Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISU INFEKSI COVID-19

Disusun oleh:
Rafly Alif ismail
1961050141

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah
waktu, ilmu, tenaga, dan berbagai berkah lainnya yang telah membantu penulis untuk menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul, “Isu Infeksi Covid-19” tepat pada waktunya.
Penulis berterimakasih sebesar-besarnya kepada orangtua penulis yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam menulis makalah ini, begitu pula kepada dosen-dosen
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh karena itu penulis sangat berharap
akan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian dan berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pemabaca.

Jakarta, 7 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata “isu” dalam Bahasa Indonesia memiliki dua arti, yaitu “masalah yang dikedepankan
untuk dikedepankan untuk ditanggapi dan sebagainya” dan “kabar yang tidak jelas asal-usulnya
dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas-desus”. Berdasarkan hal ini, maka penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Isu Infeksi Covid-19” adalah masalah yang harus
ditanggapi dan desas-desus atau kabar angin yang tersebar di masyarakat.
Keadaan suatu kelompok masyarakat awam dapat dengan mudah dipengaruhi oleh kabar
angin. Baik itu kabar baik maupun kabar buruk, hal ini dapat menyebabkan bias dan stigma pada
masyarakat walaupun tidak terbukti kebenarannya.
Seiring dengan semakin banyaknya tentang isu covid-19, semakin banyak pula fakta yang
tidak benar mengenai virus covid-19, dengan itu penulis ingin memberikan pemaparan secara
ilmiah dan memberikan kesimpulan atas isu covid-19.

1.2 Perumusan masalah


1. Sejarah virus
2. Taksonomi virus
3. Struktur virus
4. Morfologi virus
5. Stabilitas dan replikasi virus
6. Penyebaran virus
7. Pencegahan virus

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah, taksonomi, struktur, dan morfologi virus
2. Mengetahui cara stabilitas dan replikasi virus
3. Mengetahui cara penyebaran virus
4. Mengetahui cara pencegahan virus

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah, taksonomi, struktur, dan morfologi virus
2. Untuk mengetahui cara stabilitas dan replikasi virus
3. Untuk mengetahui cara penyebaran virus
4. Untuk mengetahui cara pencegahan virus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah virus


Pada zaman prasejarah
Selama 50.000-100.000 tahun terakhir, ketika manusia modern meningkat dalam jumlah
dan tersebar di semua dunia , penyakit menular baru muncul , termasuk yang dikarenakan oleh
virus. Sebelumnya, manusia hidup di warga yang kecil dan terpisah, dan biasanya penyakit
epidemik sedang belum berada. Variola, yang yaitu infeksi virus paling mematikan dalam
sejarah, pertama kali muncul di antara warga pertanian di India lebih kurang 11.000 tahun yang
lalu. Virus variola yang hanya menginfeksi manusia jangan-jangan diturunkan dari virus variola
tikus. Manusia jangan-jangan mengadakan komunikasi dengan binatang pengerat tersebut, dan
akibatnya beberapa orang terinfeksi oleh virus yang mereka bawa. Ketika virus berhasil
menembus "batas antar spesies", akibatnya sangat besar, dan sistem kekebalan manusia tidak
siap dalam menjumpai virus baru. Manusia saat itu tinggal di dalam lembaga kecil, dan mereka
yang terinfeksi biasanya mati atau dijadikan kebal. Kekebalan yang didapat ini hanya diwariskan
kepada keturunannya untuk sementara waktu, melewati antibodi di dalam cairan susu ibu dan
antibodi lainnya yang melintasi plasenta dari darah ibu ke anak yang belum lahir. Oleh sebab itu,
wabah sporadis jangan-jangan terjadi di setiap generasi. Lebih kurang tahun 9000 SM, ketika
jumlah orang mulai menetap di dataran Sungai Nil, kepadatan warga meningkat dan akibatnya
virus dapat bertahan karena tingginya konsentrasi orang yang rentan terhadap epidemi.[6]
Epidemi virus yang bergantung pada akbarnya konsentrasi warga, seperti beguk, rubella, dan
polio, juga pertama terjadi saat ini.
Zaman Neolitikum, yang dimulai di Timur Tengah lebih kurang tahun 9500 SM , yaitu
masa ketika manusia dijadikan petani. Monokultur dikembangkan dan akibatnya virus tanaman
menyebar dengan cepat.Penyebaran sobemovirus-virus kacang selatan-terjadi pada masa ini.
Penyebaran potivirus kentang serta buah-buahan dan sayuran lainnya dimulai lebih kurang 6.600
tahun yang lalu.
Lebih kurang 10.000 tahun yang lalu manusia yang tinggal di lebih kurang cekungan
Mediterania mulai menjinakkan binatang liar. Babi, sapi, kambing, domba, kuda, unta, kucing
dan anjing semua disimpankan dan dibesarkan di penangkaran. Hewan ini juga membawa virus
dan transmisi virus dari hewan ke manusia dapat terjadi. Namun, infeksi zoonotik seperti itu
jarang terjadi, dan transmisi virus zoonotik dari manusia ke manusia bahkan bertambah jarang
lagi, meskipun berada pengecualian seperti influenza. Biasanya virus hanya menyerang spesies
tertentu dan tidak mengancam manusia. Epidemi virus yang bersumber dari hewan tidak
berlangsung lama karena virus tidak sepenuhnya teradaptasi dengan manusia dan populasi
manusia yang terlalu kecil.
Virus lain yang bertambah tua tidaklah terlalu berbahaya. Virus herpes pertama kali
menginfeksi nenek moyang manusia modern lebih kurang 80 juta tahun yang lalu. Manusia
telah mengembangkan toleransi imunologis terhadap virus herpes, dan biasanya manusia
terinfeksi oleh paling tidak satu spesies. Infeksi virus yang bertambah ringan tersebut jarang
terjadi, namun kemungkinan hominid purba terserang influenza dan diare yang dikarenakan oleh
virus yang menyebabkan penyakit yang sama saat ini. Virus yang berevolusi belakangan
menyebabkan epidemi dan pandemi–dan peristiwa inilah yang tercatat dalam sejarah. Virus
influenza tampaknya bersumber dari virus yang telah melintasi batasan spesies antara babi
dengan bebek dan unggas cairan dan akhir-akhirnya manusia. Reservoir virus ini kini dapat
ditemui di Cina Selatan. Kemungkinan wabah mematikan di Timur Tengah pada yang belakang
sekali abad ke-18 terkait dengan transmisi semacam ini di Amarna.

Zaman kuno
Infeksi virus pertama kali tercatat dalam prasasti Mesir yang menggambarkan seorang
pendeta Mesir dari Dinasti ke-18 (1580-1350 SM) dengan bentuk kaki yang terinfeksi virus
polio. Mumi Siptah -penguasa yang menjadi pandu Dinasti ke-19 -menunjukkan gejala penyakit
poliomielitis, dan Ramses V serta beberapa mumi Mesir lainnya yang terkubur bertambah dari
3000 tahun yang lalu tampaknya terinfeksi variola. Epidemi variola berlangsung di Athena pada
tahun 430 SM yang menewaskan seperempat tentara Athena dan jumlah warga.
Walaupun yaitu penyakit lama, penyakit campak baru diidentifikasi untuk pertama
kalinya pada abad ke-10 oleh seorang dokter dari Persia yang bernama Muhammad bin
Zakariya ar-Razi (865-925). ar-Razi memakai nama Arab hasbah untuk campak. Penyakit ini
mempunyai jumlah nama lain, termasuk rubeola dari kata dalam bahasa Latin rubeus, "merah",
dan morbilli, "wabah kecil". Kemiripan antara virus campak, canine distemper dan virus
rinderpest memunculkan perkiraan bahwa campak pertama kali ditularkan ke manusia dari
anjing peliharaan atau ternak. Secara evolusioner, virus campak tampaknya terpisah dari virus
rinderpest (yang saat itu menyebar luas) pada abad ke-12.
Setelah terinfeksi campak, penderita akan kebal seumur hidup. Oleh sebab itu, virus
tersebut membutuhkan kepadatan warga yang tinggi agar dapat dijadikan endemik, dan ini
jangan-jangan tidak terjadi pada zaman Neolitik. Setelah kemunculannya di Timur Tengah, virus
campak sampai India pada tahun 2500 SM. Campak begitu umum pada anak-anak pada waktu
itu sehingga tidak diakui sebagai penyakit. Bahkan di hieroglif Mesir campak digambarkan
sebagai tahap normal dalam perkembangan manusia.
Salah satu penjelasan awal dari tanaman yang terinfeksi virus dapat ditemukan dalam
sebuah puisi yang ditulis oleh Permaisuri Kōken Jepang (718-770), yang menggambarkan
sebuah tanaman di musim panas dengan daun menguning. Tanaman tersebut, yang kemudian
diidentifikasi sebagai anggrek rawa, seringkali terinfeksi oleh tomato yellow leaf curl virus.

Zaman awal Modern


Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannya
mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop ini
mendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopik
yaitu virus.
Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

• Adoft Mayer (1883, Jerman)


Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Ia
mencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnya
tanaman

• Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)


Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum
disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Ia
menyimpulkan bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolos
saringan yang menularkan penyakit.
• Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak
pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya
dapat hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.

• Wendel M. Stanley (1935, Amerika)


Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai
TMV (Tobacco Mosaic Virus).

Zaman Era Milenial


Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinoussi dari Prancis
berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati.
Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus) bersama dengan Luc
Montagnier, mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS.
Pada tahun 1980, Robert Gallo dari Amerika Serikat dan para asistennya membuka dan
mengawali bidang Human Retrovirologi ketika di tahun 1980 menemukan retrovirus manusia
yang pertama (HLTV-1-Human T cell Leukimia Lymphoma Virus 1) dan dengan yang lain
menunjukkan bahwa ini merupakan sebab suatu bentuk tertentu leukimia pada manusia.
Penemuannya dilengkapi dengan Hormon IL-2 (Interleukin-2) yang belakangan dipakai pada
terapi untuk penderita kanker dan AIDS. Pada awal tahun 1984, Dr. Gallo juga meneliti tentang
virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV
dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk
menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1.

2.2 Taksonomi virus


Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai klasifikasi makhluk hidup, terdapat
beberapa sifat yang menjadi dasar klasifikasi virus berdasarkan kepentingannya, yaitu:
1. Jenis asam nukleat DNA, apakah untai tunggal atau ganda
2. Ukuran dan morfologi termasuk jenis simetri, jumlah kapsomer dan ada atau tidaknya
selaput
3. Kerentanan terhadap pengaruh fisik dan kimia terutama eter
4. Adanya enzim khusus terutama polymerase DNA yang berhubungan dengan replikasi
genom dan neuraminidase yang diperlukan untuk pelepasan partikel virus tertentu dari sel
tempat virus dibentuk
5. Sifat imunologik
6. Metode penularan alami
7. Inang, jaringan, dan tropisme sel
8. Sifat patologik virus terhadap sel atau jaringan hospes
9. Gejala klinik yang ditimbulkan virus terhadap hospes

Famili virus yang memiliki DNA adalah: parvoviridae, papovaridae, adenoviridae,


herpesviridae, poxviridae, dan hepadnaviridae. Sedangkan family virus yang memiliki RNA
adalah: piconaviridae, calicivirade, togaviridae, flaviviridae, bunyaviridae, arenaviridae,
coronaviridae, rhabdoviridae, filoviridae, paramyxoviridae, orthomyxoviridae, reoviridae, dan
retroviridae.

2.3 Struktur virus


Virus mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada bakteri dan ukuranya dinyatakan
dalam nm=1/1000.000.000 m, oleh karena itu untuk melihat bentuk virus arus menggunakan
mikroskop electron. Ukuran virus yang paling kecil adalah famili Picornaviridae, sedang virus
yang ukurannya paling besar adalah famili Poxviridae Susunan kimiawi virus terdiri dari protein,
lipid, KH dan asam nukleat yang mengandung materi genetik RNA/DNA. Protein struktural
virus memiliki fungsi yang penting, berguna untuk melindungi genom virus dan menentukan
simetri struktural partikel virus, disamping itu proterin virus juga menentukan sifat antigenik
virus. Virus menhgandung 1 jenis asam nukleat DNA atau RNA yang mengatur informasi
genetik yang diperlukan untuk replikasi virus.
Inti virion merupakan asam nukleat yang seringkali bergabung dengan protein sehingga
disebut nukleoprotein, diluar nukleoprotein terdapat lapisan protein sebagai pembungkus yang
disebut kapsid. Kapsid disusun oleh sejumlah kapsoner yang saling berikatan dengan ikatan
nonkovalen Kapsid ini berfungsi untuk melindungi asam nukleat dan mempermudah penempelan
pada sel inang. Kapsid ini tersusun oleh polipeptida secara simetris, ada 2 macam susunan
kapsid, pertama simetri heliks dan simetri ikosahedral, simetri heliks, asam nukleat yang
memanjang dikelilingi oleh molekul protein dan tersusun seperti spiral, hanya mempunyai 1
aksis rotasi (contoh rhabdovirus dan myxovirus).
Simetri ikosahedral adalah bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi dan
mempunyai rotasi aksis ganda dan tiap jenis virus mempunyai jumlah kapsomer yang berbeda.
Sejumlah virus ada yang mengandung lipid sebagai bagian dari strukturnya . Virus yang
mengandung lipid lebih peka terhadap eter dan pelarut organik lain sehingga virus yang
kehilangan lipid akan kehilangan infektivitasnya, sebaliknya virus yang tidak mengandung lipid
lebih tahan terhadap eter. Pembungkus virus juga ada yang mengandung glikoprotein yang
berperan penting sebagai antigen virus dan bagian ini akan berikatan dengan antibodi yang
terbentuk.
2.4 Morfologi virus
Berdasarkan bentuk tubuh dan bagain-bagain tubuh virus morfologi virus terbagi menjadi
empat tipe utama yaitu :

1. Helix Struktur virus dengan morfologi helix terbentuk dari susunan subunit protein
terselubung yang disebut dengan kapsomer melingkar suatu sumbu axis. Susunan virus
dengan morfologi helix ini membuat virus mempunyai bentuk seperti batang atau
filamen. Materi genetik virus dengan morfologi helix ini terletal di dalam rongga dan
terikat dengan protein kapsid. Contoh dari virus dengan morfologi helix ini adalah virus
mosaik yang menyerang tembakau.

2. Polihedral Morfologi virus polihedral tersusun dari kapsomer yang berjumlah sangat
banyak dan menyelubungi genom virus secara keseluruhan. Berbeda dengan morfologi
sebelumnya yaitu morfologi virus helix. Asam nukleat pada morfologi ini tidak
mempunyai ikatan dengan protein kapsid. Virus dengan morfologi polihedral mempunyai
ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20 – 400 nanometer. Selain itu morfologi virus
polihedral juga mempunyai susunan dan jumlah kapsomer yang sangat beragam juga.
Salah satu virus dengan morfologi polihedral ini adalah virus adenovirus.

3. Virus bersampul. Virus dengan morfologi ini memiliki lapisan luar atau membran yang
menyelubungi kapsid yang disebut dengan sampul (envelope). Morfologi virus ini
memiliki bentuk bermacam-macam sesuai dengan bentuk kapsidnya, meskipun ada juga
sampul yang berbentuk helix dan polihedral.

4. Virus kompleks. Morfologi virus kompleks memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih
kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya. Dengan morfologi yang
sangat kompleks ini menandakan virus tersebut memiliki kelebihan yang berbeda
dibanding virus dengan morfologi lain. Layaknya organisme hidup virus dengan
morfologi ini juga memiliki bagian-bagian tubuh seperti kepala dan ekor, salah satu
contoh virus dengan morfologi virus kompleks adalah bakteriofage.

2.5 Stabilitas dan replikasi


Karena virus hanya terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein,maka virus
sangat mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; suhu, garam, pH, penyinaran/radiasi,
dan terhadap beberapa zat kimia. Virus sangat labil terhadap pengaruh panas, pada pemanasan
pada suhu 50-60 derajat C selama 30 menit akan terjadi denaturasi protein dan virus akan
kehilangan infektivitasnya, tapi sebaliknya virus sangat tahan terhadap suhu dingin, bahkan
untuk penyimpanan virus dalam jangka lama harus disimpan pada suhu yang sangat rendah.
Virus berselubung pada umumnya lebih tidak tahan terhadap pengaruh panas dindingkan virus
yang tidak berselubung. Beberapa virus dapat distabilkan oleh garam-garam tertentu seperati
MgCl2, MgSO4 dan Na2SO4. Bahan yang dapat menstabilkan virus penting untuk tujuan
pembuatan/pengolahan vaksin sehinnga virus tidak kehilangan keantigenannya, selain MgCl2
bahan penstabil lain adalah serum ormal, albumin, susu bebas lemak dan gliserol.
Virus biasanya akan stabil pada larutan isotonic dan pH faali, tapi da juga virus yang
tahan pada pH sangat reandah yaitu pada pH3 seperti Enterovirus(virus enterik) Hampir semua
virus tidak tahan terhadap radiasi, terutama simar pengion dan sinar gelombang pendek. Sinar
ultra violet, sinar X dan partikel berenergi tinggi dapat menghilangkan efektivitas virus. Sinar X
dapat menginaktifkan virus dengan cara memecah asam nukleat terutama untuk virus dengan
asam nukleat untai tunggal. Sinar ulta violet bekerja dengan cara merusak asam nukleat sehingga
terjadi ikatan kovalen antara 2 molekul pirimidin sehingga virus tidak mampu bereplikasi. Pada
radiasi dosis tinggi bukan hanya asam nukleat saja yang rusak tapi kapsid juga rusak sehingga
virus kehilangan keantigenannya. Virus juga tidak tahan terhadap beberpa zat warna seperti biru
toluidine, biru metilen, merah netral, sehinnga iluminasi oleh cahaya akan menginaktifkan virus.
Zat2 kimia lain juga dapat menginaktifkan virus seperti eter, fenol, kresol, HCl, dan natrium
hipoklorit. Virus telanjang biasanaya lebih kebal terhadap pengaruh berbagai zat kimia.
Virus hanya bereplikasi dalam sel-sel hidup Sel inang harus menyediakan energi yang
dibutuhkan untuk sintesis asam nukleat dan protein virus. Asam nukleat virus mengandung
spesifitas genetik, selama siklus replikatif virus memindahkan informasi genetic melalui
beberapa cara. Replikasi virus dibagi menjadi beberapa tahapan, pada prinsipnya adalah sebagai
berikut:
1. Tahap penempelan virus pada permukaan sel inang (attachment), permukaan virus
menempel pada reseptor spesifik
2. Penyusupan (penetrasi), virion/asam nukleat masuk ke dalam sitoplasma sel, pada virus
yang tidak berselubung akan masuk ke dalam sel secara fagositosis virion/viropexis, pada
virus berselubung terjadi fusi selubung virus ke membrane plasma sel diikuti masuknya
nukleokapsid ke sitoplasma.
3. Pelepasan pembungkus luar(uncoating), proses pelepasan asam nukleat dari pembungkus
luarnya
4. Translasi mRNA
5. Translasi protein
6. Replikasi DNA virus
7. Perakitan virion
8. Pelepasan /pembebasan virion dari sel

