PENDAHULUAN
perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai
2.1.2 Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme
2.1.3 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar Hormon Tiroid ( HT) rendah yang disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi
tiga tipe yaitu
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal),
obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk
hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto,
amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu
mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan
oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak
dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin
berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh
nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan
karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan
iodine.
2.1.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika
produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone.
Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu
defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon
untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi
tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher
dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara
lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam
lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan
menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan
hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu
peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan
sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung
koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti
rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah,
jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia
karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan
kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
Defisit pengetahuan
Gangguan pertukaran Ga
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon
tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
b. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid
dosis rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek
samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai
kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita.
c. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai
pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan
dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi,
oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
1) Pola makan
2) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3) Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem
tubuh:
1) Sistem pulmonari
2) Sistem pencernaan
3) Sistem kardiovaslkuler
4) Sistem muskuloskeletal
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6) Sistem reproduksi
7) Metabolik
e. Pemeriksaart fisik mencakup
1) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya
edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta
roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien
sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal
dan berisik, dingin dan pucat.
2) Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
3) Perbesaran jantung
4) Disritmia dan hipotensi
5) Parastesia dan reflek tendon menurun
f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial
dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga
mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
g. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4
serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer
akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada hipotiroid
yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
2.2.2 Diagnosa
a. Intoleransi Aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
b. Hipotermi b/d metabolisme
c. Konstipasi b/d Penurunan fungsi Gastrointestinal
d. Ketidakefektifan pola napas b/d depresi ventilasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
lambatnya laju metabolisme tubuh.
2.2.3 Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
1. Intoleransi - Konservasi energi. Terapi aktivitas :
Aktifitas b/d - Toleransi aktivitas. a. Bantu klien untuk
kelelahan dan - Perawatan diri. mengidentifikasi
penurunan proses Kriteria hasil : aktivitas yang mampu
kognitif. a. Berpatisipasi dilakukan.
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny.S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Surabaya
No. RM : 1201008
Tanggal masuk RS : Selasa, 3 Oktober 2017
C. Kasus
Ny.S umur 35 tahun datang ke UGD diantar keluarga dengan kendaraan
pribadi pada pukul 15.00, dalam kondisi kesadaran baik. Pasien mengatakan
sesak nafas, pasien mengatakan seperti terasa ada Pembengkakan dan rasa
nyeri pada leher, Sulit menelan sehingga tidak nafsu makan, suara parau,
pasien mengatakan merasa capek/lelah, terlihat kuku menebal, Kulit kering,
pecah-pecah. pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit yang sama. TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ mnt, HR : 90x/mnt,
T : 36.9°C. BB sebelum sakit : 50, BB selama sakit : 45, TB : 155
D. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas, ada Pembengkakan dan rasa nyeri pada
leher, Sulit menelan, tidak nafsu makan dan suara parau, kuku menbal,
kulit kering dan pecah-pecah.
E. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya pada tanggal 3 oktober 2017 di
Rumah Sakit dengan keluhan Sesak nafas, terasa ada pembengkakan dan
rasa nyeri pada leher, Sulit menelan sehingga membuat klien tidak nafsu
makan serta suara parau. Untuk mengatasi sakitnya klien tidak berani
minum obat-obatan, klien hanya mengatur posisi agr tidak semakin sesak
dan minum air putih hangat sebelum diantar ke rumah sakit oleh
suaminya. Suaminya mengatakan bahwasanya klien dulu pernah sakit
pada lehernya dan berobat serta mendapatkan obat, setelah itu sembuh dan
klien tidak mengira bahwa penyakitnya akan kambuh dan semakin parah.
Hingga akhirnya klien takut dan meminta suami untuk mengantar ke
rumah sakit
F. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan
keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
G. Riwayat Kesehataan Keluaarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau
menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit
keturunan.
B. Pola tidur
Pasien sering tidur larut malam/lembur untuk pekerjannya di pasar
keesokan harinya.
C. Pola aktivitas
Pasien terlalu memforsir pekerjaan berharap pekerjaan cepat segera
terselesaikan sehingga sering mengeluh kelelahan
3. Pemeriksaan fisik :
A. Sistem intergument : kulit kering dan pecah-pecah, pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan
pertumbuhannya rontok.
B. Sistem pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
C. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun.
D. Metabolik : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
E. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
F. Sistem neurologi : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan
refleks tendom.
G. Gastrointestinal : anoreksia, obstipasi, distensi abdomen.
H. Psikologis dan emosional : Depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya
diri.
4. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan kadar T3 dan T4
B. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal)
C. Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang
ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
5. Analisa Data
23
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 NIC : Bantuan perawatan-Diri : Makan Ttd
jam masalah Nutrisi Kurang dari Kebutuhan teratasi · Bantu pasien untuk mencoba menelan makanan
dengan KH : · Berikan pasien makanan yang mudah di telan/di cerna
NOC 3 : Status Gizi · Lakukan pemeriksaan TTV
· Pasien mengatakan sudah bisa menelan dan tidak NIC : Pemantauan Nutrisi
sakit Berikan makanan pasien yang mudah di cerna
· Pasien tidak menggunakan alat bantu makan (NGT) Pemeriksaan USG :
NOC 4 : Status Gizi : Asupan makanan dan cairan Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan
· Pasien mengatakan nafsu untuk makan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk
· Pasien nampak menghabiskan 1 porsi makan kelenjar tiroid dan nodul h.
siangnya · Jika sudah tidak dapat menelan Pasang NGT pada
pasien
· Berikan terapi infus RL untuk menjaga keseimbangan
cairan elektrolit pasien
Ajarkan keluarga untuk memeberi makan lewat NGT
Kolaborasi dengan dokter tentang diit yang cocok
untuk pasien
Kolaborasikan dengan ahli gizi tetntang makanan
pasien
24
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 NIC 1 : Manajemen energi Ttd
jammasalah Intoleransi Aktivitasteratasi dengan KH: · Ajarkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap
NOC 1 : perawatan diri : Aktifitas kehidupan sehari- · Anjurkan pasien untuk makan terlebih dahulu saat
hari akan beraktivitas
· Pasien mengatakan aktifitas sehari – sudah tidak di · Monitor TTV
bantu keluarga · Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk terapi
NOC 1 : Toleransi Aktifitas pasien
· Pasien mengatakan sudah tidak sesak saat beraktifitas NIC 9 : Bantuan Perawatan-Diri
Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri
25
8. IMPLEMENTASI
NO Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Respon Hasil TTD
1 Selasa, 3 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau di TTV
2017 DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ m,
08.00 HR : 90x/m, T : 36.9°C
26
Anjurkan pasien untuk
posisi yang lebih DS : pasien mengatakan peninggian
11.15 nyaman, kepala tempat tidur membuat lebih
misalnya : posisi mudah untuk benapas.
semifowler (Peninggian DO : terlihat pasien lebih nyaman
kepala tempat
tidur, posisi setengah
duduk)
27
sedangkan pada yang sekunder kadar
TSH dapat menurun atau normal) :
Kadar TSHpada pasien tersebut
yaitu <0 i="" ml="">
28
2 Rabu, 4 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau di TTV
2017 DO : TD : 120/80 mmHg, RR : 28 x/ m,
14.00 HR : 85 x/m, T : 37°C
29
10.00 Memantau pola nafas DS : pasien mengatakansesak nafasnya
pasien sudah mendingan
DO : terlihat pasien tidak menggunakan
alat bantu pernafasan
30
9. EVALUASI
Hari/ Tanggal NOs DP Respon TTD
Jumat, 6 Oktober 2017 1 S : pasien mengatakan masih sesak nafas
O : terapi O2 : 5 liter
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Manajemen Jalan Nafas
(terapi O2 : 5 liter)
2
S : Pasien mengatakan sulit untuk menelan
O : Pasien terlihat menggunakan alat bantu makan
(NGT)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Pemantauan Nutrisi
(ajarkan kepada keluarga cara memberi makan melalui
NGT)
31
3 sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Bantuan perawatan-Diri
32
Sabtu, 7 oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan masih agak sesak nafas
O : terapi O2 di turunkan menjadi : 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Manajemen jaalan nafas
2
S : pasien mengatakkan masih sakit jika di pakai untuk
menelan
O : keluarga pasien memberikan makan melalui selang
NGT
3
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas
sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
Minggu, 8 Oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan sudah bernafas normal
O : RR : 20x/menit
A : masalah teratasi sebagian.
33
2 P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan sudah tidak sakit jika di gunakan
untuk menelan
O : terlihat pasien sudah tidak terpasang NGT.
A : Masalah teratasi sebagian.
3
P : lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri
O : Pasien terlihat sudah tidak terpasang NGT
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi
radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam
sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya
kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema. Hipotiroid terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah dan konsep asuhan keperawatan gangguan endokrin
hipotiroid ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan
mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan endokrin hipotiroid.
35
DAFTAR PUSTAKA
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The
Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid
2004,90-110
36