Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada
kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai
keadaan dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat
banyaknya warga masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes ,
2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian yang
berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego
disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan
kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan
stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini
juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena merupakan
bagian dari kehidupan.

B . Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari stress?
2.Bagaimanakah penggolongan stress menurut para ahli?
3.Apa saja penyebab stress?
4.Bagaimanakah ciri-ciri penderita stress berdasakan kemampuan individu menahan
stress?
5.Apa saja tahapan-tahapan stress menurut para ahli?
6.Bagaimanakah reaksi-reaksi terhadap stress?
7.Bagaimanakah cara-cara untuk mengendalikan stress?
8.Seperti apa proses keperawatan managemen stress untuk perawat?
9.Apakah definisi dari adaptasi?
10.Apa saja jenis-jenis dari adptasi?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1.Mengetahui definisi dari stress
2.Mengetahui penggolongan stress menurut para ahli
3.Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan stress
4.Mengetahui ciri-ciri penderita stress berdasarkan kemampuan individu dalam menahan
stress
5.Mengetahui tahapan-tahapan stress menurut para ahli
6.Mengetahui reaksi-reaksi terhadap stress
7.Mengetahui cara-cara untuk mengendalikan stress
8.Mengetahui proses keperawatan managemen stress untuk perawat
9.Mengetahui definisi dari adaptasi
10.Mengetahui jenis-jenis dari adptasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Stress

1. Pengertian Stress
Pengertian stress menurut para ahli Menurut Hans Selye, Stress adalah respon
manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam
dirinya. (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan daqlam diri seseorang. (Soeharto Heerdjan. 1987)
Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu, sesuatu
yang mengganggu keseimbangan kita. (Maramis, 1999)
Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental
atau beban kehidupan. (Dadang Hawari, 2001)
Secara umum, stress adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress
memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,
intelektual, sosial, dan spiritiual, sterss dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri
dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan mengganggu hubungan
individu terhadap kehidupan (Hans Selye, 1956 ; Davis, at all. 1989 ; Barbara Kozier,
et all, 1989).

2. Penggolongan Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya
stress dapat digolongkan sebagai berikut :
A .Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon,
atau gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2.Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
3.Penyebab Stress / Stressor
Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya
stress, datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sumber
strees dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat berupa
biologi atau fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress karena
stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman
sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari
gangguan kesehatan fisik dan psikologis. Contohnya:
a.Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya,
hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat
mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit
binatang, dll, yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b.Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang
meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah anggota dalam
keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.
c.Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan
dari luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein,
polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan
kosmetika, bahan-bahan pengawet, pewarna, dll.
d.Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka , ketidakpuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik peran percaya diri yang
rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.
e.Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.

4. Kemampuan Individu Menahan Stress


Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress.
Hal tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal,
lamanya, dan umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses
adaptasi.

5.Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof.
Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a.Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b.Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung
tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f.Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh
maupun terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a.Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan
warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b.Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali menjadi
pelupa dan mengeluh sakit kepala pusing.
e.Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka
kedutan.
f.Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada
tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle
cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau
dingin dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah,
kulit menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat
(acne) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki
berkeringat.
h.Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan
tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan
tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru
mengalami spasme.
i.Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya,
jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit
(constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau
seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j.Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.
Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena
asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut
gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain
gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering
diare.
k.Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l.Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan
tulang (musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
Selain itu, keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa
ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering
mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes
mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi
yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a.Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan.
Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan
susah tidur.
b.Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang
melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang
disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c.Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai
rasa sedih yang berkepanjangan.

Cara mengendalikan stress


Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a.Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana
tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa
yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan
senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari
Tuhan.
b.Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber
stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya.
Namun pada stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau
bertumpuk-tumpuk dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar
mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum
bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya.
c.Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres
tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan
menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi
malapetaka. Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya menikmati
saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d.Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang
teratur serta istirahat dengan cukup.
e.Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga,
dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya
menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah
menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f. Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada
orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres
terlalu lama.
g. Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan
memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat
pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres
yang positif.
h. Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak
akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul
yang namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental
dan fisik akan lebih siap menghadapi stres.
i. Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan
yang baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.
j. Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang
muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan
akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k. Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih
menyenangkan.
l. Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk
relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam
menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil
energi positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan
mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m. Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan
telah di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan
orang-orang positif.
n.Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor
dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o.Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan
tubuh, sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam
manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan
endorfin (merasa-baik tubuh kimia).

8.Proses keperawatan managemen stress untuk perawat


Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.
Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai
ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup
akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan
dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan
pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh
akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan
kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan
waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor
yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan
biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar
pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan
memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif,
psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila
tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan
mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat
dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus
untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem
endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam
tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini
dapat melalui empat cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan
dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

B. Adaptasi
a. Pengertian adapatasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar organisme
dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan menurut Gerungan (2006)
menyebutkan bahwa adapatasi atau penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri).
b. Tujuan Adaptasi
1) Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
c. Macam-Macam Adaptasi
1) Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari sebagian
tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stresor tertentu.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu
proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti
penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil
untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi stressor dikontrol
oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi
dua respons fisiologis terhadap stres, yaitu:
a) LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka
pendek Karakteristik dari LAS:
(1) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
(2) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.
(3) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
(4) Respons bersifat restorative.
b) GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respons yang terlibat
didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks
GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut:
1) Fase alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume
darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal yang
luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar.
Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor menetap maka
individu akan masuk kedalam fase resistensi.
2) Fase resistensi (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal. Bila
gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu: Fase
kehabisan tenaga.
3) Fase exhaustion (kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan
diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
2) Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan
berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan
masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional dan dengan
demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres. Mekanisme
pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres secara tidak langsung.
a) Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi
kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005).
Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
(1) Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stresor.
(2) Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor.
(3) Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau
menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk
menghindari stres.
b) Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa
yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh
stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan
psikiatrik.Adabanyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:
(1) Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke alam tidak
sadar dengan cara tidak sadar.
(2) Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan ke alam
tidak sdar.
(3) Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku tersebut.
(4) Kompensasi
Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain
(a) Kompensasi langsung
(b) Kompensasi tidak langsung
(5) Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran yang logis
bukan karenakeinginan yang
tidak disadari.
(6) Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang bernilai tetapi dapat
diterima oleh masyarakat.
(7) Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
(8) Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek pengganti.
(9) Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang lain/obyek
lain/lingkungan untuk mengingkari.
(10) Simbolisasi
Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan untuk
diekspresikan
(11) Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran, perasaan dan
tingkah lakunya.
(12) Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
(13) Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat diterima kepada tujuan
yang dapat diterima masyarakat.
(14) Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
(15) Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari
kepribadiannya sekarang.
3) Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk ekstrem, stres yang
terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah. Jika diasuh dalam
lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri
yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
2002)
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat
membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan
berteman dan saling berbagi diantara teman. Pada tahap ini, stres ditunjukan oleh
ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung
sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap stresor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 2002).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan
keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier
yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat
mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan,
anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua
juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
4) Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 2003).
5) Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stres dalam banyak cara,
tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stresor
sebagai hukuman.

C. . Mekanisme koping
1. Pengertian
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 2005). Sedangkan menurut Lazarus (2005), koping adalah
perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan
internal atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
2. Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 2005)
yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh faktor – faktor diantaranya: peran dan
hubungannya, gizi dan metabolisme, tidur dan istirahat, rasa aman dan nyaman,
pengalaman masa lalu, tingkat pengetahuan seseorang, dan lingkungan tempat tinggal
(Taylor 2003).
4. Jenis mekanisme koping
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres.
1) Perilaku menolak digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk
memindahkan seseorang dari sumber stres
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang
b. Mekanisme pertahanan ego
Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat
tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dandisorientasi realitas, maka mekanisme
ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stres (Struart dan Sundeen, 2003)
5. Macam-Macam Mekanisme Koping
a. Mekanisme jangka pendek
1) Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,
misalnya main musik, tidur, menonton televisi.
2) Akltifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
dalam aktifitas sosial, keagamaan
3) Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga
yang kompetitif, pencapaian akademik / belajar giat.
4) Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat
(Keliat, 2005)
b. Mekanisme Jangka Panjang
1) Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut klien penting,
tanpa memperhatikan kondisi dirinya.
2) Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang tidak wajar akan
diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan
mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
1) Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan
keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
2) Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila
individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak
pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya)
dengan maksud melindungi diri (Keliat, 2005)
3) Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang
biasanya netral atau lebih sedikit mengancam
dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang
individu.
5) Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut (Stuart dan Sundeen,
2005).
6) Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-
hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk
meninjau permasalah secara obyektif.
7) Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-
nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri,
merupakan hati nurani.
8) Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama
9) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini
mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima
kenyataan akan keburukan dirinya sendiri (Stuart dan Sundeen, 2005)
10) Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan
berpurapura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
11) Reaksi formasi
Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif
dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan
cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
12) Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi
frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang
menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang
berusia lebih muda (Stuart dan Sundeen, 2005)
13) Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin,
mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-
hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada
pengaruhnya terhadap perilaku.
14) Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam
diri sendiri.
15) Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima
oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena
mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah
bentuknya agar tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan
pemuasan
16) Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga
agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga.
17) Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu
kesalahan (Smet, 2004).
18) Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang
membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup
menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti sementara atau
selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap
berikutnya penuh dengan kecemasan.
19) Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik
diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai
dengan depresi dan sikap apatis (Yosep, 2007).
20) Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu
cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau menggunakan metode
yang tidak langsung.
21) Fantasi
Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai
tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak menyenangkan,
menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu yang sering melamun
kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari pada kenyataan
sesungguhnya. Bila fantasi ini dilakukan proporsional dan dalam pengendalian
kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk mengatasi stress
22) Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal
yang sebenarnya (Yosep, 2007)
23) Konversi
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejalagejala jasmani (Stuart
dan Sundeen, 2005)
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala
kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,
dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah
yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut
dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika
masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu
tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi. Adaptasi adalah proses dimana dimensi
fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak
stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi
individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi
fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi
proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif
terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya
untuk mempertahankan fungsi yang optimal.

B. Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah
kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi
jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik manusia.
Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara input dan
output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi psikologis juga diperlukan
untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan
dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada
hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif
juga dapat mengurangi dampak stress pada diri seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Davis,M., Eshelman, E.R.,& Mc Kay,M . The relatifision and stress reduction workbook
(third ed). 1988. California New Hanbinger Publition,Inc
Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan
jiwa.jakarta:TIM
Kozier,B.,Erb.G & Bufalino.P.M . Introdution of nursing California Addision. 1989.
Wessley Publising Company.
Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.
Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
S, kadir ABD.2010. Psikologi Keperawatan.Palembang Pieter, heri zan.2102. Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Stuart G.W dan Laraia.M.T.(1998).Principle and practice of pschiatric nursing.Edisi 8 St
Louis.Mosby year Book.

Anda mungkin juga menyukai