Pada tahap awal biasanya hanya sebagian gen virus saja yang mengalami transkripsi yaitu
yang berhubungan dengan pembentukan enzim dan protein awal, transkripsi selanjutnya
berhubungan dengan pembentukan struktur virus. Setelah proses transkripsi terjadi translasi
RNA menjadi protein pada poliribosom dan akan terbentuk polipeptida enzim virion dan protein-
protein yang mengatur ekspresi gen. Virion yang dirakit dan telah lengkap /matang bergerak
menuju ke membran sel, terjadi penonjolan(budding) dan kemudian keluar dari sel inang , siap
menginfeksi sel-sel yang lain disekitarnya.
2.6 Penyebaran
1. Penyebaran Virus (epidemiologi)

Epidemiologi Virus ( Endemik, epidemik, dan pandemik )

Jika ditinjau dari asal kata Bahasa Yunani , Epidemiologi berarti Ilmu yang
mempelajari tentang penduduk {EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS = ilmu}.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :“ Ilmu yang
mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah kesehatan pada
sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (faktor –faktor yang mempengaruhinya).”

Epidemiologi Influenza : Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar


dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya
untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner
yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau ganggugan
metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Resiko
komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas 65 tahun,
anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu.Di Indonesia
telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia merupakan
negara ke-lima diAsiasetelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu
burung pada manusia.

 Epidemi: Keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit )


yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
berada dalam frekwensi yang meningkat.
 Pandemi : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah
mencakup suatu wilayah yang amat luas.
 Endemi: suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit)
yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
2.7 Pencegahan
Pencegahan Influenza : hal yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah
pencegahan. Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi
virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada
virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang
kali dengan jalur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Vaksin
influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak berbahayadan diberikan
dengan cara0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah tejadinya mixing
dengan virus yang sangat pathogen seperti H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian
influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga
digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi
perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenzanamun kekebalan yang diperoleh
melalui vaksinasi sekitar 70%.Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai
upaya pencegahan lebih dini adalah mencucitangan sesering mungkin, jangan menutup mulut
dengan tangan jika bersin, jangan menyentuh muka, minum banyak air, menghirup udara
segar, olah raga secara teratur, konsumsi makanan bergizi tinggi, dan relaksasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Isu yang beredar banyak berisi fakta palsu tentang virus, hal ini mengakibatkan stigma
dan kekhawatiran yang tidak perlu dimasyarakat, oleh karena itu dibutuhkan edukasi dan
pelayanan informasi yang jelas dan nyata.

Masyarakat juga berperan penting dalam mengolah dan menelaah informasi yang beredar
sehingga tidak menghasilkan kondisi dimana informasi tidak dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suprobowati OD, Kurniati I. Virologi. Edisi tahun 2018. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018
2. Thaib, Soeprapti, (1983), Virologi Umum, Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung, Bandung.
3. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, (1993), Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.
4. DTMH, Soedarto, (1988), Dasar–Dasar Virologi Kedokteran,CV EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai