Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era sekarang, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang
pesat di berbagai bidang kehidupan. Di dunia kesehatan, radiologi memegang
peranan penting dalam upaya penegakan diagnosa suatu penyakit yang
bertujuan untuk penyembuhan penyakit yang diderita ataupun sekedar
meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satunya adalah penyakit
kanker. Beberapa metode dapat diterapkan dalam penanganan penyakit tumor
ganas atau kanker, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Metode- metode
tersebut dapat dilakukan secara mandiri ataupun bisa dikombinasikan.
Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien
dengan menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker
semaksimal mungkin dengan kerusakan pada sel normal seminimal mungkin.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher
yang berasal dari epitel mukosa atau limfoepitel pada nasofaring. Karsinoma
nasofaring juga dikenal sebagai tumor ganas yang berpotensi tinggi
bermetastasis regional maupun jauh. Karsinoma nasofaring sensitif terhadap
radioterapi maupun kemoterapi ( Mulyarjo, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dari nasofaring?
2. Apa itu karsinoma nasofaring?
3. Bagaimana teknik pemeriksaan radioterapi pada nasofaring?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi dari nasofaring.
2. Untuk mengetahui mengenai karsinoma nasofaring.
3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radioterapi pada nasofaring
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI NASOFARING
Letak nasofaring dibelakang rongga hidung, diatas palatum molle dan
di bawah dasar tengkorak. Dinding belakang melengkung setinggi Vertebrae
servikal I dan II. Dinding samping dibentuk oleh tulang maksila dan spenoid,
yang berhubungan dng ruas telinga tengah melalui Tuba Eustachius.
Bentuknya kotak tidak rata, dng ukuran melintang 4cm, tinggi 4cm ukuran
depan belakang 2-3cm.

2. PENGERTIAN KARSINOMA NASOFARING


Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher
yang berasal dari epitel mukosa atau limfoepitel pada nasofaring. Karsinoma
nasofaring juga dikenal sebagai tumor ganas yang berpotensi tinggi
mengadakan metastasis regional maupun jauh. Karsinoma nasofaring sensitif
terhadap radioterapi maupun kemoterapi ( Mulyarjo, 2002).
Karsinoma nasofaring disebabkan oleh beberapa faktor, namun sampai
saat ini penyebab pasti belum jelas. Mediator yang dianggap berpengaruh
pada timbulnya karsinoma nasofaring ialah :

A. Zat nitrosami, Ikan asin mengandung nitrosamin ternyata


merupakan mediator penting.
B. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, Lingkungan dan kebiasaan hidup, mis
adanya asap dupa, asap rokok, fentilasi kurang.
C. Sering kontak dengan zat yang dianggap bersifat karsinogen. Gas kimia, asap
industri, sejenis hidrokarbon yang terdapat pada arang batubara.
D. Radang kronis di daerah nasofaring, Peradangan menybabkan mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap karsinogen
3. GEJALA DAN TANDA
A. Gejala dini
 Gejala hidung
Epistaksis (mimisan) . Pertumbuhan tumor yang berlanjut akan
meluas ke dalam rongga nasofaring, menutupi koana dan
menyebabkan hidung buntu dan menetap.
 Gejala telinga
Telinga terasa penuh krn terisi cairan, kadang- kadang
mendengung disertai gangguan pendengaran.
 Gejala lanjut
Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar. Apabila
mengenai Syaraf otak dan menyebabkan kelumpuhan otak
mengakibatkan penglihatan dobel.. Mati rasa di daerah wajah
akhirnya timbul kelumpuhan lidah. Apabila menekan selaput otak,
rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot yang terkena
tumor dan sakit kepala yang hebat.
 Gejala Metastasis
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran limfe darah,
mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Sering
terjadi pada tulang, hati dan paru, Metastase pada kelenjar leher
dalam bentuk benjolan di leher.
4. STADIUM
A. Stadium T (Ukuran luas tumor)
 T0 = Tak ada kanker di lokasi primer
 T1 = Tumor terletak atau terbatas di daerah nasofaring
 T2 = Tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan atau ke
kavum nasi
 T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
 T2b = Dengan perluasan ke parafaring
 T3 = Tumor menyeberang struktur tulang dan atau sinus paranasa
 T4 = Tumor meluas ke intrakranial dan atau melibatkan syaraf
kranial, hipofaring, fossa infratemporal atau orbita.
B. Limfonodi regional (N) :
 N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
 N1 Metastasis unilateral dengan nodus < 6 cm diatas fossa
supraklavikula
 N2 Metastasis bilateral dengan nodus < 6 cm, diatas fossa
supraklavikula
 N3 Metastasis nodus : N3a > 6 cm
 N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
C. Metastasis jauh (M) :
 M0 Tak ada metastasis jauh
 M1 Metastasis jauh
5. PENGOBATAN KARSINOMA NASOFARING
Meliputi operasi , kemoterapi dan radioterapi. Pengobatan kanker dengan
menggunakan teknik radioterapi dapat dilakukan dengan cara :
a. Radiasi Eksterna / Teleterapi
Sumber sinar berupa sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar
tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi.
b. Radiasi Interna / Brachiterapi
Sumber energi ditaruh di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di
dalam rongga tubuh.
Penatalaksanaan Radioterapi Pada Karsinoma Nasofaring
Sebelum diberi terapi radiasi, dibuat penentuan stadium klinik,
diagnosis histopatologik, sekaligus ditentukan tujuan radiasi, kuratif atau
paliatif. TEKNIK RADIOTERAPI EKSTERNA KARSINOMA
NASOFARING salah satu langkah dalam tahapan penatalaksanaan radioterapi
adalah menentukan batas-batas lapangan radiasi. Adapun persiapan untuk
melakukan teknik radioterapi Externa meliputi :
a. Simulator.
◦ Simulasi penyinaran radioterapi pada dasarnya adalah proses
pencitraan sinar-x secara fluoroskopi yang seolah-olah melakukan
teknik penyinaran seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang
sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar teknik penyinaran yang akan
diberikan pada pasien benar-benar mencapai sasaran secara optimal
dan akurat. Dari proses simulasi didapatkan beberpa parameter untuk
penyinaran, seperti : luas lapangan penyinaran, sudut dan arah sumber,
blokade area yang harus dilindungi, teknik penyinaran, jarak sentrasi
dan sudut kolimasi.
◦ Pada karsinoma nasofaring volume target utama lapangan radiasi
meliputi (Perez C.A, 2004) :
◦ Tumor primer
◦ Kelenjar getah bening
◦ Daerah potensial penjalaran.

