Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO. KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
America (2013), penyebab utama cedera berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat
kepala adalah karena terjatuh sebanyak meningkatkan hormon antidiuretik yang
28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, berdampak pada kompensasi tubuh.
karena disebabkan kecelakaan secara c. B3 (BRAIN) Pengkajian ini
umum sebanyak 19%, disebabkan meliputi tingkat kesadaran, pengkajian
kekerasan sebanyak 11%, dan akibat fungsi serebral dan pengkajian saraf kranial.
ledakan di medan perang merupakan Pengkajian tingkat kesadaran: tingkat
penyebab utama cedera kepala. keterjagaan klien dan respon terhadap
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh lingkungan adalah indikator paling sensitif
merupakan penyebab rawat inap pasien untuk disfungsi sistem persyarafan.
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan Pengkajian fungsi serebral: status mental
29,8% per 100.000 populasi. Kekerasan observasi penampilan, tingkah laku nilai
adalah penyebab ketiga rawat inap pasien gaya bicara dan aktivitas motorik klien
trauma kepala mencatat sebanyak 7,1% per Pengkajian sistem motorik inspeksi umum
100.000 populasi di Amerika Serikat didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas
(Coronado, 2011). Penyebab utama bawah, baik bersifat paralis, dan paraplegia.
terjadinya trauma kepala antara lain: Pengkajian sistem sensori ganguan
1. Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan sensibilitas pada klien cedera kepala berat
Lalu Lintas adalah dimana sebuah sesuai dengan segmen yang mengalami
kendaraan bermotor bertabrakan gangguan.
dengan kendaraan yang lain atau benda d. B4 (BLADDER) Kaji keadaan
lain. Sehingga menyebabkan urine meliputi warna, jumlah dan
kerusakan atau cedera kepada karakteristik urine, termasuk berat jenis
pengguna jalan raya (Rendi dan urine. Penurunan jumlah urine dan
Margareth, 2012). peningkatan retensi cairan dapat terjadi
2. Jatuh Jatuh didefinisikan sebagai akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
(terlepas), turun atau meluncur ke e. B5 (BOWEL) Pada keadaan syok
bawah dengan cepat karena gravitasi spinal, neuropraksia sering didapatkan
bumi, baik ketika masih digerakkan adanya ileus paralitik, dimana klinis
turun maupun sesudah sampai ke didapatkan hilangnya bising usus, kembung,
tanah. Menyatakan bahwa jatuh secara dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan
tidak proporsional mempengaruhi gejala awal dari tahap syok spinal yang akan
kelompok usia termuda dan tertua, berlangsung beberapa hari sampai beberapa
lebih dari setengah (55%)antara anak- minggu.
anak usia 0-14 tahun disebabkan f. B6 (BONE) Paralisis motorik dan
karena jatuh, lebih dari dua pertiga paralisis organ internal bergantung pada
(81%) pada orang dewasa berusia 65 ketinggian lesi saraf yang terkena trauma.
tahun dan lebih tua disebabkan karena Gejala gangguan motorik sesuai dengan
jatuh (Rendi dan Margareth, 2012). distribusi segmental dari saraf yang
3. Kekerasan Kekerasan didefinisikan terkena.disfungsi motorik paling umum
sebagai suatu perihal atau perbuatan adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada
seseorang atau kelompok yang saluran ekstermitas bawah. Kaji warna kulit,
menyebabkan cedera atau matinya suhu, kelembapan, dan turgor kulit.
orang lain, menyebabkan kerusakan
fisik pada orang lain secara paksaan 4. Pemeriksaan Diagnostik
(Padila, 2012). 1. Pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
D. Komplikasi Cedera Kepala
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien darah.
dengan cedera kepala menurut Batticaca 2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras:
3. Infeksi bedah neuro (infeksi luka, dengan atau tanpa kontras radioaktif.
INTERVENSI
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJAUN/KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. - Nyeri akut bd Setelah dilakukan a. Berikan pasien lingkungan yang terang dan a. Mengurangi kebisingan dan meningkatkan
pencedera fisil tindakan keperawatan batasi pengunjung saat fase akut. istirahat.
selama 3x24 jam nyeri b. Bantu pasien untuk memilih posisi yang b. Pasien mungkin merasa nyaman dengan miring
kronis teratasi dengan nyaman untuk istirahat. kea rah posisi yang sakit
kriteria : c. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan c. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada kanker. Penggunaan skala rentang membantu
- ekpresi wajah skala 0 – 10 pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
rileks, d. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
- pasien tidak gelisah pasien analgesic, meningkatkan kontrol nyeri.
- Skala nyeri e. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi d. Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non
berkurang dan psikologi. verbal dapat memberikan petunjuk derajat
f. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi
g. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan e. Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk
ajarkan penggunaan teknik relaksasi pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
h. Observasi tanda-tanda vital. takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
f. Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan
otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
g. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
h. Mengetahui kondisi terkini pasien.
i. Membantu mengatasi pasien sesuai tanda dan
gejala yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti, dkk.2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di
Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Vol 5 No 1
Fransiska Batticaca B, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan. Salemba medika, jakarta
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
NPM :
2 Resiko tinggi terhadap pola Tujuan : 1. Pantau frekuensi, irama, kdalaman
nafas tidak efektif b.d pernafasan. Catat ketidakteraturan
kerusakan neurovaskuler Pergerakan udara kedalam dan keluar pernafasan.
( cedera pada pusat pernafasan dari paru-paru.
otak ). Rasional : Perubahan dapat menandakan
Ventilasi tidak terganggu ditandai awitan komplikasi pulmonal atau
dengan ekspansi dada simetris, tidak menandakan lokasi/luasnya keterlibatan
otak. Pernafasan lambat, periode apneu
ada penggunaan otot bantu, tidak ada
dapat menandakan perlunya ventilasi
nafas pendek. mekanis.
2. Pantau penggunaan dari obat-obat
Kriteria Hasil :
depresan pernafasan, seperti sedativ.
Klien akan memiliki tingkat Rasional : Dapat meningkatkan
kesadaran stabil atau terdapat gangguan/komplikasi pernafasan.
perbaikan. 3. Pantau atau gambarkan analisa gas darah,
tekanan oksimetri
Rasional : Menentukan kecukupan
pernafasan, keseimbangan asam basa dan
kebutuhan akan terapi.
4. Berikan oksigen
Rasional : Memaksimalkan oksigen pada
darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia, jika pusat
pernafasan tertekan, mungkin di perlukan
ventilasi mekanik.
5. Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor pencetus adanya sesak.
Rasional : Pengetahuan apa yang di
harapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantar menujukedokteran klinis. Jakarta: EGC. Smeltzer, S.
C., & Bare, B. G. (2013). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Alih bahasa H. Y.
Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Penerbit :Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO. KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
INTERVENSI
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJAUN/KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba
Emban Patria.
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah (12th ed.; Eka Anisa. Mardela, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sawitri, Fandina. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis. Surakarta: Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6.
Philadelpia: Elsevier.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Indonesian Edition.Elsevier. Singapore.