Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai
asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka
fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin
dan system eksokrim. System eksokirm merupakan system yang
mengeluarkan enzim pada permukaan tubuh seperti kulit, dan dinding
pembuluh darah. System endokrin membahas tentang system pengeluaran
enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh seperti ginjal, hati, pancreas,
pembuluh darah, dll. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh system
endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme. Merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kelenjar tyroid dalam
menghasilkan hormone T3 ( triodotironin ) dan t4 (tiroksin). Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat menyerang pada
manusia utamanya pada laki-laki. Penyakit ini juga salah satu penyakit
yang dapat menyebabkan kematian pada stadium lanjut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dalam
pembahasan makalah ini membahas lebih lanjut tentang penyakit
hipotiroidisme serta asuhan keperawatan secara mendasar sehingga kita
dapat mengetahui secara dini tentang penyakit ini dan cara perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipotiroidisme?
2. Jenis-jenis Hipotiroidisme?
3. Apa Etiologi Hipotiroidisme?
4. Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui  pengertian Hipotiroidisme.
2. Mengetahui  jenis-jenis Hipotiroidisme.
3. Mengetahui  penyebab Hipotiroidisme.
4. Mengetahui  asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan
paham akan perawatan Hipotiroidisme.
Dengan membuat makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami secara spesifik tentang Hipotiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS


2.1.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi

hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat

pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung

melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan,

perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai

mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang terjadi karena rendahnya

kadar hormon tiroid, dapat terjadi sepanjang hidup, dengan berbagai

macam penyebab. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.

Hipotiroid terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.

Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema (Syaefulah Nur, 2000).

2.1.2 Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme

\mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada


disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria, dan Jika sepenuhnya disebabkan
oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier
a. Hipotiroid Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian
yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Hipotiroid Sekunder
Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-
ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).

2.1.3 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar Hormon Tiroid ( HT) rendah yang disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi
tiga tipe yaitu
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal),
obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk
hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto,
amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu
mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan
oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak
dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin
berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh
nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan
karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan
iodine.

2.1.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika
produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone.
Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu
defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon
untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi
tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher
dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara
lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam
lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan
menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan
hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu
peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan
sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung
koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti
rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah,
jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia
karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan
kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

Definisi iodium, disfungsi Penekanan produksi hormon Terapi penggantian hormo


hipofifis, disfungsi TRH tiroid (Hipotiroidisme) tiroid
Hipotalamus

Defisit pengetahuan

TSH Merangsan kelenjar Gangguan metabolik lemak


tiroid untuk mensekresi

Peningkatan kolesterol dan


Peningkatan Aterosklerosi
Kelenjar tiroid akan trigliserida
membesar

Oklusi pembuluh darah


Menekan struktur dileher Ketidak efektifan pola nafas
dan dada
Suplai darah ke jaringan ota
Depresi ventilasi menurun
Disfagia gangguan respirasi

Ketidak seimbangan nutrisi Hipoksia


kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pertukaran Ga

Laju BMR Lambat


Penurunan produksi napas Achlorhydria

Penurunan mortilitas usus

Perubahan suhu tubuh Hipotermi Kekurangan vitamin B12 dan Asam


folat Penurunan fungsi GI

Produksi SDM Menurun


Pembentukan Eritrosit tidak Konstipasi
optimal
Anemia

kelemahan Intoleransi Aktifitas

2.1.5 Manifestasi Klinis


a. Kulit dan rambut
- Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Muskuloskeletal
- Artralgia dan efusi synovial
c. Kardiorespiratorik
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Penyakit jantung iskemic
- Efusi pleural
- Dispnea
d. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
e. Renalis
- Retensi air (volume plasma berkurang)
f. Sistem reproduksi
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore /
masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
- Penurunan libido
- Gangguan fertilitas
g. Metabolik
- Penurunan metabolic basal.
- Penurunan suhu tubuh.
- Intoleran terhadap dingin
h. Sistem neurologi, emosi dan psikologi.
- Fungsi intelektual lambat.
- Berbicara lambat dan terbbata-bata

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4.
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan
terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar
TSH dapat menurun)
c. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan
informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan
nodul.
2.1.7 Komplikasi
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah:
a. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan
kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
b. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena
sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha
untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT
yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik.
c. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian
obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan
jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan
hiperplasia sel tiroid.
d. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang
ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigil,hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.

2.1.8 Penatalaksanaan
a. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon
tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
b. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid
dosis rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek
samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai
kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita.
c. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai
pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan
dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi,
oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
1) Pola makan
2) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3) Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem
tubuh:
1) Sistem pulmonari
2) Sistem pencernaan
3) Sistem kardiovaslkuler
4) Sistem muskuloskeletal
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6) Sistem reproduksi
7) Metabolik
e. Pemeriksaart fisik mencakup
1) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya
edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta
roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien
sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal
dan berisik, dingin dan pucat.
2) Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
3) Perbesaran jantung
4) Disritmia dan hipotensi
5) Parastesia dan reflek tendon menurun
f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial
dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga
mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
g. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4
serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer
akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada hipotiroid
yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

2.2.2 Diagnosa
a. Intoleransi Aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
b. Hipotermi b/d metabolisme
c. Konstipasi b/d Penurunan fungsi Gastrointestinal
d. Ketidakefektifan pola napas b/d depresi ventilasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
lambatnya laju metabolisme tubuh.

2.2.3 Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
1. Intoleransi - Konservasi energi. Terapi aktivitas :
Aktifitas b/d - Toleransi aktivitas. a. Bantu klien untuk
kelelahan dan - Perawatan diri. mengidentifikasi
penurunan proses Kriteria hasil : aktivitas yang mampu
kognitif. a. Berpatisipasi dilakukan.

dalam aktivitas b. Bantu untuk memilih

fisik. aktivitas konsisten

b. Mampu yang sesuai dengan

melakukan kemampuan fisik,

aktivitas sehari – psikologi dan social

hari secara c. Bantu untuk


mandiri. mengidentivikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan.
d. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.

2. Hipotermi b/d - Termoregulasi. Pengaturan Suhu :


metabolisme - Tanda – tanda vital. a. Monitor suhu minimal
Kriteria hasil : tiap 2 jam.
a. Suhu tubuh dalam b. Tingkatkan intake
rentang normal. cairan dan nutrisi.
b. Nadi dan respirasi c. Selimuti pasien untuk
dalam rentang mencegah hilangnya
normal. kehangatan tubuh.
Pemantauan tanda vital :
a. Monitor TD, nadi, suhu
dan respirasi.
b. Monitor suara parau
dan pola pernapasan
abnormal.
c. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit.

3. Konstipasi b/d - Hidrasi. Manajemen konstipasi :


Penurunan fungsi - Defekasi. a. Monitor tanda dan
Gastrointestinal gejala konstipasi.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan b. Monitor feses :
bentuk feses frekuensi, konsistensi
lunak setiap 1-3 dan volume.
hari. Kolaborasi :
b. Bebas dari a. Memberikan anjuran
ketidaknyamana pemakaian obat nyeri
n dan konstipasi. sebelum defekasi
c. Mengidentifikasi untuk memfasilitasi
indikasi untuk pengeluaran feses
mencegah tanpa nyeri.
konstipasi.
d. Feses lunak dan
berbentuk.

4. Ketidakefektifan - Status respirasi : Manajemen jalan nafas :


pola napas b/d Ventilasi. a. Posisikan pasien untuk
depresi ventilasi - Status tanda – memaksimalkan
tanda vital. ventilasi.
Kriteria hasil : b. Berikan aroma terapi
a. Menunjukkan jalan untuk melegakan jalan
nafas yang paten nafas.
(klien tidak c. Monitor pola
merasa tercekik, pernapasan abnormal.
irama nafas, d.  Monitor tanda – tanda
frekuensi vital.
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal).
b. Tanda – tanda vital
dalam rentang
normal.

5. Ketidakseimbanga - Selera makan. Manajemen nutrisi :


n nutrisi kurang - Status gizi. a. Membantu atau
dari kebutuhan - Pengukuran menyediakan asupan
tubuh b/d biokimia. makanan dan cairan
lambatnya laju Kriteria hasil : diet seimbang.
metabolisme tubuh. a. Tidak adanya tanda b. Pemberian makanan
– tanda malnutrisi. dan asupan gizi untuk
b. Mempertahankan mendukung proses
massa tubuh dan metabolic pasien yang
berat badan dalam malnutrisi atau
batas normal. beresiko tinggi
terhadap malnutrisi
c. Membantu klien untuk
makan.
d. Analisa data pasien
untuk mencegah dan
meminimalkan kurang
gizi.
Manajemen/
Pemantauan
cairan/elektrolit :
a. Analisa data
pasien untuk
mengatur
keseimbangan
cairan/elektrolit.
b. Mengatur dan
mencegah
komplikasi akibat
perubahan kadar
cairan dan
elektrolik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama                           : Ny.S
Umur                           : 35 tahun
Jenis kelamin               : perempuan
Agama                         : Islam
Suku / Bangsa             : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan       : Kawin
Pendidikan Terakhir    : SMP
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
  Alamat                         : Surabaya
No. RM                       : 1201008
Tanggal masuk RS : Selasa, 3 Oktober 2017

B. Identitas Penanggung jawab


Nama                           : Tn. Y
Umur                           : 37 tahun
Jenis kelamin              : Laki - Laki
Pendidikan Terakhir    : SMP
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                         : Surabaya
Hubungan                    : Suami Pasien

C. Kasus
Ny.S umur 35 tahun datang ke UGD diantar keluarga dengan kendaraan
pribadi pada pukul 15.00, dalam kondisi kesadaran baik. Pasien mengatakan
sesak nafas, pasien mengatakan seperti terasa ada Pembengkakan  dan rasa
nyeri pada leher, Sulit menelan sehingga tidak nafsu makan, suara parau,
pasien mengatakan merasa capek/lelah, terlihat kuku menebal, Kulit kering,
pecah-pecah. pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit yang sama.  TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ mnt, HR : 90x/mnt,
T : 36.9°C. BB sebelum sakit : 50, BB selama sakit : 45, TB : 155
D. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas, ada Pembengkakan  dan rasa nyeri pada
leher, Sulit menelan, tidak nafsu makan dan suara parau, kuku menbal,
kulit kering dan pecah-pecah.
E. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya pada tanggal 3 oktober 2017 di
Rumah Sakit dengan keluhan Sesak nafas, terasa ada pembengkakan  dan
rasa nyeri pada leher, Sulit menelan sehingga membuat klien tidak nafsu
makan serta suara parau. Untuk mengatasi sakitnya klien tidak berani
minum obat-obatan, klien hanya mengatur posisi agr tidak semakin sesak
dan minum air putih hangat sebelum diantar ke rumah sakit oleh
suaminya. Suaminya mengatakan bahwasanya klien dulu pernah sakit
pada lehernya dan berobat serta mendapatkan obat, setelah itu sembuh dan
klien tidak mengira bahwa penyakitnya akan kambuh dan semakin parah.
Hingga akhirnya klien takut dan meminta suami untuk mengantar ke
rumah sakit
F. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan
keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
G. Riwayat Kesehataan Keluaarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau
menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit
keturunan.

2. Kebiasaan hidup sehari-hari :                        


A. Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, klien tidak suka
makanan asin dan nafsu makan menurun

B. Pola tidur
Pasien sering tidur larut malam/lembur untuk pekerjannya di pasar
keesokan harinya.
C. Pola aktivitas
Pasien terlalu memforsir pekerjaan berharap pekerjaan cepat segera
terselesaikan sehingga sering mengeluh kelelahan
3. Pemeriksaan fisik :
A. Sistem intergument : kulit kering dan pecah-pecah, pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan
pertumbuhannya rontok.
B. Sistem pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
C. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun.
D. Metabolik : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
E. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
F. Sistem neurologi  : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan
refleks tendom.
G. Gastrointestinal : anoreksia, obstipasi, distensi abdomen.
H. Psikologis dan emosional : Depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya
diri.

4. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan kadar T3 dan T4
B. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal)
C. Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang
ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
5. Analisa Data

NO Hari/ Tanggal Data Fokus Problem Etiologi


1 Selasa, 3 oktober DS : Ketidakefektifaan pola penurunan
2017 ·     Pasien mengatakansesak nafas tenaga/kelelahan,ekspansi paru
nafas yang  menurun, dispnea
·     Pembengkakan  dan rasa
nyeri pada leher
·     bradikardi,disritmia,
pembesaran jantung
·     RR : 28x/menit
DO :                   
·     Pasien terlihat sesak nafas,
dan suara parau
RR :
·     Jalan nafas tidak efektif
2 Selasa, 3 oktober DS : Perubahan nutrisi kurang penurunan kebutuhan
2017         Sulit menelan dari kebutuhan tubuh. metabolisme,dan napsu makan
        Pembengkakan  dan rasa yang  menurun.
nyeri pada leher, Pasien
mengatakan
mengkonsumsi makanan
yang kadar yodiumnya
rendah, dan nafsu makan
menurun, tidak suka
makanan asinan
Do :
         Pasien nampak gelisah
        Pasien tidak nafsu
makan
    IMT sebelum sakit
IMT = 50 : (155) ² m
            50 : 2,5 m
 = 22,2
IMT selama sakit
IMT = 45 : 2,5 m
                    = 18
3 Selasa, 3 oktober DS : Intoleran aktivitas kelemahan umum (penyakit
2017         Rasa mengatakan hipotiroid)
capek/lelah     
        Pasien mengatakan
intoleran terhadap dingin
        Pasien mengatakan nyeri
pada otot
DO :
·     Klien kelihatan lemas
·     Aktifitasnya di bantu
keluarga
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)
A. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan penurunan tenaga/ kelelahan,
ekspansi paru yang  menurun, dispnea.
RR : 28x/menit
  Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural
B. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan  penurunan
kebutuhan metabolisme, dan nafsu makan yang  menurun, dan pasien
kesulitan untuk menelan.
Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, kulit kering
dan pecah-pecah, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
A = suhu : 36,6ºC, BB : 50, LILA :
B = kesadaran komposmentis, pasien terlihat lemas
C = Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien. TERLAMPIR
D = tinggi yodium,
IMT = Berat badan : Tinggi bdan²
IMT sebelum sakit
IMT = 50 : (155) ² m
            50 : 2,5 m  = 22,2
IMT selama sakit
IMT = 45 : 2,5 m = 18

KLASIFIKASI IMT (kg/m2)

BB kurang < 18,5


BB normal 18,5 – 22,9
BB lebih 23
- Preobesitas 23 – 24,5
- Obesitas I 25 – 29,9
- Obesitas II > 30

C. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (penyakit


hipotiroidisme)
7. INTERVENSI

NO Tujuan (NOC) Tindakan (NIC) TTD


1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 NIC 1: Manajemen  Jalan Napas Ttd
jam masalah Ketidak efektifan Pola Nafas  teratasi ·    Pantau tanda – tanda vital pasien setiap 4 jam
dengan KH: ·    Anjurkan pasien untuk posisi yang lebih nyaman,
NOC 4 : Status Pernapasan misalnya :posisi semifowler (Peninggian kepala tempat
·    pasien mengatakaan sesak nafasnya berkurang tidur, posisi setengah duduk)
·    terapi O2 pasien sudah menurun ·    Pasang alat bantu pernafasan
O2 : 5 liter menjadi 3 liter ·    Berikan terapi O2 : 5 liter
·    Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi obat

23
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 NIC : Bantuan perawatan-Diri : Makan Ttd
jam masalah Nutrisi Kurang dari Kebutuhan teratasi ·    Bantu pasien untuk mencoba menelan makanan
dengan KH : ·    Berikan pasien makanan yang mudah di telan/di cerna
NOC 3 : Status Gizi ·    Lakukan pemeriksaan TTV
·    Pasien mengatakan sudah bisa menelan dan tidak NIC : Pemantauan Nutrisi
sakit         Berikan makanan pasien yang mudah di cerna
·    Pasien tidak menggunakan alat bantu makan (NGT)         Pemeriksaan USG :
NOC 4 : Status Gizi : Asupan makanan dan cairan          Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan
·    Pasien mengatakan nafsu untuk makan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk
·    Pasien nampak menghabiskan 1 porsi makan kelenjar tiroid dan nodul h.
siangnya ·    Jika sudah tidak dapat menelan Pasang NGT pada
pasien
·    Berikan terapi infus RL untuk menjaga keseimbangan
cairan elektrolit pasien
        Ajarkan keluarga untuk memeberi makan lewat NGT
        Kolaborasi dengan dokter tentang diit yang cocok
untuk pasien
        Kolaborasikan dengan ahli gizi tetntang makanan
pasien

24
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 NIC 1 : Manajemen energi Ttd
jammasalah Intoleransi Aktivitasteratasi dengan KH: ·    Ajarkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap
NOC 1 : perawatan diri : Aktifitas kehidupan sehari- ·    Anjurkan pasien untuk makan terlebih dahulu saat
hari akan beraktivitas
·    Pasien mengatakan aktifitas sehari – sudah tidak di ·    Monitor TTV
bantu keluarga ·    Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk terapi
NOC 1 : Toleransi Aktifitas pasien
·    Pasien mengatakan sudah tidak sesak saat beraktifitas NIC 9 : Bantuan Perawatan-Diri
        Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri

25
8. IMPLEMENTASI
NO Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Respon Hasil TTD
1 Selasa, 3 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau di TTV
2017 DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ m,
08.00 HR : 90x/m, T : 36.9°C

DS : pasien mengatakansesak nafas


Berikan terapi O2 DO : terlihat pasien menggunakan alat
09.00 bantu pernafasan
O2 : 5 liter

DS : pasien mengatakan sulit menelan


Bantu pasien untuk
DO : terlihat pasien menahan rasa
09.50 mencoba menelan
sakit di leher
makanan

DS : Pasien mengatakancepat lelah jika


beraktifitas
Ajarkan pasien untuk
DO : Klien kelihatan lelah,lemas, dan
10.30 beraktivitas secara
mengatakan nyeri pada ototnya
bertahap

26
Anjurkan pasien untuk
posisi yang lebih DS : pasien mengatakan peninggian
11.15 nyaman, kepala tempat tidur membuat lebih
misalnya : posisi mudah untuk benapas.
semifowler (Peninggian DO : terlihat pasien lebih nyaman
kepala tempat
tidur, posisi setengah
duduk)

Pasang NGT pada DS : pasien mengatakansulit menelan


11.50
pasien dan sulit untuk makan
DO : terlihat pasienterpasang NGT

·    Kolaborasikan dengan DS : -


12.50
tim medis lain DO : Pemeriksaan TSH (pada klien
         Lakukan pemeriksaan dengan hipotiroidisme primer
laboratorium akan terjadi peningkatan TSH serum,

27
sedangkan pada yang sekunder kadar
TSH dapat menurun atau normal) :
Kadar TSHpada pasien tersebut
yaitu <0 i="" ml="">

28
2 Rabu, 4 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau di TTV
2017 DO : TD : 120/80 mmHg, RR : 28 x/ m,
14.00 HR : 85 x/m, T : 37°C

14.30 Pantai terapi O2 DS : Pasien mengatakansesak nafasnya


sudah mendingan
DO : terapi O2 di turunkan menjadi : 3
liter

17.00 Berikan makanan


DS : -
pasien yang mudah di
DO : -
cerna (susu)
18.10 Anjurkan pasien untuk
DS : -
makan terlebih dahulu
DO : terlihat pasienmelakukan
saat akan beraktivitas
aktivitasnya sendiri
3 Kamis, 5 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau di TTV
2017 DO : TD : 120/90 mmHg, RR : 18 x/ m,
08.00 HR : 74 x/m, T : 37,2°C

29
10.00 Memantau pola nafas DS : pasien mengatakansesak nafasnya
pasien sudah mendingan
DO : terlihat pasien tidak  menggunakan
alat bantu pernafasan

11.30 Mengajarkan keluarga DS : -


pasien untuk DO : keluarga pasien faham yang di
memberikan makan ajarkan perawat
melalui NGT

Ajarkan pasien untuk Ds : -


13.30
melakukan aktivitas DO : terlihat aktivitas pasien sudah
sehari-harinya sendiri tidak di bantu oleh perawat dan
keluarga

30
9. EVALUASI
Hari/ Tanggal NOs DP Respon TTD
Jumat, 6 Oktober 2017 1 S : pasien mengatakan masih sesak nafas
O : terapi O2 : 5 liter
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Manajemen Jalan Nafas
(terapi O2 : 5 liter)

2
S : Pasien mengatakan sulit untuk menelan
O : Pasien terlihat menggunakan alat bantu makan
(NGT)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Pemantauan Nutrisi
(ajarkan kepada keluarga cara memberi makan melalui
NGT)

S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas

31
3 sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT        
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Bantuan perawatan-Diri

32
Sabtu, 7 oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan masih agak sesak nafas
O : terapi O2 di turunkan menjadi : 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Manajemen jaalan nafas
2
S : pasien mengatakkan masih sakit jika di pakai untuk
menelan
O : keluarga pasien memberikan makan melalui selang
NGT
3
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas
sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT        
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
Minggu, 8 Oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan sudah bernafas normal
O : RR : 20x/menit
A : masalah teratasi sebagian.

33
2 P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan sudah tidak sakit jika di gunakan
untuk menelan
O : terlihat pasien sudah tidak terpasang NGT.
A : Masalah teratasi sebagian.
3
P : lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri
O : Pasien terlihat sudah tidak terpasang NGT
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi.

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi
radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam
sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya
kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema. Hipotiroid terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah dan konsep asuhan keperawatan gangguan endokrin
hipotiroid ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan
mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan endokrin hipotiroid.

35
DAFTAR PUSTAKA

McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The
Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid
2004,90-110

Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic and


clinical in thyroid diseases.2003, 201-220
Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi
revisi Jilid 1 tahun 2013.
Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi
revisi Jilid 2 tahun 2013.
Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-1014.
Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinson dan Nancy R.
Ahern.

36

Anda mungkin juga menyukai