Upaya untuk mendapatkan ketepatan lapangan radiasi adalah dengan


posisioning dan imobilisasi yang tepat, yaitu posisi pasien telentang diatas
meja pemeriksaan dengan mengatur posisi tubuh pasien selurus mungkin
dengan bantuan laser sebagai langkah awal untuk posisioning.

- Pasien berbaring dengan posisi supine,


- beri bantal kepala yang sesuai dengan keadaan pasien (bantal B)
- benjolan (KGB) diberi tanda (marker).
- Beri masker sebagai imobilisasi kepala.

 Untuk penentuan lapangan radiasi terutama ditentukan oleh distribusi tumor


dan metastase regional
 Untuk Karsinoma Nasofaring Lapangan Standar yaitu :
a. Lapangan opposing lateral (Susworo, 2007)
b. Selanjutnya radiasi pada rantai kelenjar getah bening leher serta klavikula
dilakukan dari arah anterior.
c. Pada karsinoma nasoparing dengan pembesaran getah bening leher, tidak
mungkin diberikan radiasi dengan metode lapangan supraklavikula dan
lapangan oppossing kanan kiri. Pada 20 Gy pertama dapat diberikan dengan
lapangan anteroposterior dan posteroanterior. (Susworo, 2007).
 Lapangan Standar karsinoma nasoparing yaitu :
1. Lapangan Nasoparing
a. opposing lateral (kanan & kiri)
b. batas lapangannya adalah sebagai berikut
Batas atas : sinus frontalis.
Batas bawah : setinggi C1, c2 dan C3
Batas depan : dipertengahan palatum durum /Maxilla (hidung
Batas belakang : rantai kelenjar getah bening dan jaringan lunak dari
leher
c. Dosis total : 66 s/d 70 Gy
 Setelah mendapat dosis 40 Gy, (pengecilan lapangan) batas lapangannya
adalah sebagai berikut
Batas atas : sinus frontalis.
Batas bawah : setinggi C1, c2 dan C3
Batas depan : dipertengahan palatum durum /Maxilla (hidung)
Batas belakang : Medulla spinalis diluar lapangan

2. Lapangan Supraklavikula pada rantai kelenjar getah bening leher serta


klavikula dilakukan dari arah anterior, batas lapangannya adalah sebagai
berikut :
a. Batas atas : 0,5 cm caudal dari batas bawah dari lap nasoparing
b. Batas bawah : fosa klavikula kiri kanan
c. Dosis total : 50 Gy
 Pada karsinoma nasoparing dengan pembesaran getah bening leher,
tidak mungkin diberikan radiasi dengan metode lapangan supraklavikula
dan lapangan oppossing kanan kiri. Pada 20 Gy pertama dapat diberikan
dengan lapangan anteroposterior dan posteroanterior. (Susworo, 2007)

3. Cobalt 60 atau Linex

Adalah pesawat yang digunakan untuk melakukan Radioterapi externa.


Di dalam teknik penyinaran radioterapi externa posisi pasien maupun
teknik yang digunakan hrs sesuai dengan saat simulator. Mis : nasofaring
dengan menggunakan teknik SAD atau SSD.
4. Ruang cetak (Mould room) (Susworo R, 2007)
Di ruang cetak ini dilakukan pembuatan berbagai peralatan bantu, seperti
pembuatan masker sebagai alat fiksasi pada saat radiasi ekterna kepala dan
leher.

5. TPS ( Treatment Planning System ) ( Jauhari, 2007)


Treatment Planning System atau dapat pula disebut dengan sistem
perencanaan radiasi merupakan suatu proses yang sistematik dalam
membuat rencana strategi terapi radiasi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai