Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kedokteran nuklir berbanding lurus dengan
perkembangan dan penerimaan gamma camera, yang merupakan salah satu
instrument yang menghasilkan image radiasi isotop. Kedokteran nuklir
didefinisikan sebagai suatu praktik yang menjadikan pasien mengandung
radioaktif untuk keperluan diagnosis dan terapi. Bahan radioaktif yang biasa
digunakan untuk pemeriksaan kedokteran nuklir disebut dengan radionuklida
atau radiofarmaka. Radiofarmaka atau radionuklida ini diinjeksikan kedalam
tubuh pasien (secara internal), atau dicampurkan ke cairan organ tubuh yang
diambil keluar tubuh (secara eksternal). Kedua cara tersebut dinamakan
teknik in vivo.. Ada dua jenis instrumentasi nuklir yakni keperluan diagnosis
dan keperluan terapi. Pada kasus ini, salah satu instrumentasi nuklir yaitu
gamma kamera dapat digolongkan sebagai instrumentasi nuklir jenis
diagnostik.
Untuk kepentingan diagnosis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Foton (gelombang elektromagnetik) muncul dari elektron energy
tinggi dengan positron yang kemudian menimbulkan peristiwa
annihilasi dan menghasilkann sinar gamma yang dapat dideteksi
menggunakan alat dari luar. Pada radionuklida tertentu, pancaran yang di
deteksi adalah sinar-sinar dalam energi antara 50-300 keV
2. Umur paruh bahan radionuklida yang digunakan berkisar antara 
beberapa menit hingga mingguan. Pada umumnya diinginkan untuk tingg
al sebesar 5 rad pada organ target setelah proses diagnosis

1
3. Perangkat instrumentasi nuklir haruslah bisa melakukan diskriminasi dan
memilih informasi yang hanya berasal dari radiasi gamma primer,selain
itu harus digunakan detector yang memiliki respon tinggi pulsa yang
berbanding lurus terhadap energy radionuklida yang dideteksi.
4. Sistem instrumetasi yang digunakan haruslah memiliki unjuk kerja yang
bagus meliputi low price, linear, akurasi tinggi, respon energy linear,
sensitivitas yang tinggi, bandwidth lebar. (BATAN,2009)
Komponen utama gamma camera adalah single crystal dari scintilator
yang merupkan Kristal sodium iodide yang berkombinasi dengan
photomultiplir tubes dan jaringan elektronik untuk mendeteksi letak dari
sinar gamma. Gamma camera yang berkembang saat ini sudah ada yang
menggunakan detector gas, dan detector semikonduktor (Zimmerman RE,
1979).
Intraoperative imaging sangat sering digunakan dalam dunia
kesehatan. Dan penggunaan gamma camera berpotensi untuk meningkatkan
hasil dari operasi. sebagai contoh, dalam sentinel lymphnode biopsi,
penggunaan modalitas gamma camera membantu untuk mengidentifikasi
lymph node yang lengkap untuk pembedahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar gamma camera?
2. Apa saja komponen dasar yang terdapat dalam gamma camera ?
3. Apa itu kolimator, detector skintilasi, dan PMT pada gamma camera?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar gamma camera.
2. Untuk mengetahui komponen dasar yang terdapat dalam gamma camera.
3. Untuk mengetahui mengenai kolimator, detector skintilasi, dan PMT
pada gamma camera.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar dan Sejarah Gamma Camera

Gamma camera adalah camera yang digunakan pada medical diagnostic


imaging, yang digunakan untuk melacak radiofarmaka yang telah disuntikan
kedalam tubuh manusia. (medical dictionary. Farflex, 2012).
Gamma camera adalah alat kedokteran nuklir yang menggunakan teknik
scintigraphy. Yaitu teknik yang menggunakan scintillation counter atau detector
sejenis untuk menditeksi tracer radioactive guna menghasilkan citra suatu organ
atau fungus organ tersebut.
Gamma camera ditemukan oleh Hal Anger di Barkeley pada tahun 1957.
Oleh sebab itu, gamma camera juga disebut anger camera. Sebelum itu sistem
pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland dan Benjamin
tahun 1949. Gamma camera adalah alat elektonik yang bisa mendeteksi siar
gamma yang di pancarkan oleh radio pharmaceautical yang biasanya adalah
technetium 99m (Tc-99m) yang di suntikan ke tubuh pasien. Posisi dari
radiofarmaka bisa terekam dan di tampilkan dalam monitor atau film fotografi.
Gamma camera digunakan untuk melakukan scanning pada otak, tiroid,
paru-paru, hati, ginjal, empedu, dan kerangka tulang. Image yang tampak pada
gamma camera dihasilkan oleh pancaran radiofarmaka yang di injeksikan ke
dalam tubuh pasien. Radiofarmaka yang sering digunakan adalah technetium
99m, alasan digunakanya radiofarmaka ini karena Tc-99m memiliki waktu
paruh yang singkat yaitu 6 jam. Berikut adalah beberapa radiofarmaka yang
digunakan pada kedokteran nuklir:
1. I-125 memiliki waktu paruh 60,1 hari dengan energi pancaran 0,035 MeV
2. I-135 memiliki waktu paruh 8 hari dengan energi pancaran Radiasi beta

3
0,61 MeV Dan energi Radiasi gamma 0,08-0,7 MeV
3. P-32 memiliki waktu paruh 14,3 hari dengan energi pancaran 1,7 MeV

B. Komponen Dasar Gamma Camera

Gamma camera memiliki komponen dasar yang terdiri dari :


1. Kolimator
Dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana untuk memfokuskan
sinar gamma ke detektor. Untuk itu diperlukan kolimator yang terbuat dari
timbal yang berisikan pipa-pipa kecil yang disebut dengan septa, dimana arah
dari pipa-pipa ini tergantung dari jenis kolimator. Ada 4 jenis kolimator :
a. Paralel Hole kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang
parallel dengan detektor. Alat ini menekan hampir semua sinar gamma
yang tidak paralel dengan lubang detector yang tidak mempunyai sistem
focusing. Resolusi yang terbaik adalah meletakan objek sedekat mungkin
dengan detektor. Alat ini digunakan untuk objek berukuran besar.
b. Konverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang yang
memusat dari detektor ke objek. Pancaran sinar gamma dari objek tidak
paralel. Kolimator ini dapat digunakan untuk objek yang terletak pada
bagian dalam tubuh. Sensitifitas kolimator akan bertambah jika jarak
kolimator ke objek di perbesar. Dua objek yang sama mempunyai
kedalaman yang berbeda dan akan diproyeksikan secara berbeda.
c. Diverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang
yang memusat dari objek ke detektor. Sensitifitas kolimator akan
berkurang bila jarak kolimator ke objek diperbesar. Objek yang lebih
besar dari ukuran kolimator dapat dideteksi tanpa terpotong.

4
d. Pin Hole Kolimator
Mempunyai bentuk kerucut. Mempunyai sebuah lubang dengan
jarak yang tetap dari objek ke detektor. Proyeksi kolimator ini mirip
dengan kamera konvensional sinar gamma setelah melewati pin hole
kolimator akan diterima detektor dengan terbalik. Kolimator ini biasa
digunakan untuk objek yang sangat kecil, misal kelenjar tyroid.

Gambar 1. Jenis-jenis Kolimator

Dengan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipa-


pipa dapat melalui kolimator dan menumbuk detektor. Sedangkan sinar
gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipa-pipa dan akan
diabsorbsi sehingga tidak sampai detektor (kristal skintilasi), hanya
menerima signal dari radionuklida terbatas pada sebagian tertentu
didalam tubuh pasien. Karenanya kolimator dalam menjalankan
fungsinya adalah dengan mengabsorbsi dan menghalangi radiasi photon
yang datang diluar bidang tertentu yang berhadapan dengan permukaan
detektor. Sehingga radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi
oblique tidak dapat mempengaruhi pembentukan citra.

5
2. Detektor
Detektor terdiri dari scintilasi kristal yang diletakkan di belakang
kolimator, terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal ditambah Thalium. NaI
(Tl) ini akan mengeluarkan cahaya apabila tertumbuk sinar gamma. Fungsi
utama kristal ini ialah untuk mengubah sinar gamma menjadi photon.
Interaksi photon gamma dengan kristal detektor akan menyebabkan
terjadinya efek penyerapan photoelektrik, sehingga menghasilkan cahaya
fluorosensi yang intensitasnya proposional dengan kandungan energi dari
photon gamma yang bersangkutan. Semakin luas ukuran bidang kristal
semakin luas pula bidang pencitraan yang dimiliki kamera gamma.

Gambar 2. Detector

3. Photo Multiplier Tube (PMT)


PMT berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal elektrik
secara terukur. Gamma camera terdiri atas 37 – 91 PMT. PMT ditempatkan
dibagian belakang kristal NaI(Tl) dan berjumlah banyak serta tersusun dalam
suatu konfigurasi. Dengan elektroda pertama yaitu photo katoda, merubah
cahaya menjadi elektron, elektroda selanjutnya yaitu dynoda, melipat
gandakan elektron-elektron dan dynoda terakhir yaitu anoda, menghasilkan
pulsa out put. PMT dihubungkan dengan kristal secara optis dengan bahan

6
silicon-like materials. Signal skintilasi yang dihasilkan dari kristal akan
diterima/dicatat oleh satu atau lebih PMT.

Gambar 3. Photo Multiplier Tube (PMT)

4. Cathode Ray Tube (CRT)


Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi 3 (tiga)
signal X, Y, Z. spatial coordinates X dan Y sebagai sumbu , dan komponen Z
sebagai parameter besarnya energi yang masuk dalam kristal detektor dan
diproses oleh PHA. Koordinat X dan Y dapat langsung diamati pada layar
display (CRT) atau didalam komputer. Sedang signal Z (intensitas) akan
diproses lebih lanjut oleh komponen berikutnya, yaitu PHA.

5. Pulse Height Analyzer (PHA)


PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang signal-signal radiasi
yang berasal dari sinar hambur atau radiasi lain dari hasil interferensi isotop,
sehingga hanya foton yang berasal dari photopeak yang dikehendaki yang
dicatat. PHA akan melakukan pemilahan terhadap signal-signal tersebut,
selanjutnya meneruskan signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem
komputer, sedang yang tidak sesuai ditolak. PHA mampu melakukan fungsi

7
tersebut karena energi yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi signal
skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage signal yang
dikeluarkan oleh PMT.

C. Prinsip Pembentukkan Gambar Gamma Kamera

Pada prinsipnya alat/ pesawat kedokteran nuklir hanya digunakan sebagai


detector, yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif
dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat sebagai angka
angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan pencitraan kedokteran nuklir
memerlukan gamma kamera yang mempunyai detector dalam jumlah banyak.
Satu gamma kamera terdiri dari kolimator, detector, Photo Multiplier Tube
(PMT), Catode Ray Tube (CRT), Pulse Height Analizer (PHA). (Bailey,2014)

8
Gambar 4. Skema kerja Gamma Kamera

Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh


kristal- kristal sintilasi (NaI/Tl) setelah melalui suatu kolimator. Kolimator
melakukan penajaman pada citra dengan hanya melewatkan sinar gamma
yang searah dengan timbal yang berisikan pipa- pipa kecil yang akan
menumbuk detector. Sinar gamma yang arahya miring akan menumbuk pipa-
pipa dan akan diabsorbsi sehingga tidak sampai ke detector (kristal sintilasi).
Jadi radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique tidak dapat
mempengaruhi pembentukan citra.

9
Gambar 5. Gambar sisi sebelah kiri ilustrasi gambaran dari dua titik sumber
radiasi tanpa menggunakan kolimator. Gambar sisi sebelah kanan
ilustrasi gambaran dari dua titik sumber radisi menggunakan
kolimator.

Sinar gamma yang telah melewati kolimator akan menumbuk


detector yang terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal plus Thalium. NaI
(Tl). Tumbukan antara sinar gamma dan detector akan menyebabkan
terjadinya efek photo elektrik, sehingga menghasilkan pulsa cahaya
flourosensi yang intensitasnya proporsional dengan kandungan energy
gamma yang bersangkutan.
Pulsa pancaran cahaya yang dihasilkan pada detector kemudian
dideteksi dan dikuatkan oleh setiap PMT di sepanjang permukaan belakang
kristal, PMT mengubah pulsa cahaya menjadi suatu sinyal listrik dengan
bearan suatu pulsa cahaya dengan besaran yang dapat diukur. Sinyal hasil
konversi dari pulsa cahaya menjadi sinyal listrik tersebut mempunyai tiga
komponen yaitu koordinat spasial sumbu X dan sumbu Y serta suatu sinyal
(Z) yang berhubungan dengan intensitas yang amplitudanya sebanding
dengan jumlah total energy yang diterima dari kristal. Sinyal analog
koordinat X an Y dapat langsung dikirim ke peralatan penampil gambar atau

10
direkam oleh computer, sedangkan sinyal Z diolah oleh PHA. PHA
menyeleksi dan memisahkan signal- signal radiasi yang berasal dari sinar
hamburan dan yang berasal dari photopeak. Signal- signal yang sesuai akan
diteruskan ke system computer sedangkan yang tidak sesuai akan ditolak.
Sinyal sinyal analog (X,Y dan Z (PHA) yang telah dihasilkan pada
proses sebelumnya akan diproses oleh kartu antarmuka agar dapat diolah
lebihh lanjut oleh computer. Sinyal- sinyal analog X dan Y akan diubah
menjadi angka- angka digtal oleh Digital to Analog Converter (DAC).
Kemudian kombinasi kedua angka tersebut digunakan sebagai penunjuk
memori computer yang berfungsi sebagai pencacah kejadian. Sinyal dari
PHA digunkan entuk memvalidasi yaitu memberi informasi pada computer
apakah kejadian dapat diproses atau tidak. Jika dapat diterima, maka akan
terbentuk citra organ pada monitor computer dengan intensitas dari titik-titik
gambar (piksel) yang sebanding dengan hasil pencacahan (Ardisasmita,
1993).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gamma camera adalah camera yang digunakan pada medical diagnostic


imaging, yang digunakan untuk melacak radiofarmaka yang telah disuntikan
kedalam tubuh manusia. Gamma camera merupakan alat elektonik yang bisa
mendeteksi siar gamma yang dipancarkan oleh radio pharmaceautical yang
biasanya adalah technetium 99m (Tc-99m) yang di suntikan ke tubuh pasien.
Posisi dari radiofarmaka bisa terekam dan di tampilkan dalam monitor atau film
fotografi. Gamma camera ini digunakan untuk melakukan scanning pada otak,
tiroid, paru-paru, hati, ginjal, empedu, dan kerangka tulang.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32144458/PRINSIP_KERJA_KAMERA_GAMMA_KE
DOKTERAN_NUKLIR_MAKALAH_

Ardisasmita, M. Syamsa. 1993. Peningkatan Kemampuan Kamera Gamma Analog


Menggunakan Sistem Berbasis Komputer PC dan Pengembangan Perangkat
Lunak Pengolahan Citra. Pusat Pengenbangan Teknologi Informasi dan
Komputasi: BATAN.

Bailey, D,L, J.L Humm, A. Todd-Pokropek, dan A. Van Aswegen. 2014. Nuclear
Medicine Physics. Vienna, Austria: International Atomic Agency (IAEA)
Vienna International Center.

http://poltekkes-smg.ac.id/helti/my/

13

Anda mungkin juga menyukai