HALAMAN JUDUL
Laporan pendahuluan gangguan cairan dan elektrolit pada gangguan
patologis system endokrin dan perkemihan pada pasien dengan hematemesis
melena.
C. Penyebab/faktor predisposisi
Penyebab hematemesis melena antara lain :
1. Bila ada penyakit pada selaput lendir pada alat pencernaan
Misalnya : tukak, tumor, Infamasi pada lambung dan usus.
2. Disebabkan sebagai salah satu gejala penyakit sistemik
Misalnya : penyakit darah, infeksi.
3. Kerusakan pembuluh darah di selaput lendir pada saluran pencernaan dan
sirosis hepatis karena tekanan darah portal yang meningkat.
4. Ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif pada mukosa.
D. Gejala klinis
Demam ringan (38-39 º C)
Mual, muntah darah berwarna kehitaman
BAB berwarna hitam dan berbau busuk
Tekanan darah menurun (90/60 mmHg)
Distensi abdomen
Bising usus hiperaktif
Berkeringat, membran mukosa pucat
Lemah, pusing
Ekstremitas dingin
Wajah pucat
Turgor kulit jelek
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap
untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untuk
menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya
penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
2. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya
dari esofagus, lambung dan duodenum.
3. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas dasar
urgensinya dan keadaan kegawatan.
4. Ongiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi
dari visual endoskopik.
G. Terapi/Tindakan penanganan
2. Penatalaksanaan khusus
Penatalaksanaan khusus merupakan penatalaksanaan hemostatik perendoskopik
atau terapi embolisasi arteri. Terapi hemostatik perendoskopik yang diberikan pada
pecah varises esofagus yaitu tindakan skleroterapi varises perendoskopik (STE) dan
ligasi varises perendoskopik (LVE). Pada perdarahan karena kelainan non varises,
dilakukan suntikan adrenalin di sekitar tukak atau lesi dan dapat dilanjutkan dengan
suntikan etoksi-sklerol atau obat fibrinogen-trombin atau dilakukan terapi koagulasi
listrik atau koagulasi dengan heat probe atau terapi laser, atau koagulasi
dengan bipolar probe atau yang paling baik yaitu hemostatik dengan terapi metal clip.
Bila pengobatan konservatif, hemostatik endoskopik gagal atau kelainan berasal dari
usus halus dimana skop tak dapat masuk dapat dilakukan terapi embolisasi arteri yang
memperdarahi daerah ulkus. Terapi ini dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
intervensional.
1. Pengkajian
Data subyektif :
Pasien mengeluh mual, muntah
Pasien mengatakan BAB berwarna hitam encer
Pasien mengatakan cemas dan sering bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Data obyektif :
Pasien muntah darah kehitaman
Membran mukosa pucat dan turgor kulit jelek
Feses berwarna hitam cair, frekwensi BAB 1-2 x/hari
Pasien terlihat gelisah dan cemas
Tekanan darah menurun
Ekstremitas dingin
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun
kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial, atau
ketidakmampuan yang permanen.
b. PK Anemia
c. Risiko aspirasi berhubungan dengan reflek muntah.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan nutrisi parenteral.
e. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut, penggantian
cepat volume dengan cairan kristaloid.
f. PK Koma Hepatikum.
b. Rencana Keperawatan
1) Dx : Ansietas
Berikan lingkungan yang mendorong diskusi terbuka untuk persoalan-
persoalan emosional.
Berikan waktu pada pasien untuk mengekspresikan diri. Dengarkan dengan
aktif.
Berikan penjelasan yang sederhana untuk peristiwa-peristiwa dan stimuli
lingkungan.
Berikan dorongan komunikasi terbuka antara perawat dan keluarga mengenai
masalah-masalah emosional.
Validasikan pengetahuan dasar pasien dan keluarga tentang penyakit kritis.
Libatkan sistem pendukung religius sesuai kebutuhan.
3) Dx : PK Koma Hepatikum
Kaji keparahan perdarahan.
Gantikan cairan dan produk darah dalam jumlah yang mencukupi untuk
mengatasi koma hepatikum.
4) Dx : PK Anemia
Pantau adanya tanda-tanda anemia seperti konjungtiva pucat, lemas, pusing,
cappilary refil, akral dingin.
Kolaborasi pemberian obat anemia.
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang perencanaan menu untuk mengatasi
anemia.
5) Dx : Risiko infeksi
Ukur suhu tubuh tiap 4 jam.
Gunakan teknik aseptik saat mengganti balutan dan selang.
Lepaskan dan lakukan pemeriksaan kultur bila terjadi tanda-tanda dan gejala
infeksi.
6) Dx : Risiko aspirasi
Atur posisi pasien dengan kepala lebih tinggi atau posisi berbaring miring
untuk menghindari aspirasi sewaktu muntah jika tidak ada kontra indikasi
karena cedera.
Bersihkan sekresi dari mulut dengan tisu.
Periksa bahwa selang makan tidak berubah letaknya sejak pemasangan.
Aspirasi isi residu sebelum pemberian makan melalui selang.
Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30-45 menit selama periode makan dan
1 jam setelahnya untuk mencegah refluks karena adanya gaya gravitasi.
Berikan makan jika isi residu kurang dari 150 ml (Intermiten) atau berikan
makan jika residu tidak lebih dari 150 ml pada 10 % sampai 20 % dari
frekuensi setiap jam (kontinue).
4. Evaluasi
Pasien akan mengekspresikan ansietasnya pada narasumber yang tepat.
Pasien akan tetap stabil secara hemodinamik.
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda koma hepatikum.
Pasien tidak mengalami anemia (Konjungtiva merah muda, akral hangat).
Pasien tidak akan mengalami infeksi nosokomial.
Pasien tidak mengalami aspirasi dan mengungkapkan tindakan untuk mencegah
aspirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddart, 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Dawney.2012. At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Marlyn E. Doenges, 2009. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta:
Prima Medika
Suyono, 2011. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Sylvia,2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi 6.Jakarta :
EGC
Hilmy.2010. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi(2ndEd.).
Jakarta: EGC
Mansjoer Arief.(2010). Kapita selekta kedokteran.Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;Jakarta
Inayah.(2014).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan.
SelembaMedika;Jakarta.