Anda di halaman 1dari 34

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA

Mahasiswa : KELOMPOK III B

Adi Surya Wijaya


Aulia Bayawasi
Dika Roshita
Galuh Susilo
Khisyafatul Ghita
Krisna Anisa
M.Rifki Fahruroji

Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO. KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Definisi Cedera Kepala A. Pengkajian Keperawatan


Cedera kepala adalah suatu gangguan Penting bagi perawat untuk mengetahui
traumatik dari fungsi otak yang disertai bahwa setiap adanya riwayat trauma pada
atau tanpa pendarahan intestinal dalam servikal merupakan hal yang penting
substansi otak tanpa diikuti terputusnya diwaspadai.
kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan 1. Identitas pasien
adanya pukulan atau benturan mendadak Nama, umur, kuman TBC menyerang semua
pada kepala dengan atau tanpa kehilangan umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat),
kesadaran (Febriyanti, dkk, 2017). Cedera pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
kepala adalah suatu trauma mekanik 2. Riwayat Penyakit
terhadap kepala, baik secara langsung a. Keluhan Utama Cedera kepala berat
ataupun tidak langsung yang menyebabkan mempunyai keluhan atau gejala utama yang
gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan berbeda-beda tergantung letak lesi dan luas
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik lesi. Keluhan utama yang timbul seperti
temporer maupun permanen (Sudiharto dan nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau
Sartono, 2010). punggung dan kelemahan pada ekstremitas
Dari dua pengertian diatas dapat atas maupun bawah.
disimpulkan cedera kepala adalah suatu b. Riwayat Penyakit Saat Ini
gangguan traumatik dari fungsi otak tanpa Pengkajian ini sangat penting dalam
diikuti terputusnya kontinuitas pada kepala menentukan derajat kerusakan dan adanya
baik secara langsung atau tidak langsung kehilangan fungsi neurologik. Medulla
yang menyebabkan gangguan fungsi spinalis dapat mengalami cedera melalui
neurologis. beberapa mekanisme, cedera primer meliputi
satu atau lebih proses berikut dan gaya:
kompresi akut, benturan, destruksi, laserasi
B. Klasifikasi Cedera Kepala
dan trauma tembak.
Menurut Padila (2013), cedera kepala dapat
c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien
dibagi menjadi 3, yaitu:
dengan cedera medulla spinalis bias
1. Cedera Kepala Ringan Glasgow Coma
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
Scale >12, tidak ada kelainan dalam
Reumatoid Artritis, pseudohipoparatiroid,
CT-scan, tidak ada lesi operatif dalam
Spondilitis, Ankilosis, Osteoporosis maupun
48 jam rawat inap di Rumah Sakit.
tumor ganas.
Trauma kepala ringan atau cedera
d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu
kepala ringan adalah hilanghya fungsi
ditanyakan riwayat penyakit keluarga yang
neurologis atau menurunnya kesadaran
tanpa menyebabkan kerusakan lainnya. dapat memperberat cedera medulla spinalis.
Cedera kepala ringan adalah trauma
kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
tidak kehilangan kesadaran, mengeluh fisik
pusing dan nyeri kepala, hematoma, Mengacu pada pengkajian B1-B6 dengan
laseri dan abrasi. pengkajian fokus ditujukan pada gejala-
2. Cedera Kepala Sedang Glasgow Coma gejala yang muncul akibat cedera kepala
Scale 9 – 12, lesi operatif dan berat :
abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 a. B1 (BREATHING) Perubahan pada
jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien sistem pernapasan bergantung pada gradasi
mungkin bingung atau somnolen blok saraf parasimpatis klien mengalami
namun tetap mampu untuk mengikuti kelumpuhan otot otot pernapasan dan
perintah sederhana (GCS 9-13). perubahan karena adanya kerusakan jalur
3. Cedera Kepala Berat Glasgow Coma simpatetik desending akibat trauma pada
Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di tulangbelakang sehingga mengalami terputus
Rumah Sakit. Hampir 100% cedera jaringan saraf di medula spinalis,
kepala berat dan 66% cedera kepala pemeriksaan fisik dari sistem ini akan
sedang menyebabkan cacat yang didapatkan hasil sebagai berikut inspeksi
permanen. Pada cedera kepala umum didapatkan klien batuk peningkatan
terjadinya cedera otak primer produksi sputum, sesak napas.
seringkali disertai cedera otak b. B2 (BLOOD) Pengkajian pada
sekunder apabila patofisiologi sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan
sekunder yang menyertai tidak segera syok hipovolemik yang sering terjadi pada
dicegah dan dihentikan. klien cedera kepala berat. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan tekanan darah
C. Etiologi Cedera Kepala
Menurut Brain Injury Association of menurun nadi bradikardi dan jantung

America (2013), penyebab utama cedera berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat
kepala adalah karena terjatuh sebanyak meningkatkan hormon antidiuretik yang
28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, berdampak pada kompensasi tubuh.
karena disebabkan kecelakaan secara c. B3 (BRAIN) Pengkajian ini
umum sebanyak 19%, disebabkan meliputi tingkat kesadaran, pengkajian
kekerasan sebanyak 11%, dan akibat fungsi serebral dan pengkajian saraf kranial.
ledakan di medan perang merupakan Pengkajian tingkat kesadaran: tingkat
penyebab utama cedera kepala. keterjagaan klien dan respon terhadap
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh lingkungan adalah indikator paling sensitif
merupakan penyebab rawat inap pasien untuk disfungsi sistem persyarafan.
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan Pengkajian fungsi serebral: status mental
29,8% per 100.000 populasi. Kekerasan observasi penampilan, tingkah laku nilai
adalah penyebab ketiga rawat inap pasien gaya bicara dan aktivitas motorik klien
trauma kepala mencatat sebanyak 7,1% per Pengkajian sistem motorik inspeksi umum
100.000 populasi di Amerika Serikat didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas
(Coronado, 2011). Penyebab utama bawah, baik bersifat paralis, dan paraplegia.
terjadinya trauma kepala antara lain: Pengkajian sistem sensori ganguan
1. Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan sensibilitas pada klien cedera kepala berat
Lalu Lintas adalah dimana sebuah sesuai dengan segmen yang mengalami
kendaraan bermotor bertabrakan gangguan.
dengan kendaraan yang lain atau benda d. B4 (BLADDER) Kaji keadaan
lain. Sehingga menyebabkan urine meliputi warna, jumlah dan
kerusakan atau cedera kepada karakteristik urine, termasuk berat jenis
pengguna jalan raya (Rendi dan urine. Penurunan jumlah urine dan
Margareth, 2012). peningkatan retensi cairan dapat terjadi
2. Jatuh Jatuh didefinisikan sebagai akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
(terlepas), turun atau meluncur ke e. B5 (BOWEL) Pada keadaan syok
bawah dengan cepat karena gravitasi spinal, neuropraksia sering didapatkan
bumi, baik ketika masih digerakkan adanya ileus paralitik, dimana klinis
turun maupun sesudah sampai ke didapatkan hilangnya bising usus, kembung,
tanah. Menyatakan bahwa jatuh secara dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan
tidak proporsional mempengaruhi gejala awal dari tahap syok spinal yang akan
kelompok usia termuda dan tertua, berlangsung beberapa hari sampai beberapa
lebih dari setengah (55%)antara anak- minggu.
anak usia 0-14 tahun disebabkan f. B6 (BONE) Paralisis motorik dan
karena jatuh, lebih dari dua pertiga paralisis organ internal bergantung pada
(81%) pada orang dewasa berusia 65 ketinggian lesi saraf yang terkena trauma.
tahun dan lebih tua disebabkan karena Gejala gangguan motorik sesuai dengan
jatuh (Rendi dan Margareth, 2012). distribusi segmental dari saraf yang
3. Kekerasan Kekerasan didefinisikan terkena.disfungsi motorik paling umum
sebagai suatu perihal atau perbuatan adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada
seseorang atau kelompok yang saluran ekstermitas bawah. Kaji warna kulit,
menyebabkan cedera atau matinya suhu, kelembapan, dan turgor kulit.
orang lain, menyebabkan kerusakan
fisik pada orang lain secara paksaan 4. Pemeriksaan Diagnostik
(Padila, 2012). 1. Pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
D. Komplikasi Cedera Kepala
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien darah.

dengan cedera kepala menurut Batticaca 2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras:

(2008) antara lain: mengidentifikasi luasnya lesi,

1. Deficit neurologis perdarahan, determinan ventrikuler, dan

2. Infeksi sistemik (pneumonia, perubahan jaringan otak.

septikemia) 3. MRI: digunakan sama seperti CT-Scan

3. Infeksi bedah neuro (infeksi luka, dengan atau tanpa kontras radioaktif.

osteomielitis, meningitis, ventrikulitis, 4. Cerebral Angiography: menunjukkan


abses otak) anomali sirkulasi cerebral, seperti
4. Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang perubahan jaringan otak sekunder
pada sendi-sendi yang menunjang menjadi udema, perdarahan dan trauma.
berat badan) 5. X-Ray: mendeteksi perubahan struktur
5. Epidural hematoma (EDH) adalah tulang (fraktur), perubahan struktur garis
berkumpulnya darah di dalam ruang (perdarahan, edema), fragmen tulang.
epidural di antara tengkorak dan dura Ronsent Tengkorak maupun thorak.
meter. Keadaan ini sering di akibatkan 6. CSF, Lumbal Punksi: dapat dilakukan
karena terjadi fraktur tulang tengkorak jika diduga terjadi perdarahan
yang menyebabkan arteri meningeal subarachnoid.
tengah terputus atau rusak (laserasi) 7. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi
dimana arteri ini berada diantara dura atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika
meter dan tengkorak daerah inferior terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
menuju bagian tipis tulang temporal 8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi
dan terjadi hemoragik sehingga keseimbangan elektrolit sebagai akibat
menyebabkan penekanan pada otak. peningkatan tekanan intrakranial.
(Musliha, 2010).

5. Penatalaksanaan Medis dan


Keperawatan
1. Penatalaksanaan di rumah sakit menurut
Padila (2012) adalah:
a. Berikan infuse dengan cairan non
osmotik (kecuali dextrose oleh karena
dexstrose cepat dimetabolisme menjadi
H2O+CO2 sehingga dapat menimbulkan
edema serebri).
b. Diberikan analgesia atau antimuntah
secara intravena
c. Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45
derajat tanpa bantal kepala, dan posisi
netral, karena dengan posisi tersebut dari
kaki dapat meningkatkan dan
memperlancar aliran balik vena kepala
sehingga mengurangi kongesti cerebrum
dan mencegah penekanan pada syaraf
medula spinalis yang menambah TIK.
2. Penatalaksanaan menurut Tarwoto
(2012), adalah:
a. Prinsip penatalaksanaan cedera kepala
adalah memperbaiki perfusi jaringan
serebral, karena organ otak sangat
sensitif terhadap kebutuhan oksigen dan
glukosa. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan diperlukan keseimbangan
antara suplay dan demand yaitu dengan
meningkatkan suplai oksigen dan glukosa
otak. Untuk meningkatkan suplai oksigen
di otak dapat dilakukan melalui tindakan
pemberian oksigen atau dengan
mengajarkan teknik nafas dalam,
mempertahankan tekanan darah dan
kadar hemoglobin yang normal.
Sementara upaya untuk menurunkan
kebutuhan oksigen otak dengan cara
menurunkan laju metabolisme otak
seperti menghindari keadaan kejang,
stress, demam, suhu lingkungan yang
panas, dan aktifitas yang berlebihan.
b. Untuk menjaga kestabilan oksigen dan
glukosa otak juga perlu diperhatikan
adalah tekanan intrakranial dengan cara
mengontrol cerebral blood flow (CBF)
dan edema serebri. Keadaan cerebral
blood flow (CBF) ditentukan oleh
berbagai faktor seperti tekanan darah
sistemik, cerebral metabolic rate (CMR).
Pada keadaan hipertensi menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah otak, hal
ini akan menghambat oksigenasi otak.
Demikian juga pada peningkatan
metabolisme akan mengurangi oksigenasi
otak karena kebutuhan oksigen
meningkat. Disamping itu pemberian
obat-obatan untuk mengurangi edema
serebral, memperbaiki metabolisme otak
dan mengurangi gejala seperti nyeri
kepala sangat diperlukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJAUN/KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL

1. - Nyeri akut bd Setelah dilakukan a. Berikan pasien lingkungan yang terang dan a. Mengurangi kebisingan dan meningkatkan
pencedera fisil tindakan keperawatan batasi pengunjung saat fase akut. istirahat.
selama 3x24 jam nyeri b. Bantu pasien untuk memilih posisi yang b. Pasien mungkin merasa nyaman dengan miring
kronis teratasi dengan nyaman untuk istirahat. kea rah posisi yang sakit
kriteria : c. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan c. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada kanker. Penggunaan skala rentang membantu
- ekpresi wajah skala 0 – 10 pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
rileks, d. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
- pasien tidak gelisah pasien analgesic, meningkatkan kontrol nyeri.
- Skala nyeri e. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi d. Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non
berkurang dan psikologi. verbal dapat memberikan petunjuk derajat
f. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi
g. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan e. Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk
ajarkan penggunaan teknik relaksasi pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
h. Observasi tanda-tanda vital. takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
f. Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan
otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
g. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
h. Mengetahui kondisi terkini pasien.
i. Membantu mengatasi pasien sesuai tanda dan
gejala yang muncul.

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Mandiri


nutrisi, kurang dari tindakan keperawatan 1. kaji status nutrisi pasien, serta mencatat turgor
kebutuhan tubuh b/d selama 3x24 1. Menjadi data focus untuk menetukan rencana
kulit, berat badan saat ini, tingkat kehilangan
peningkatan diharapkan kebutuhan tindakan selanjutnya.
metabolism tubuh nutrisi klien terpenuhi berat badan, integritas mukosa mulut, tonus
2. Meningkatkan kenyamanan daerah mulut
dengan kriteria hasil : perut, dan riwayat nausea atau diare.
sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu
 Perasaan mual Memonitor intake-output dan berat badan
makan.
hilang/berkurang secara maksimal.
3. Meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien,
 Pasien mengatakan 2. Berikan oral care sebelum dan sesudah
terutama kadar protein tinggi yang dapat
nafsu makan penatalaksanaan respiratory.
meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses
meningkat. 3. Anjurkan makan sedikit, tapi sering dengan diet
penyembuhan.
TKTP.
 Berat badan pasien 4. Merangsang pasien untuk bersedia meningkatkan
4. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan
tidak mengalami intake makanan yang berfungsi sebagai sumber
dddari rumah terutama yang disukai pasien dan
penurunan drastic energi bagi penyembuhan.
kemudian makan dengan pasien jika tidak ada
dan cenderung stabil. 5. Menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
kontraindikasi.
 Pasien terlihat dapat pasien.
Kolaborasi
menghabiskan porsi 6. Mengontrol keefektifan tindakan terutama
makan yang 5. Mengajukan kepada ahli gizi untuk menentukan dengan kadar protein darah.
disediakan. komposisi diet. a. Meningkatkan komposisi tubuh akan kebutuhan
Hasil analisis 6. Memonitor pemeriksan laboratorium, misal : vitamin dan nafsu makan pasien.
laboratorium BUN, serum protein, dan albumin.
menyatakan protein
darah / albumin darah
dalam rentang normal.
a. Memberikan vitamin sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, dkk.2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di
Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Vol 5 No 1
Fransiska Batticaca B, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan. Salemba medika, jakarta
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA KOLON

Nama Mahasiswa : KELOMPOK III B

Adi Surya Wijaya


Aulia Bayawasi
Dika Roshita
Galuh Susilo
Khisyafatul Ghita
Krisna Anisa
M.Rifki Fahruroji

NPM :

NO KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Tanggal Paraf Paraf Paraf


Pencapaian Mahasiswa Preceptor Preceptor
Lahan Institusi
1 Asuhan A. Pengkajian
Keperawatan pada 1. Wawancara
pasien dengan Riwayat kesehatan dahulu :
gangguan  Riwayat penyakit usus inflamasikronis
eliminasi : Ca
 Riwayat Ca Payudara dan CaOvarium
Saluran Cerna
Ca Kolon  Diet tinggi lemak, protein dan daging serta rendahserat
dan  Riwayat polipkolon
Rektum  Riwayat kolitisulserativa
Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat Ca kolon dalam keluarga
 Riwayat polip kolon atau rectum dalam keluarga
Riwayat kesehatan sekarang :
 Apakah ada perubahan kebiasaan defekasi ? (BAB
diare atau konstipasi)
 Apakah saat BAB keluar darah bersama feses? Darah
segar atau darah hitam/melena?
 Apakah terjadi mual muntah ?
 Apakah terjadi penurunan berat badan?
 Lesi sebelah kanan : Apakah ada nyeri abdominal

Apakah terjadi penurunan berat badan?


 Lesi sebelah kanan : Apakah ada nyeri abdominal tumpul
danmelena.
 Lesi sebelah kiri :
- Apakah ada nyeri abdominal ?
- Apakah terjadi Kram perut?
-Apakah bentuk feses kecil-kecil dan berbentuk seperti
pita?
 Lesi rektal : Apakah ada nyeri rektal, merasakan tidak
lampias setelah defekasi), konstipasi dan diare secara
bergantian dandarah
 Pemeriksaanfisik
INSPEKSI
o Pengukuran berat badan dan tinggi badan
o Pengukuran lingkar peruT, Tanda-tanda anemia
AUSKULTASI
 abdomen terhadap bising usus yang meningkat >15
PERKUSI
 Pembesaran hati
 Pembesaran limfeDistensi abdomen
 Terdapat suara sonor
PALPASI
 Abdomen untuk menentukan area nyeri tekan, massa padat
akibat timbunan feces, benjolan di abdomen.
 Distensi abdomen
 Kelenjar limfe yang besar
 Pembesaran hati akibat metastase
 Pembesaran kelenjaraksiladansupra klavikula.
 Rectal tusse (colok dubur)
 Pemeriksaan Penunjang
- Endoskopi : Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan
dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan biopsi.
- Radiologi :
 Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan
tempat yang jauh yang sudah metastasis.
- USG : Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya
metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati
- Ultrasono Laboratorium (DPL, Carsino embryonic antigen,
CEA) : Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


O

1. Gangguan Eliminasi Feses; Setelah dilakukan asuhan keperawatan MANDIRI


Konstipasi berhubungan dengan lesi diharapkan pola eliminasi klien sesuai 1. Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup
obstruksi kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan sebelumnya
ketepatan jumlah dan konsistensi. 2. Observasi gerakan usus, warna, konsistensi,
dan jumlah
3. Berikan cairan adekuat
4. Berikan makanan tinggi serat dan hindari
makanan yang banyak mengandung gas
dengan konsultasi ahli gizi
5. Berikan pelunak feses, supositoria gliserin
sesuai indikasi

2 Gangguan rasa nyaman; Nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan MANDIRI


berhubungan dengan kompresi diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri 1. Kaji karakteristis nyeri
jaringan sekunder akibat obstruksi berkurang 2. bantu pasien memposisi yang nyaman
4. Berikan tindakan yang nyaman (pijatan
punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang
Rasional:
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan menigkatkan kemampuan koping
5. ajarkan tekhnik relaksasi, missal: bimbingan
imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas
tenggang
KOLABORASI
1. Berikan obat pereda nyeri golongan NSAID
seperti : ibuprofen, naproxen, dan aspirin.
3. Gangguan nutrisi kurangdari Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama MANDIRI
kebutuhan tubuh berhubungan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi 1. Pertahankan tirah baring selama fase
dengan mual dananoreksia akut/pascaterapi
2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral
hygiene)
3. Kolaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan
cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida,
atau larutan antibiotic
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM PENCERNAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOL

Nama Mahasiswa : KELOMPOK III B


Adi Surya Wijaya
Aulia Bayawasi
Dika Roshita
Galuh Susilo
Khisyafatul Ghita
Krisna Anisa
M.Rifki Fahruroji

NO KOMPETENSI ELEMEN Tanggal Paraf Paraf Paraf


KOMPETENSI Pencapaia Mahasisw Precepto Precepto
n a r Lahan r
Institusi
1 Asuhan Keperawatan pada pasien B. Pengkajian
dengan SOL (Space Occupying 1. Wawancara
Lession) Riwayat kesehatan dahulu :
 Riwayat pernah atau
Asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak menderita infeksi
telinga (otitis media,
E. Definisi SOL
mastoiditis )
SOL (Space Occupying Lession)
 Riwayat infeksi paru-
merupakan generalisasi masalah mengenai paru
adanya lesi pada ruang intracranial (bronkiektaksis,abses
khususnya yang mengenai otak. Terdapat paru,empiema )
 Riwayat jantung
beberapa penyebab yang dapat
( endokarditis )
menimbulkan lesi pada otak seperti  Riwayat organ pelvis
kontusio serebri, hematoma, infark, abses  Riwayat gigi dan kulit
otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer Riwayat kesehatan
keluarga
& Bare, 2013).
 Riwayat tumor pada
keluarga
Riwayat kesehatan
sekarang :
F. Etiologi SOL  Apakah ada demam ?
1. Tumor lobus frontal  Apakah terjadi
Sering menyebabkan gangguan anoreksi dan malaise ?
kepribadian, perubahan status
 Apakah terjadi
peningkatan tekanan
emosional dan tingkah laku dan
intrakranial ?
disintegrasi perilaku mental. Pasien  Apakah timbul gejala
sering menjadi ekstrim yang tidak nerologik fokal?
teratur dan kurang merawat diri dan
C. Pemeriksaan fisik
INSPEKSI
menggunakan bahasa cabul.
 Bentuk simetris
2. Tumor cerebellum (atur sikap badan/  retraksi dinding dada
aktifitas otak dan keseimbangan) waktu bernafas (-)
Mengatakan pusing, ataksia AUSKULTASI
(kehilangan keseimbangan / berjalan  suara nafas vesikuler
pada dada kanan kiri
yang sempoyongan dengan
 Ronchi (-) Wheezing
kecenderungan jatuh, otot tidak (-), suara jantung S1-S2
terkoordinasi dan nigtatius (gerakan tunggal regular
mata berirama tak sengaja) biasanya PALPASI
 Tidak teraba
menunjukkan gerak horizontal.
pembesaran/tumor
3. Tumor korteks motorik dibagian dada
Menimbulkan manifestasi gerakan D. Pemeriksaan Penunjang
seperti epilepsy, kejang jarksonian • CT Scan ; memberi informasi
dimana kejang terletak pada satu sisi. spesifik mengenai jumlah, ukuran,
4. Tumor lobus frontal kepadatan, jejas tumor dan
Sering menyebabkan gangguan meluasnya odema cerebral serta
kepribadian, perubahan status memberi informasi tentang sistem
emosional dan tingkah laku dan vaskuler
distulegrasi perilaku mental.  MRI ; membantu dalam
5. Tumor Intra cranial mendeteksi tumor didalam batang
Dapat menghasilkan gangguan otakdan daerah hiposisis, dimana
kepribadian, konfusi, gangguan fungsi
tulang menggangu dalam gambaran
yang menggunakan CT Scan
bicara dan gangguan gaya berjalan,
 Biopsi Stereotaktik ; dapat
terutama pada pasien lansia.
mendiagnosa kedudukan tumor yang
6. Tumor sudut cerebelopointin
dalam dan untuk memberi dasar
Biasanya diawali pada jaring saraf
pengobatan serta informasi
akustik dan memberi rangkaiangejala
prognosis.
yang timbul dengan semua
 Angiografi ; memberi
karakteristik gejala pada tumor otak.
G. Komplikasi SOL gambaran pembuluh darahserebral
Komplikasi khusus/spesifik pembedahan
dan letak tumor
intrakranial tergantung pada area
 Elektro ensefalografi ;
pembedahan dan prosedur yang diberikan,
mendeteksi gelombang otak
misalnya :
abnormal pada daerah yang ditempati
6. Kehilangan memory tumor dan dapat memungkinkan
7. Paralisis untuk mengevaluasi lobus temporal
8. Peningkatan ICP pada waktu kejang
9. Kehilangan/ kerusakan verbal
10. Kehilangan/ kerusakan sensasi khusus

Peningkatan TIK yang disebabkan edema


cerebral/ perdarahan adalah komplikasi
mayor pembedahan intrakranial, dengan
manifestasi klinik :

1. Perubahan visual dan verbal


2. Perubahan kesadaran
3. Perubahan pupil
4. Kelemahan otot / paralysis
5. Perubahan pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan Tujuan : 1j


serebral b.d penghentian aliran
Tingkat pengaliran darah melalui 1. Tentukan faktor-faktor yang
darah oleh SOL ( hemoragi,
pembuluh kecil ekstremitas dan berhubungan dengan keadaan tertentu
hematoma )
memelihara fungsi jaringan atau yang menyebabkan
koma/penurunan perfusi jaringan otak
Kriteria hasil : dan potensial peningkatan TIK.
Rasional : Menentukan pilihan
Klien menunjukkan perfusi jaringan
intervensi. Penurunan tanda/gejala
(nilai 1-5 : ekstren, berat, ringan,
neurologis atau kegagalan dalam
sedang, ringan/tidak terganggu) :
pemulihannya setelah serangan awal
tingkat sensasi, suhu ekstremitas
mungkin menunjukkan bahwa pasien itu
hangat, tidak ada nyeri ekstremitas
perlu dipindahkan ke perawatan intensif
yang terlokalisasi.
untuk memantau tekanan TIK dan
pembedahan.
2. Pantau status neurologis secara teratur
dan bandingkan dengan nilai standar
(misalnya skala coma glascow).
Rasional : mengkaji adanya
kecenderungan pada tingkat kesadaran
dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan
ssp.
3. Kaji respon motorik terhadap perintah
yang sederhana, gerakan yang bertujuan
(patuh terhadap perintah, berusaha untuk
menghilangkan gerakan anggota tubuh
dan catat sisi kiri dan kanan secara
terpisah.
Rasional : Mengukur kedasaran secara,
keseluruhan dan kemampuan untuk
berespon pada rangsangan eksternal dan
merupakan petunjuk keadaan kesadaran
terbaik pada pasien yang matanya
tertutup sebagai akibat dari trauma atau
pasien yang apasia. Pasien dikatakan
sadar bila dapat meremas atau melepas
tangan pemeriksa atau menggerakkan
tangan sesuai perintah.
4. Pantau tekanan darah darah, catat adanya
hipertensi sistolik secara terus menerus
dan tekanan nadi yang semakin berat,
observasi terhadap hipertensi pada
pasien yang mengalami trauma multipel.
Rasional : Normalnya, autoregulasi
mempertahankan aliran darah otak yang
konstan pada saat fluktuasi tekanan
darah sistemik. Kehilangan autorgulasi
dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi
serebral lokal atau menyebar.

2 Resiko tinggi terhadap pola Tujuan :  1. Pantau frekuensi, irama, kdalaman
nafas tidak efektif b.d pernafasan. Catat ketidakteraturan
kerusakan neurovaskuler Pergerakan udara kedalam dan keluar pernafasan.
( cedera pada pusat pernafasan dari paru-paru.
otak ). Rasional : Perubahan dapat menandakan
Ventilasi tidak terganggu ditandai awitan komplikasi pulmonal atau
dengan ekspansi dada simetris, tidak menandakan lokasi/luasnya keterlibatan
otak. Pernafasan lambat, periode apneu
ada penggunaan otot bantu, tidak ada
dapat menandakan perlunya ventilasi
nafas pendek. mekanis.
 2. Pantau penggunaan dari obat-obat
Kriteria Hasil :
depresan pernafasan, seperti sedativ.
Klien akan memiliki tingkat Rasional : Dapat meningkatkan
kesadaran stabil atau terdapat gangguan/komplikasi pernafasan.
perbaikan.   3. Pantau atau gambarkan analisa gas darah,
tekanan oksimetri
Rasional : Menentukan kecukupan
pernafasan, keseimbangan asam basa dan
kebutuhan akan terapi.
 4. Berikan oksigen
Rasional : Memaksimalkan oksigen pada
darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia, jika pusat
pernafasan tertekan, mungkin di perlukan
ventilasi mekanik.
5.   Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor pencetus adanya sesak.
Rasional : Pengetahuan apa yang di
harapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.

3 Resiko tinggi terhadap trauma Tujuan : 1. Pantau adanya kejang/kedutan pada


b. d iritasi korteks serebral. tangan, kaki, mulut atau otot wajah yang
Pengendalian resiko : tindakan untuk lain.
menghilangkan atau menurunkan
Rasional : Mencerminkan adanya iritasi
ancaman kesehatan aktual, personal,
ssp secara umum yang memerlukan
dan yang dapat di modifikasi. evaluasi segera dan intervensi yang
mungkin untuk mencegah komplikasi.
Kriteria hasil :
2. Berikan keamanan pada pasien dengan
Klien akan berpartisipasi kedalam memberi bantalan pada penghalang
tempat tidur, pertahankan penghalang
penampilam untuk mengidentifikasi
tempat tidur terpasang dan pasang jalan
resiko. nafas buatan plastik/gulungan lunak dan
alat penghisap .
Klien dapat mengikuti strategi
pengendalian resiko yang terpilih. Rasional : Melindungi pasien jika terjadi
kejang, catatan : memasukkan jalan nafas
buatan/gulungan lunak hanya jika
rahangnya relaksasi, jangan di paksa,
memasukkan ketika giginya mengatup
dan akan mengakibatkan jaringan lunak
akan rusak.
3. Berikan obat sesuai indikasi seperti
fenitoin ( dilantin ), diazepam ( valium ),
fenobartial ( luminal ).
Rasional : Merupakan indikasi untuk
penanganan dan pencegahan kejang,
catatan : fenobartial dapat menyebabkan
depresi pernafasan dan sedativ serta
menutupi tanda/gejala dari peningkatan
TIK.

DAFTAR PUSTAKA

McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantar menujukedokteran klinis. Jakarta: EGC. Smeltzer, S.

C., & Bare, B. G. (2013). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Alih bahasa H. Y.

Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Penerbit :Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIK

Mahasiswa : KELOMPOK III B

Adi Surya Wijaya


Aulia Bayawasi
Dika Roshita
Galuh Susilo
Khisyafatul Ghita
Krisna Anisa
M.Rifki Fahruroji

Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO. KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sirosis KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Hepatitis
B. Pengkajian Keperawatan
H. Definisi Sirosis Hepatitis
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang 6.Wawancara
ditandai oleh distorsi sususnan hati normal oleh a. Keluhan Utama:
pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul- Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan
nodul sel hati yang mengalami regenerasi yang sirosis sering terungkap kondisinya secara tidak
tidak berhubungan dengan susunan normal sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan
untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi
I. Klasifikasi alasan masuk pasien yaitu dengan keluhan
Nyeri abdomen bagian atas sebelah kanan,
1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada
nutrisional), dimana jaringan parut secara tahap lanjut dengan keluhan adanya ikterus,
khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini melena, muntah berdarah.
paling sering disebabkan oleh alkoholisme b. Riwayat Kesehatan Sekarang
kronis dan merupakan tipe sirosis yang
Pada saat perawat melakukan pengkajian
paling sering ditemukan di negara Barat.
biasanya akan diperoleh komplikasi berat dengan
2. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita
dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi, GI
jaringan parut yang lebar sebagai akibat
muncul dari varises esofagus (pembesaran vena),
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi
sehingga pasien mengeluhkan bengkak pada
sebelumnya.
tungkai, keletihan, anoreksia.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan
parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
Biasanya adanya riwayat Hepatitis,
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari
pascaintoksikasi dengan kimia industri, sirosis
pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
poscanekrotik.
riwayat mengonsumsi alkohol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
J. Etiologi Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang
1. Gaya Hidup (alkohol) menular, jadi jika ada keluarga yang menderita
2. Kelainan Genetik hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
3. Primary Biliary Cirrhosis (PBC) e. Pola aktivitas sehari-hari
4. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC) Nutrisi
5. Hepatitis Autoimun Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang,
6. biliary atresia karena adanya mual, muntah.
Eliminasi
K. Manifestasi Klisin BAB : biasanya berwarna hitam (melena)
1. Hepatomegali BAK : biasanya urine berwarna gelap
2. Asites f.Personal Hygiene
3. Varises Gastroinstestinal Biasanya pasien mengalami defisit perawatan
4. Edema diri karena kelelahan
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia g. Pola Istirahat dan tidur
6. Kemunduran mental Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik,
7. Anoreksia malam hari terbangun dan siang hari tertidur
8. Mual, muntah h. Pola aktivitas
9. Nyeri tumpul abdomen Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan
10. Respirasi : efusi pleura, ekspansi toraks perawat karena adanya kelelahan
yang terbatas karena terdapat asites
dalam rongga perut; gangguan pada
efisiensi pertukaran gas sehingga terjadi 7. Pemeriksaan Fisik
hipoksia. 1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
11. System saraf pusat : tanda dan gejala Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran,
ensefalopati hepatic yang berlangsung bila pada ensefalopati hepatikum akan
progresif dan meliputi letargi, perubahan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda
mental, bicara pelo, asteriksis, neuritis vital juga diperiksa untuk mengetahui
perifer, paranoia, halusinasi, somnolensia keadaan umum pasien
berat dan koma, yang semua terjadi 2. Kepala
sekunder karena terganggunya proses Biasanya akan tampak kotor karena pase
perubahan amonia yang toksikitu akan mengalami defisit perawatan diri
terbawa ke dalam otak. 3. Wajah
12. Hematologik : kecenderungan berdarah Wajah biasanya tampak pucat
(epistaksis, gejala mudah memar, gusi 4. Mata
yang mudah berdarah), splenomegali, Biasanya sklera ampak ikterik dan
anemia yang disebabkan oleh konjungtiva tampak anemis
trombositopenia (terjadi sekunder karena 5. Hidung
splenomegali serta penurunan absorpsi Biasanya tampak kotor
vitamin K), dan hipertensi porta. 6. Mulut
13. Endokrin : atrofi testis, ketidakteraturan Adanya bau karateristik pernapasan yaitu
haid, ginekomastia dan bulu dada serta fetor hepaticus
ketiak rontok akibat penurunan 7. Telinga
metabolism hormon. Biasanya tampak kotor kaena defisit
14. Kulit : pigmentasi yang abnormal, spider perawatan diri
angioma (spider navi), eritema 8. Paru
palmarum, dan gejala ikterus yang Inspeksi : pasien terlihat sesak
berhubungan dengan kerusakan fungsi Palpasi : fremitus seimbang bila tidak
hati; pruritus hebat yang terjadi sekunder ada komplikasi
karena ikterus akibat hyperbilirubinemia; Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka
kekeringan kulit yang ekstrim dan turgor bunyinya hipersonor
jaringan yang buruk, yang semua ini Auskultasi: secara umum normal, akan ada
berhubungan dengan malnutrisi. stridor bila ada akumulasi sekret
15. Hepatik : ikterus akibat penurunan 9. Jantung
metabolisme bilirubin; hepatomegaly Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala
yang terjadi sekunder karena perdarahan.
pembentukan parut pada hati dan Palpasi : peningkatan denyut nadi.
hipertensi porta; asites serta edema pada Auskultasi: biasanya normal
tungkai akibat hipertensi porta dan 10. Abdomen
penurunan kadar protein plasma; Inspeksi : perut terlihat membuncit karena
ensefalopati hepatik akibat intoksikasi terdapat asites.
ammonia; dan sindrom hepatorenal Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut
akibat penyakit hati yang lanjut dan gagal kuadran kanan atas, hepar teraba
ginjal yang kemudian terjadi. membesar, terdapat shifting dullnes atau
16. Lain-lain : napas yang berbau pesing dan gelombang cairan
gejala ini terjadi sekunder karena Perkusi: Redup
penumpukan ammonia; pelebaran vena Auskultasi: penurunan bising usus
supervisial abdomen yang disebabkan 11. Ekstremitas
oleh hipertensiporta; rasa nyeri pada Biasanya Terdapat udem tungkai,
abdomen kuadran kanan atas yang penurunan kekuatan otot, Eritema Palmaris
semakin bertambah parah pada waktu pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
pasien duduk atau membungkukkan 12. Genitalia
tubuh ke depan, dan gejala ini disebabkan Biasanya pada wanita menstruasi tidak
oleh inflamasi serta iritasi pada serabut teratur
saraf didaerah tersebut; hati atau limpa 3. Pemeriksaan Penunjang
yang teraba akibat pembesaran organ 8. Hemoglobin biasanya rendah
tersebut; suhu tubuh yang berkisar dari 9. Leukosit biasanya meningkat
38,3o hingga 39,4oC akibat respon 10. Trombosit biasanya meningkat
inflamasi; perdarahan dari varises 11. Kolesterol biasanya rendah
esophagus, yang terjadi karena hipertensi 12. SGOT dan SGPT biasanya meningkat
porta 13. Albumin biasanya rendah
14. Pemerikaan CHE (koloneterase): penting
L. Komplikasi dalam menilai sel hati. Bila terjadi
1. Edema dan asites kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun,
2. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) pada perbaikan terjadi kenaikan CHE
3. Esophageal varices menuju nilai normal.
4. Hepatic encephalopathy 15. Pemeriksaan kadar elektrolit dalam
5. Hepatorenal syndrome penggunaan diuretik dan pembatasan garam
6. Hepatopulmonary syndrome dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
7. Hypersplenism 16. Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali
8. hepatocellular carcinoma serum, aspartat aminotransferase [AST],
[tranaminase glutamate oksaloasetat serum
1. (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum
(SGPT)], GGT,kolinesterase serum dan
bilirubin), masa protrombin, gas darah
arteri, biopsy.
17. Pemidaian ultrasonografi
18. Pemindaian CT
19. MRI
20. Pemindaian hati radioisotope
DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJAUN/KRITERIA
INTERVENSI
HASIL

1. Ketidakefektifan pola Tujuan: Manajemen Jalan Nafas


napas berhubungan Setelah dilakukan a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi; posisi semi fowler.
dengan peningkatan tindakan keperawatan b. Auskultasi bunyi napas, catat jika adanya bunyinapas tambahan.
tekananpada diharapkan pola napas
diafragma. klien teratur ditandai
c. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
dengan kriteria hasil d. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
sebagai berikut:
Terapi Oksigen
a. Status Pernafasan : a. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa sekresi
Ventilasi b. Siapkan peralatan oksigen dan siapkan humadifier
Indikator : c. Monitor aliran oksigen
1) Respiratory rate d. Pastikan penggantian masker atau kanul sesuai kebutuhan
dalam rentang normal e. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa atau dipindahkan
2)Tidak ada retraksi f. Amati tanda-tanda hipoventilasi
dinding dada
3)Tidak mengalami Monitor TTV
dispnea saat istirahat a. Monitor vital sign.
4)Tidak ditemukan b. Identifikasi perubahan status vital sign.
orthopnea c. Monitor frekuensi nafas dan irama pernapasan.
5)Tidak ditemukan
atelektasis Manajemen Cairan
b.Status Pernafasan : a. Monitor indikasi dari kelebihan volume cairan (edema, asites).
Kepatenan Jalan Nafas b. Nilai luas dan lokasi edema.
Indikator :
1)Respiratory rate
c. Monitor vital sign.
dalam rentang normal d. Monitor hasil labor yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).
2)Pasien tidak cemas
3)Menunjukkan jalan Monitor Cairan
nafas yang paten a. Tentukan kemungkinan faktor resikodari ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik, disfungsi hati,
muntah).
2. Kelebihan volume Tujuan: Manajemen Cairan
cairan berhubungan Kebutuhan cairan klien a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
dengan penurunan dapat terpenuhi sesuai b. Pasang urin kateter jika diperlukan
tekanan osmotik dengan kebutuhan c. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
koloid. tubuh klien.
a. Keseimbangan
d. Monitor vital sign
Elektrolit dan Asam e. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
Basa Indikator : f. Kaji luas dan lokasi edema
g. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
1)Serum albumin,
h. Monitor status nutrisi
kreatinin,
hematokrit, Blood i. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
Urea Nitrogen j. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
(BUN), dalam
rentang normal. Monitor Cairan
2) pH urine, urine a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
sodium, urine b. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan
creatinin,urine c. Monitor berat badan
osmolarity, dalam
rentang normal. d. Monitor TD, HR dan RR
3) tidak terjadi e. Monitor perubahan irama jantung
kelemahan otot. f. Catat secara akurat intake dan output
4) tidakterjadi g. Monitor tanda dan gejala edema
disritmia. h. Beri cairan sesuai keperluan
b. Keseimbangan i. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat meningkatkan output urin
Cairan Indikator :

1) Tidak terjadi asites


2) Ekstremitas tidak
edema
3) Tidak terjadi
distensivena jugularis

3 Ketidakeektifan a. Status Sirkulasi Manajemen asam basa


Perfusi Jaringan Indikator : a.Pertahankan kepatenan akses selang IV
Perifer berhubungan 1) Systolic blood b.Monitor gas darah arteri
dengan Anemia Pressure dalam c.Monitor adanya kegagalan pernafasan
rentang normal d.Monitor status hemodinamik
2) Diastolic blood e.Monitor kehilangan asam misalnya muntah, pengeluaran NGT
Pressure dalam
rentang normal
f.Monitor status neurologi
3) Pulse pressure g. Berikan terapi oksigen dengan tepat
dalam rentang
normal Perawatan sirkulasi
4) CVP dalam retang a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT ,warna dan suhu ekstermitas)
normal b. Berikan agen inotropik yang sesuai
5) MAP dalam c. Berikan tranfusi darah yang sesuai
rentang normal Monitor nilai elektrolit, BUN, dan kreatinin setiap hari
6) Saturasi O2 dalam
Manajemen sensasi perifer
rentang normal
7) Tidak asites
a.Monitor sensasi panas dan dingin
b.Monitor adanya parasthesia
c.Intruksikan pasien dan keluarga memeriksa adanya kerusakan kulit
b. Perfusi Jaringan : d.Monitor tromboemboli dan tromboplebitis pada vena
Perifer
Indikator :
1) CRT (jari tangandan
kaki) dalam batas
normal
2) Suhu kulit
ekstremitas dalam
rentang normal
3) Kekuatan denyut
nadi (karotis kanan
dan kiri;brachial
kanan dan kiri; femur
kanan dan kiri,
radialis kanan dan
kiri) dalam rentang
normal
4) Blood pressure dan
MAP dalam rentang
normal
DAFTAR PUSTAKA

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba
Emban Patria.

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah (12th ed.; Eka Anisa. Mardela, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sawitri, Fandina. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis. Surakarta: Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6.
Philadelpia: Elsevier.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Indonesian Edition.Elsevier. Singapore.

Anda mungkin juga menyukai