Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN GAWAT DARURAT

HEAD INJURY

1. Pengertian
Head Injury ( cedera kepala ) adalah salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer,2008:3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
Cidera kepala adalah pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran (Tucker, 1998).
2. Etiogi
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas ( Mansjoer, 2000:3). Penyebab cidera kepala antara
lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh, dan cidera olah raga.
Cidera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau (Corkrin,
2001:175).
a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari
trauma:
1) Kulit       :  Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma
subdural.
2) Tulang     :  Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi
(tertutup & terbuka).
3) Otak        :  Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan,
sedang, berat), difusi laserasi.
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena
komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok

a. Trauma oleh benda tajam


Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan
lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak
sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau
hernia.
b. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk ,cedera
akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi
kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
3. Tanda dan Gejala
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa
detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin
muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya
bervariasi tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4. Anatomi fisiologi
a. Anantomi kepala
Tengkorak terbagi atas
1. Tengkorak otak
Tengkorak otak menyelubingi otak dan alat pendengar. Tengkorak
otak terdidri dari :
a. Kubah tengkorak
Kubah tengkorak yang berbentuk cembung menyelubungi rongga
tengkorak dari atas dan dari sisi. Kubah tengkorak terdiri atas beberapa
tulang ceper yang dihubungkan oleh sutura tengkorak.
b. Dasar tengkorak
Bagian dasar tengkorak dapat dibedakan menjadi 3 bagian ,yaitu
lekuk tengkorak depan,lekuk tengkorak tengah dan lekuk tengkorak
belakang.
2. tengkorak wajah
Tengkorak wajah letaknya didepan dan dibawah tengkorak otak
.Lubang-lubang lekuk mata dibatasi oleh lubang dahi,tulang pipi dan
tulang rahang atas.
b. Kulit kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yaitu :
1. Kulit
2. Jaringan penyambung
3. Jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak
4. Perkranium
c. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kalvakrium dan basis kranii. Rongga
tengkorak dasar adalah tempat lobus frontalis,fosa medis adalah tempat
lobus temporalis dan fosa posterior adalah ruang bagi batang otak bawah
dan sereblum.
5. Patofisiologi
Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit
kepala, tulang kepala,jaringan otak, baik terpisah maupun
seluruhnya.Cidera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar
otak, luka terbuka dari tengkotak, disertai kerusakan otak, cidera pada
otak, bisa berasal dari trauma langsung maupun tidak langsung pada
kepala.
Trauma tak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan
yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher.
Trauma langsung bila kepala langsung terbuka,semua itu akibat terjadinya
akselerasi,deselerasi,dan pembentukan rongga,dilepaskanya gas merusak
jaringan syaraf.Trauma langsung bisa menyebabkan rotasi tengkorak dan
isinya.Kerusakan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak
oleh kompresi,goresan,atau tekanan.
Cedera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi subtansia alba,cidera robekan,atau hemoraghi.
Sebagai akibat,cidera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan regulasi
selebral dikurangi atau tidak ada pada area cedera, konsekuensinya
meliputi hiperemia (peningkatan volume darah,peningkatan permebilitas
kapiler,serta vasodilatasi arterial,tekanan intra cranial) (Huddak &
Gallo,19920:226).
Pengaruh umum cidera kepala juga bisa menyebabkan kram,adanya
penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak,edema otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan pada batang otak (Price and Wilson,1995:1010).
6. Kemungkinan data focus hasil wawancara
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
7. kemungkinan hasil pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk
memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan
pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk
menentukan status respirasi..
b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan
pergeseran jaringan otak.
c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur)
perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral,
perdarahan.
f. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan
subarahnoid
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penghentian
aliran darah (hemoragi,hematoma)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
3. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan trauma atau defisit
neurologis
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
persepsi/kognitif
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma
9. rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa kep Tujuan Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. pantau status
cerebral berhubungan tindakan keperawatan neurologis secara
dengan penghentian aliran diharapkan perubahan teratur
darah perfusi jaringan 2. Pantau Tekanan
(hemoragi,hematoma) cerebral, dengan darah
kriteria hasil : 3. kaji perubahan pada
a. Mendemontrasikan penglihatan,seperti
tanda-tanda vital stabil adanya penglihatan
dan tidak ada tanda- yang kabur,ganda
tanda peingkatan lapang pandang
b.b. Tingkat kesadaran menyempit dan ke
klien membaik dalam persepsi.
4. pertahankan
kepala/leher pada
posisi tengah atau pada
posisi netral
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. pantau ferkuensi
berhubungan dengan tindakan keperawatan irama,kedalaman
kerusakan neurovaskuler diharapkan pola nafas pernafasan.
tidak efektik klien 2. Tinggikan kepala
kembali normal dengan tempat tidur,letakan
kriteria hasil: pada posisi duduk
a. mempertahankan tinggi atau semi fowler.
pola nafas 3. Dorong pasien untuk
normal/efektif berpartisipasi selama
b. bebas sianosis nafas dalam
c. Dengan AGD dalam 4. kolaborasi ronten
batas normal thoraks ulang
3. Perubahan persepsi Setelah dilakukan 1. kaji respon sensorik
sensorik berhubungan tindakan keperawatan terhadap
dengan trauma atau defisit diharapkan perubahan raba/sentuhan,panas/di
neurologis perspsi sensorik, ngin,dan catat
dengan kriteria hasil : perubahan yang terjadi
-Mempertahankan 2. observasi respon
tingkat kesadaran dan perilaku seperti
fungsi persepsi menangis,efektif yang
tidak sesuai
3. Berikan keamanan
pasien dengan
pengamanan sisi
tempat tidur,bentuk
latihan jalan dan
lindungi cedera kepala.
4. Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. periksa kembali
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemampuan dan
kerusakan persepsi/kognitif diharapkan kerusakan keadaan fungsional
mobilitas fisik dapat pada kerusakan yang
dengan kriteria hasil : terjadi
-mempertahankan 2. kaji derajat
kekuatan dan fungsi imobilisasi pasien
bagian tubuh yang sakit dengan menggunakan
ketergantungan (0-4)
3. letakan pasien pada
posisi tertentu untuk
menghindari kerusakan
karena tekanan.
4. Berikan atau bantuan
latihan rentang gerak
5. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Berikan perawatan
infeksi berhubungan tindakan keperawatan aseptik dan antiseptik
dengan jaringan trauma diharapkan resiko 2. Pantau suhu tubuh
tinggi terhadap secara teratur,catat
infeksi ,dengan kriteria adanya demam
hasil : menggigil,dan
-mempertahankan perubahan fungsi
normotermia mental.
-bebas tanda-tanda 3. Observasi daerah
infeksi kulit yang mengalami
kerusakan seperti luka
garis jahitan daerah
alat yang dipasang
invasi (terpasang invus
dan sebagainya)
4. Berikan perawatan
perineal
5. Kolaborasi beriakn
antibiotik sesuai
indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan


Masalah Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC

Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai