Anda di halaman 1dari 7

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM PERNAPASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

Mahasiswa :

NPM :

Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO. KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan KONSEP ASUHAN


Cedera Kepala KEPERAWATAN

A. Pengertian a.Pengkajian
Cedera kepala merupakan proses dimana
1. Identitas pasien
terjadi trauma langsung atau deselerasi 2. Riwayat Penyakit
terhadap kepala yang menyebabkan a. Keluhan Utama
Cedera kepala berat mempunyai keluhan
kerusakan tengkorak dan otak.Cedera otak
atau gejala utama yang berbeda-beda
primer merupakan kerusakan yang terjadi tergantung letak lesi dan luas lesi.
pada otak segera setelah trauma. Keluhan utama yang timbul seperti
nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher
Cedera kepala berat merupakan cedera
atau punggung dan kelemahan pada
kepala yang mengakibatkan penurunan ekstremitas atas maupun bawah.
kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8,
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
mengalami amnesia > 24 jam (Haddad,
Pengkajian ini sangat penting dalam
2012). menentukan derajat kerusakan dan
B. Etiologi cedera kepala adanya kehilangan fungsi neurologik.
Trauma tajam, yaitu Trauma oleh benda Medulla spinalis dapat mengalami
tajam dapat menyebabkan cedera setempat cedera melalui beberapa mekanisme,
cedera primer meliputi satu atau lebih
dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan
proses berikut dan gaya : kompresi akut,
lokal meliputi kontusio serebral, hematom benturan, destruksi, laserasi dan trauma
serebral, kerusakan otak sekunder yang tembak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien
disebabkan perluasan masa lesi,
dengan cedera medulla spinalis bias
pergeseran otak atau hernia. disebabkan oleh beberapa penyakit
Trauma tumpul, yaitu Trauma oleh benda seperti Reumatoid Artritis,
pseudohipoparatiroid, Spondilitis,
tumpul dan menyebabkan cedera
Ankilosis, Osteoporosis maupun tumor
menyeluruh (difusi). Kerusakannya ganas.
menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu
bentuk yaitu cedera akson, kerusakan otak ditanyakan riwayat penyakit keluarga
yang dapat memperberat cedera medulla
hipoksia, pembengkakan otak menyebar, spinalis.
hemoragi kecil multiple pada otak koma
terjadi karena cedera menyebar pada 3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mengacu pada
hemisfer serebral, batang otak atau kedua-
pengkajian B1-B6 dengan pengkajian
duanya. fokus ditujukan pada gejala-gejala
yang muncul akibat cedera kepala
C. Patofisiologi berat. Keadaan umum (Arif muttaqin
Otak dapat berfungsi dengan baik bila 2008) pada keadaan cedera kepala
kebutuhan oksigen dan glukosa dapat berat umumnya mengalami
terpenuhi, energi yang dihasilkan di penurunan kesadaran. Adanya
dalam sel – sel syaraf hampir seluruhnya perubahan pada tanda-tanda vital,
melalui proses oksidasi. Otak tidak
mempunyai cadangan oksigen, jadi meliputi bradikardi dan hipotensi.
kekurangan aliran darah ke otak walaupun a. B1 (BREATHING)
sebentar akan menyebabkan gangguan Perubahan pada sistem
fungsi. pernapasan bergantung pada
gradasi blok saraf parasimpatis
D. Manifestasi klinik klien mengalami kelumpuhan
1. Cedera kepala ringan – sedang otot otot pernapasan dan
a. Disorientasi ringan dan amnesia post
perubahan karena adanya
traumatik
b. Hilang memori sesaat dan sakit kepala kerusakan jalur simpatetik
c. Mual dan muntah dan vertigo dalam desending akibat trauma pada
perubahan posisi tulangbelakang sehingga
d. Gangguan pendengaran mengalami terputus jaringan
saraf di medula spinalis,
2. Cedera kepala sedang – berat pemeriksaan fisik dari sistem ini
a. Oedema pulmonal
akan didapatkan hasil sebagai
b. Kejang dan infeksi
c. Tanda herniasi dan hemiparese berikut inspeksi umum
didapatkan klien batuk
Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan peningkatan produksi sputum,
suatu komponen untuk mengukur secara sesak napas.
klinisberatnya cedera otak. Glasgow b. B2 (BLOOD)
Coma Scale meliputi 3 kategori yaitu
Pengkajian pada sistem
respon membuka mata, respon verbal, dan
respon motorik. Skor ditentukan oleh kardiovaskuler didapatkan
jumlah skor dimasing -masing 3 kategori, renjatan syok hipovolemik yang
dengan skor maksimum 15 dan skor sering terjadi pada klien cedera
minimum 3 ialah sebagai berikut: 1) Nilai kepala berat. Dari hasil
GCS kurang dari 8 didefinisikan sebagai pemeriksaan didapatkan tekanan
cedera kepala berat. Kehilangan darah menurun nadi bradikardi
kesadaran atau terjadi amnesia > 24 jam,
dan jantung berdebar-debar. Pada
juga meliputi kontusio serebral, laserasi,
atau hematoma intrakranial. 2) Nilai GCS keadaan lainnya dapat
9 – 12 didefinisikan sebagai cedera kepala meningkatkan hormon
sedang. Kehilangan kesadaran atau antidiuretik yang berdampak
amnesia > 30 menit tetapi kurang dari 24 pada kompensasi tubuh.
jam dan dapat mengalami fraktur c. B3 (BRAIN)
tengkorak. 3) Nilai GCS 13 – 15 Pengkajian ini meliputi tingkat
didefinisikan sebagai cedera kepala ringan
kesadaran, pengkajian fungsi
(D. Jong, 2010). Kehilangan kesadaran
atau amnesia < 30 menit, tidak ada fraktur serebral dan pengkajian saraf
tengkorak dan tidak ada kontusio serebral kranial. Pengkajian tingkat
atau hematoma. kesadaran : tingkat keterjagaan
klien dan respon terhadap
E. Komplikasi
lingkungan adalah indikator
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat paling sensitif untuk disfungsi
fraktur pada fossa anterior dekat sinus sistem persyarafan. Pengkajian
frontal atau dari fraktur tengkorak fungsi serebral : status mental
observasi penampilan, tingkah
bagian petrous dari tulang temporal 19 laku nilai gaya bicara dan
2. Kejang. Kejang paska trauma dapat aktivitas motorik klien
terjadi segera (dalam 24 jam pertama Pengkajian sistem motorik
inspeksi umum didapatkan
dini, minggu pertama) atau lanjut
kelumpuhan pada ekstermitas
(setelah satu minggu). bawah, baik bersifat paralis, dan
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh paraplegia. Pengkajian sistem
sensori ganguan sensibilitas pada
kerusakan traumatic pada rangkai
klien cedera kepala berat sesuai
hipofisis menyulitkan penghentian dengan segmen yang mengalami
sekresi hormone antidiupeti gangguan.
d. B4 (BLADDER)
Kaji keadaan urine meliputi
F. Pemeriksaan penunjang
warna ,jumlah,dan karakteristik
1. Foto polos kepala
urine, termasuk berat jenis urine.
Tidak semua penderita dengan cedera
Penurunan jumlah urine dan
kepala diindikasikan untuk
peningkatan retensi cairan dapat
pemeriksaan foto polos kepala karena
terjadi akibat menurunnya
masalah biaya dan kegunaan yang
perfusi pada ginjal.
sekarang mungkin sudah ditinggalkan.
e. B5 (BOWEL)
Jadi, indikasi meliputi jejas lebih dari
Pada keadaan syok spinal,
5 cm , luka tembus (peluru/tajam),
neuropraksia sering didapatkan
deformasi kepala (dari inspeksi dan
adanya ileus paralitik, dimana
palpasi), nyeri kepala yang menetap,
klinis didapatkan hilangnya
gejala fokal neurologis, dan gangguan bising usus, kembung,dan
kesadaran. defekasi, tidak ada. Hal ini
2. CT – Scan merupakan gejala awal dari tahap
Indikasi CT Scan adalah : syok spinal yang akan
a. Nyeri kepala menetap atau muntah- berlangsung beberapa hari
muntah yang tidak menghilang setelah sampai beberapa minggu.
pemberian obat-obatan analgesia atau f. B6 (BONE)
antimuntah. Paralisis motorik dan paralisis
b. Adanya kejang – kejang, jenis organ internal bergantung pada
kejang fokal lebih bermakna terdapat ketinggian lesi saraf yang terkena
pada lesi intrakranial dibandingkan trauma. Gejala gangguan motorik
dengan kejang general. sesuai dengan distribusi
c. Penurunan GCS lebih dari 1 dimana segmental dari saraf yang
faktor – faktor ekstrakranial telah terkena.disfungsi motorik paling
disingkirkan (karena penurunan GCS umum adalah kelemahan dan
dapat terjadi misalnya karena syok, kelumpuhan.pada saluran
febris, dll). ekstermitas bawah. Kaji warna
d. Adanya fraktur impresi dengan kulit, suhu, kelembapan, dan
lateralisasi yang tidak sesuai. turgor kulit.
e. Luka tembus akibat benda tajam dan
peluru.
f. Perawatan selama 3 hari tidak ada
perubahan yang membaik dari GCS
(Sthavira, 2012).
3. MRI Magnetic resonance imaging
(MRI) biasa digunakan untuk pasien
yang memiliki abnormalitas status
mental yang digambarkan oleh CT
Scan. MRI telah terbukti lebih sensitif
daripada CT-Scan, terutama dalam
mengidentifikasi lesi difus non
hemoragik cedera aksonal.
4. EEG Peran yang paling berguna EEG
pada cedera kepala mungkin untuk
membantu dalam diagnosis status
epileptikus non konfulsif. Dapat
melihat perkembangan gelombang
yang patologis. Dalam sebuah studi
landmark pemantauan EEG terus
menerus pada pasien rawat inap
dengan cedera otak traumatik. Kejang
konfulsif dan non konfulsif tetap
terlihat dalam 22%. Pada tahun 2012
sebuah studi melaporkan bahwa
perlambatan yang parah pada
pemantauan EEG terus menerus
berhubungan dengan gelombang delta
atau pola penekanan melonjak
dikaitkan dengan hasil yang buruk
pada bulan ketiga dan keenam pada
pasien dengan cedera otak traumatik.
5. X – Ray Mendeteksi perubahan
struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan atau edema),
fragmen tulang (Rasad, 2011).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN TUJAUN/KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL

- - a.

2. a. a.

a.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai