Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN

BAB I
PEMBUKAAN

A.           Latar Belakang Masalah


Teori manajemen moderen berasal dari Henry Fayol,yang telah memperkenalkan
fungsi – fungsi atau aktivitas – aktivitas administrator seperti : planning ( perencanaan ),
organizing  (potter dan perry . 2005). pengorganisasian),coordinating
(pengkoordinasian),dan controlling (pengendalian).
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan
pelayana keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien atau keluarga serta masyarakat
(Gillies, 1985).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik – baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan.Manajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan dan
tanggung jawab, kini menjadi desentralisasi melalui pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi, integrasi, dan kegiatan penunjang.Selain
itu, telah terjadi perubahan mendasar pada manajemen keperawatan dan pengguna sumber
daya yang represif menuju ke pendayagunaan sumber daya yang bersifat pro aktif, lebih
ditekankan pada terjaminnya aktivitas kolaborasi dan keterbukaan dalam setiap kegiatan
untuk mencapai tujuan. (Agus Kuntoro, 2010)

B.            Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang konsep dasar
manajemen dalam paradigm keperawatan. Dan juga akan membagi ke beberapa sub pokok
bahasan mengenai manajemen keperawatan diantaranya adalah :
1.      Pengertian manajemen
2.      Prinsip umum manajemen
3.      Peranan manajemen dalam keperawatan
4.      Lingkup manajemen keperawatan :
a.       Manajemen operasional
b.      Manajemen asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.           Pengertian Manajemen


Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1986). Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
Manajemen dari kata yang berarti “tangan”. Manajer memegang kendali sehari-hari
“ untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Organisasi yang sukses mmbutuhkan
kepemimpinan dan manajemen. Mamajemen dapat mendorong ketepatan dan menaiki tangga
kesuksesan, kepemimpinan, menentukan apakah tangga yang dinaiki bersandar pada dinding
yang kokoh (Covey, 1989)
·      Manajemen berfokus pada cara untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
melalui berbagai pendekatan manajemen.(Frederick Taylor,1800)

B.            Prinsip Umum Manajemen


Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam
manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dgn
kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yg berubah.
Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :
1.        Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga
pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan
terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. 
2.        Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus seimbang.
Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban
demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan
pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.
3.        Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang
wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai
tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
4.        Kesatuan perintah (Unity of command)
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan
wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan
dengan baik.
5.        Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari
Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and
responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh
karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.
6.        Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat
terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin
yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung
kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. 
7.        Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip
upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan
merupakan kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu
pekerjaan.  Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan
tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8.        Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang,
melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan
wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of
authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu
kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi
atau manajer puncak. 
9.        Hirarki (tingkatan)
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan
seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan
mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini
mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. 
10.    Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik
atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan
disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan
merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam
keadaan kacau atau tegang. 
11.    Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan.
Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang
yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
12.    Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan
menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus
dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan
terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.
13.    Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya
manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan
daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi
penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak,
perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa
karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijak
akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14.    Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa
setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan
(esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan
melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan
harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan
semangat kerja sama yang baik.

C.           Peran Manajemen dalam Keperawatan


1.      Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara
langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal
dasar, yaitu:
a.         Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan
tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak
buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan
peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan
penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan
tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.
b.        Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang
dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara
langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara
lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak
langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak
buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas
formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah
yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.
c.         Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang
berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi
penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai
muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan
manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat
dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak
buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara
kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai
penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi
eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.
2.      Peran Informasional (Informational Role)
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan
jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit
organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak
dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas
seorang pemimpin.
Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.
a.         Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya
untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak
buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil
jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar
informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk
verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan
verifikasi lebih lanjut.
b.        Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama (sharing)
dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak
buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus
meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c.         Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang
dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.
3.      Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)
Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan
masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah
yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf
organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai
untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai
pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
4.      Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki
kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut
eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide
baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi
yang dipimpinnya.
5.      Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon
tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar
kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga
tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi
begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh
mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena
pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap
tindakannya.
6.      Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima
apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang
pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke
pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil
keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan
formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.
7.      Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin
menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard
Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi
merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari.
Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki
otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang
memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

D.           Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi :

1.             Menetapkan penggunaan proses keperawatan


2.             Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3.             Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4.             Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5.             Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan
para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
1.              Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
a.        Manajemen puncak
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan
manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama.
Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian
untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer
dibawahnya.
b.      Manajemen menengah
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian
untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab
melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah,
kepala divisi, direktur produk.
c.        Manajemen bawah
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis,
atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang
khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah
a.       Kemampuan menerapkan pengetahuan
b.       Ketrampilan kepemimpinan
c.       Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d.       Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2.             Manajemen asuhan keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah
terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan
keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya
lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien
yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan
pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian (Loveridge
& Cumming, 1996).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien.
1.      Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat
menentukan setepat mungkin pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki,
perasaan dan harapan kesehatan dimasa mendatang.
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi, menginterpretasikan
informasi tentang pasien sebagai individu yang unik.
2.      Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan
pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan
keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan
3.      Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan
diagnosa keperawatan
4.      Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan merupakan langkah
berikut dalam proses keperawatan
5.      Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan yang dipilih
sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang aktual dan tingkat asuhan yang
diberikan.
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus menerus dilakukan oleh
perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para manajer keperawatan
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan
pelayana keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien atau keluarga serta masyarakat
(Gillies, 1985).
Kerangka dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang
berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia, perawat atau
keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
Swansburg,Russel C.2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai