Disusun oleh:
Rafly Alif ismail
1961050141
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah
waktu, ilmu, tenaga, dan berbagai berkah lainnya yang telah membantu penulis untuk menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul, “Isu Infeksi Covid-19” tepat pada waktunya.
Penulis berterimakasih sebesar-besarnya kepada orangtua penulis yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam menulis makalah ini, begitu pula kepada dosen-dosen
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh karena itu penulis sangat berharap
akan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian dan berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pemabaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata “isu” dalam Bahasa Indonesia memiliki dua arti, yaitu “masalah yang dikedepankan
untuk dikedepankan untuk ditanggapi dan sebagainya” dan “kabar yang tidak jelas asal-usulnya
dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas-desus”. Berdasarkan hal ini, maka penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Isu Infeksi Covid-19” adalah masalah yang harus
ditanggapi dan desas-desus atau kabar angin yang tersebar di masyarakat.
Keadaan suatu kelompok masyarakat awam dapat dengan mudah dipengaruhi oleh kabar
angin. Baik itu kabar baik maupun kabar buruk, hal ini dapat menyebabkan bias dan stigma pada
masyarakat walaupun tidak terbukti kebenarannya.
Seiring dengan semakin banyaknya tentang isu covid-19, semakin banyak pula fakta yang
tidak benar mengenai virus covid-19, dengan itu penulis ingin memberikan pemaparan secara
ilmiah dan memberikan kesimpulan atas isu covid-19.
Zaman kuno
Infeksi virus pertama kali tercatat dalam prasasti Mesir yang menggambarkan seorang
pendeta Mesir dari Dinasti ke-18 (1580-1350 SM) dengan bentuk kaki yang terinfeksi virus
polio. Mumi Siptah -penguasa yang menjadi pandu Dinasti ke-19 -menunjukkan gejala penyakit
poliomielitis, dan Ramses V serta beberapa mumi Mesir lainnya yang terkubur bertambah dari
3000 tahun yang lalu tampaknya terinfeksi variola. Epidemi variola berlangsung di Athena pada
tahun 430 SM yang menewaskan seperempat tentara Athena dan jumlah warga.
Walaupun yaitu penyakit lama, penyakit campak baru diidentifikasi untuk pertama
kalinya pada abad ke-10 oleh seorang dokter dari Persia yang bernama Muhammad bin
Zakariya ar-Razi (865-925). ar-Razi memakai nama Arab hasbah untuk campak. Penyakit ini
mempunyai jumlah nama lain, termasuk rubeola dari kata dalam bahasa Latin rubeus, "merah",
dan morbilli, "wabah kecil". Kemiripan antara virus campak, canine distemper dan virus
rinderpest memunculkan perkiraan bahwa campak pertama kali ditularkan ke manusia dari
anjing peliharaan atau ternak. Secara evolusioner, virus campak tampaknya terpisah dari virus
rinderpest (yang saat itu menyebar luas) pada abad ke-12.
Setelah terinfeksi campak, penderita akan kebal seumur hidup. Oleh sebab itu, virus
tersebut membutuhkan kepadatan warga yang tinggi agar dapat dijadikan endemik, dan ini
jangan-jangan tidak terjadi pada zaman Neolitik. Setelah kemunculannya di Timur Tengah, virus
campak sampai India pada tahun 2500 SM. Campak begitu umum pada anak-anak pada waktu
itu sehingga tidak diakui sebagai penyakit. Bahkan di hieroglif Mesir campak digambarkan
sebagai tahap normal dalam perkembangan manusia.
Salah satu penjelasan awal dari tanaman yang terinfeksi virus dapat ditemukan dalam
sebuah puisi yang ditulis oleh Permaisuri Kōken Jepang (718-770), yang menggambarkan
sebuah tanaman di musim panas dengan daun menguning. Tanaman tersebut, yang kemudian
diidentifikasi sebagai anggrek rawa, seringkali terinfeksi oleh tomato yellow leaf curl virus.
1. Helix Struktur virus dengan morfologi helix terbentuk dari susunan subunit protein
terselubung yang disebut dengan kapsomer melingkar suatu sumbu axis. Susunan virus
dengan morfologi helix ini membuat virus mempunyai bentuk seperti batang atau
filamen. Materi genetik virus dengan morfologi helix ini terletal di dalam rongga dan
terikat dengan protein kapsid. Contoh dari virus dengan morfologi helix ini adalah virus
mosaik yang menyerang tembakau.
2. Polihedral Morfologi virus polihedral tersusun dari kapsomer yang berjumlah sangat
banyak dan menyelubungi genom virus secara keseluruhan. Berbeda dengan morfologi
sebelumnya yaitu morfologi virus helix. Asam nukleat pada morfologi ini tidak
mempunyai ikatan dengan protein kapsid. Virus dengan morfologi polihedral mempunyai
ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20 – 400 nanometer. Selain itu morfologi virus
polihedral juga mempunyai susunan dan jumlah kapsomer yang sangat beragam juga.
Salah satu virus dengan morfologi polihedral ini adalah virus adenovirus.
3. Virus bersampul. Virus dengan morfologi ini memiliki lapisan luar atau membran yang
menyelubungi kapsid yang disebut dengan sampul (envelope). Morfologi virus ini
memiliki bentuk bermacam-macam sesuai dengan bentuk kapsidnya, meskipun ada juga
sampul yang berbentuk helix dan polihedral.
4. Virus kompleks. Morfologi virus kompleks memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih
kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya. Dengan morfologi yang
sangat kompleks ini menandakan virus tersebut memiliki kelebihan yang berbeda
dibanding virus dengan morfologi lain. Layaknya organisme hidup virus dengan
morfologi ini juga memiliki bagian-bagian tubuh seperti kepala dan ekor, salah satu
contoh virus dengan morfologi virus kompleks adalah bakteriofage.
Pada tahap awal biasanya hanya sebagian gen virus saja yang mengalami transkripsi yaitu
yang berhubungan dengan pembentukan enzim dan protein awal, transkripsi selanjutnya
berhubungan dengan pembentukan struktur virus. Setelah proses transkripsi terjadi translasi
RNA menjadi protein pada poliribosom dan akan terbentuk polipeptida enzim virion dan protein-
protein yang mengatur ekspresi gen. Virion yang dirakit dan telah lengkap /matang bergerak
menuju ke membran sel, terjadi penonjolan(budding) dan kemudian keluar dari sel inang , siap
menginfeksi sel-sel yang lain disekitarnya.
2.6 Penyebaran
1. Penyebaran Virus (epidemiologi)
Jika ditinjau dari asal kata Bahasa Yunani , Epidemiologi berarti Ilmu yang
mempelajari tentang penduduk {EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS = ilmu}.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :“ Ilmu yang
mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah kesehatan pada
sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (faktor –faktor yang mempengaruhinya).”
3.1 Kesimpulan
Isu yang beredar banyak berisi fakta palsu tentang virus, hal ini mengakibatkan stigma
dan kekhawatiran yang tidak perlu dimasyarakat, oleh karena itu dibutuhkan edukasi dan
pelayanan informasi yang jelas dan nyata.
Masyarakat juga berperan penting dalam mengolah dan menelaah informasi yang beredar
sehingga tidak menghasilkan kondisi dimana informasi tidak dapat dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suprobowati OD, Kurniati I. Virologi. Edisi tahun 2018. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018
2. Thaib, Soeprapti, (1983), Virologi Umum, Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung, Bandung.
3. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, (1993), Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.
4. DTMH, Soedarto, (1988), Dasar–Dasar Virologi Kedokteran,CV EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.