu kebutuhan yang identifikasi pada tahap penentuan diagnosa dan
masalah.
D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian adalah kesimpulan dari semua hasil asuhan yang telah
dilakukan kepada klien. Bidan sebagai provider dalam pelayanan kebidanan
bertanggung jawab terhadap dokumentasi kebidanan. Aspek pelayanan yang
didokumentasikan adalah pelayanan mandiri yang diberikan oleh bidan,
pelayanan konsultasi dan pelayanan kolaborasi.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai aturan yang telah
dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien, yang di dalamnya
tersirat proses berfikir yang sistematis. Seorang bidan dalam menghadapi
seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Hellen Varney's, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah.
Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui
proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :
Subyektif (S)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis.
Obyektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lalu yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment.
Analisis (A)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi
1. Diagnosa / masalah
2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,konsultasi /kolaborasi.
Penatalaksanaan (P)
Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan dan evaluasi
berdasarkan analisis.
BAB III
STUDI KASUS
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : 120/80 mmHg
Denyut Nadi (N) : 80 x/menit
Frekuensi Nafas (P) : 24 x/menit
Temperatur (S) : 36,5oC
d. Antropometri
Berat Badan (BB) : 57 kg
Tinggi Bada (TB) : 150 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 27 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih, warna rambut hitam
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
b. Wajah
Inspeksi : Tampak meringis bila ada his
Palpasi : Tidak ada oedema
c. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda
sclera putih
d. Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jumlah secret dalam batas
normal
e. Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
f. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada gigi tanggal dan
satu gigi karies
g. Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid, vena jugularis dan
limfe.
h. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,
hiperfigmentasi areola mammae
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan, kloasma (-)
i. Axilla
Inspeksi : Kehitam – hitaman
Palpasi : Tidak ada pembesaran getah bening
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra
dan striae albica
Ada strea livide
Palpasi : Leopold I : 25 cm
Leopold II : PU – KA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : BDP (Divergent)
Lingkar Perut (LP) : 90 cm
Taksiran berat janin (TBJ) : Tinggi fundus uteri X
lingkar perut 25 x 90 = 2300 gram
Auskultasi : Terdengar denyut jntung janin (DJJ) 139 x/i
Terdengar jelas, kuat dan teratur
k. Genetalia
Inspeksi : Pelepasan lendir, air ketuban, tidak ada varices
l. Ekstremitas Atas dan Bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices
Palpasi : Tidak ada oedema
Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+)
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan Panggul luar
1) Distansia Spinarun
Jarak normal adalah 26-29 cm
2) Distansia Tuberum
Jarak normal adalah 10,5-11 cm
3) Kunjungata Externa
Jarak normal adalah 18-20 cm
4) Lingkar perut luar
Jaraka normal adalah 80-90 cm
5) TFU 5 jari di bawah PX
6) TBJ : 25 X 90 = 2300 gram
b. Pemeriksaan Dalam
1) Tanggal 23 Juli 2019 Jam 04.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge II
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
2) Tanggal 23 Juli 2019 Jam 08.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge II
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
3) Tanggal 23 Juli 2019 Jam 12.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge II
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
4) Tanggal 23 Juli 2019 Jam 16.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal
Pembukaan : 7 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge IV
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
5) Tanggal 23 Juli 2019 Jam 20.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Melesap
Pembukaan : 9 cm
Ketuban : Jernih
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge IV
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Sebelum Partus tanggal 23 Juli 2019
HB : 7,9 gr/dl
b. Sesudah Partus tanggal 23 Juli 2019
HB : 6,6 gr/dl
c. Transfusi Darah 2 kantong
Transfusi darah pertama, Jam 10.15 Wita
Transfusi darah kedua, Jam 14.10 Wita
F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 23 juli 2019
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaannya dan bayinya
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
c. Tanda – tanda vital (TTV)
Tekanan Darah (TD) : 120/90 mmHg
Denyut Nadi (N) : 80 x/menit
Frekuensi Nafas (P) : 24 x/menit
Temperatur (S) : 36,5oC
d. Denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat dan teratur dengan
frekuensi 139 x/menit.
e. Dilatasi serviks 4 cm pada tanggal 23 juli 2019, jam 04.30 WITA.
Dilatasi serviks 5 cm pada tanggal 23 juli 2019, jam 08.30 WITA.
Dilatasi serviks 5 cm pada tanggal 23 juli 2019, jam 12.30 WITA.
Dilatasi serviks 7 cm pada tanggal 23 juli 2019, jam 16.30 WITA.
Dilatasi serviks 9 cm pada tanggal 23 juli 2019, jam 20.30 WITA.
2. Mengkaji tingkat nyeri
nyeri tingkat sedang
3. Menjelaskan penyebab nyeri
Nyeri pada persalinan merupakan hal yang fisio;ogis terjadi
pereganan serta pelepasan pada mulut rahim saat otot rahim saat otot
rahim mulai berkontraksi untuk mendorong hingga bayi keluar
4. Menganjurkan berkemih sesering mungkin
5. Menganjurkan untuk miring kiri dan kanan
6. Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
teknik relaksasi yaitu dengan menarik nafas panjang lewt hidung dan
mengeluarkan lewat mulut
7. Memberi intake dan nutrisi
DJJ Nadi
Jam HIS
(x/menit) (x/menit)
00.30 139 80 2 x dalam 10 menit durasi 20 – 25
WITA x/menit x/menit detik
01.00 139 82 2 x dalam 10 menit durasi 20 – 25
WITA x/menit x/menet detik
01.30 140 82 2 x dalam 10 menit durasi 25– 30 detik
WITA x/menit x/menit
02.00 140 82 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/mnit detik
02.30 139 86 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
x/menit x/menit detik
03.00 139 86 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
03.30 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
04.00 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
04.30 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
05.00 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
05.30 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
06.00 148 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
06.30 148 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
07.00 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
07.30 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
08.00 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
x/menit x/menit detik
08.30 144 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
x/menit x/menit detik
09.00 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
09.30 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
10.00 142 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
10.30 150 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
11.00 148 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
11.30 148 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
12.00 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
12.30 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
13.00 140 84 4 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
13.30 144 82 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
14.00 144 80 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
14.30 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
15.00 150 84 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
15.30 144 84 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
16.00 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
16.30 140 84 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
17.00 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
17.30 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 55
WITA x/menit x/menit 144detik
18.00 144 82 5 x10 dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
18.30 142 86 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
19.00 142 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
19.30 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
20.00 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
20.30 140 82 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
21.00
WITA
21.30
WITA
11. Melakukan vulva hygine dengan kapas DTT
12. Melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau ada indikasi
Tekanan
Jam VT pada tanggal 23Juli 2019 Suhu
Darah
16.30 Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada 120/80 36,5oC
Analis (A)
DJJ Nadi
Jam HIS
(x/menit) (x/menit)
00.30 139 80 2 x dalam 10 menit durasi 20 – 25
WITA x/menit x/menit detik
01.00 139 82 2 x dalam 10 menit durasi 20 – 25
WITA x/menit x/menit detik
01.30 140 82 2 x dalam 10 menit durasi 25– 30 detik
WITA x/menit x/menit
02.00 140 82 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
02.30 139 86 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
x/menit x/menit detik
03.00 139 86 3 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
03.30 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
04.00 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
04.30 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
05.00 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
05.30 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
06.00 148 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
06.30 148 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
07.00 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
07.30 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 30 – 35
WITA x/menit x/menit detik
08.00 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
x/menit x/menit detik
08.30 144 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
x/menit x/menit detik
09.00 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
09.30 140 80 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
10.00 142 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 50
WITA x/menit x/menit detik
10.30 150 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
11.00 148 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
11.30 148 82 4 x dalam 10 menit durasi 40 – 45
WITA x/menit x/menit detik
12.00 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
12.30 140 86 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
13.00 140 84 4 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
13.30 144 82 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
14.00 144 80 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
14.30 142 80 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
15.00 150 84 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
15.30 144 84 4 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
16.00 150 86 4 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
16.30 140 84 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
17.00 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
17.30 144 80 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 55
WITA x/menit x/menit 144detik
18.00 144 82 5 x10 dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
18.30 142 86 5 x dalam 10 menit durasi 45 – 50
WITA x/menit x/menit detik
19.00 142 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
19.30 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
20.00 140 80 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
20.30 140 82 5 x dalam 10 menit durasi 50 – 55
WITA x/menit x/menit detik
21.00
WITA
21.30
WITA
Tekanan
Jam VT pada tanggal 23 juli 2019 Suhu
Darah
04.30 Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada 120/80 36,5oC
- 120/0mmHg 36,5oC
KALA II
Data Subjektif (S)
1. Mempunyai dorongan yang kuat meneran
2. Merasa ingin buang air besar
3. Adanya tekanan pada anus
Analisis (A)
Diagnosis : GIP0A0
Masalah aktual :Anemia sedang
Masalah potensial : Anemia berat
Penatalaksanaan (P)
Tanggal 23juli 2019,
1. Melihat dan mengamati adanya tanda dan gejala kala II
a. Vulva membuka
b. Perineum menonjol
c. Tekanan pada anus
d. Dorongan untuk meneran
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat – obatan esensial untuk
mendorong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir.
a. Persiapan diri
b. Persiapan ibu dan bayi
c. Persiapan alat :
1) Partus set
2) Hecting set
d. Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
e. Pencegahan infeksi
3. Memakai celemek
4. Memastikan lengan dan tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun, dibawah air mengalir, kamudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk yang besrih dan kering
5. Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam (VT)
6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan
isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekangnya dengan hati – hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassadibasahi air
DTT.
8. Melaukan pemeriksaan dalam (VT) jam 20.30 WITA
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : tipis
Pembukaan : 9 cm
Ketuban : Jernih (-)
Presentasi : Kepala
Molase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Penurunan : Hodge I
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
9. Melakukan dekontaminasi sarung tangan dalam larutan clorin 0,5% dalam
keadaan terbalik dan cuci tangan kembali dengan sabun dan air mengalir.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus selesai.
Denyut jantung janin (DJJ) 120-160 x/menit.
DDJ terdengar jelas, kuat, teratur dengan frekuensi 139 x/menit
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, bantu
ibu dalam melaukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi untuk meneran
13. Melakukan pimpinan saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok dan mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
16. Mengambil kain yang bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya
dibwaha bokong ibu
17. Mencuci parus set serta perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Melindungi perineum dengan satu tangan dan tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala
serta menganjurkan ibu untuk meneran atau bernafas cepat dan dangkal
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan jika ada ambil
tindakan yang sesuai
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di kedua
tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan
22. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi dan melahirkan bahu
23. Melahirkan tangan dan menyangga
24. Tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah dan
selipkan jari telunjuk kanan jari diantara kedua lutut bayi
25. Melakukan penilaian BBL, jika tidak menangis spontan maka lakukan
langkah – langkah resusitasi
26. Mengeringkan tubuh bayi
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntik oksitosin 10 unit secara
intramuskuler di 1/3 distal lateral paha, aspirasi sebelum menyuntikkannya
30. Mencepit tali pusat dengan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi setelah 2
menit pasca salin, mendorong isi tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Meletakkan bayi di atas perut ibu agar kontraksi kuat diantara ibu dan bayi
dan menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi kepala
bayi
KALA III
Data Subjektif (S)
1. Nyeri perut bagian bawah
2. Bahagia dengan dengan kelahiran bayinya
Analisis (A)
Diagnosis : G1 P0 A0
Masalah aktual : Perlangsungan kala III
Masalah Potensial : Retensio plasenta
Penatalaksanaan (P)
Tanggal 23 juli 2019
33. Memindahkan klem pada tali pusat berjarak 5 10 cm dari vulva
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu ditepi sympisis untuk
mendeteksi tangan lain memegang tali pusat
35. Melakukan peregangan tali pusat terkendali pada saat uterus berkontraksi
dan jika uterus tidak segera berkontraksi minta izin ibu dan anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
36. Melahirkan plasenta
plasenta lahir setelah 15 menit meregangkan tali pusat jika plasenta tidak
lahir
1. jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
2. melakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
3. minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. ulang pereganan tali pusat 15 menit berikutnya
5. jika plasenta tidak keluar atau lahir dalam 30 menit setelahnya
6. jika plasenta tidak keluar atau lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi pendarahan, setelah melakukan plasenta
manual
37. Melakukan masase uterus
lakukan tindakan yang di perluhkan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase
38. Memeriksa plasenta dan tempat wadah yang telah disediakan
plasenta lahir lengkap pada tanggal 32 juli 2019
39. Mengevaluasi kemungkinan laserasi menimbulkan pendarahan dan
melakukan penjahitan bila menimbulkan pendarahan.
40. Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktip, segerah melakukan
penjahitan
KALA IV
Analisis (A)
Diagnosis : Perlangsungan kala IV
Masalah aktual : Terjadi rupture tingkat II
Masalah potensial : Pendaran
Penatalaksanaan (P)
Tanggal 23 juli 2019
41. Memeriksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam serta memastikan kontraksi uterus baik
42. Celupkan tangan dan lepas sarung tangan serta rendam kedalam larutan
clorin 0,5%, cuci tangan dan keringkan
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Menganjurkan ibu atau keluarga untuk memeriksa atau merasakan uterus
yang memiliki kontraksi baik dan menganjurkan untuk melakukan masase
uterus apabila kontraksi uterus tidak baik
45. Mengevaluasi jumlah perdarahan
46. Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan
47. memeriksa pernapasan dan suhu bayi untuk memastikan bayi bernapas
baik (40-60x/menit) suhu tubuh ( 36,5- 36,5ºc)
frekuensi nafas : 40x/menit
Temperatur : 36,5̊c
48. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dikontaminasi
49. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai
50. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah, bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
51. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu untuk memberi ASI, anjurkan
keluarga untuk memberi ibu makan dan minum yang diinginkan
52. Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan clorin 0,5%
53. Mencelupkan sarung tangan kotor dalam larutan clorin 0,5%.
Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya kedalam
clorin 0,5%
54. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik pada
bayi
56. Memberi tetes mata antibiotik brofilaksi dan vit. K 1 mg intramuskuler
pada paha kiri anterior lateral setelah 1 jam dan melakukan
penimbangan/pengukuran bayi dan tanda – tanda vital bayi
57. Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterior lateral
setelah 1 jam pemberian vitamin K
58. Lepas sarung tangan dilarutan clorin 0,5% setelah 10 menit
59. Mencuci tangan dan keringkan
60. Melengkapi partograf (Halaman depan dan belakang). Periksa tanda –
tanda vital dan asuhan kala IV.
ASUHAN KALA IV
Sarwono, Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Ed. 4, Cet. 4; Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2014.