Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik

Mata kuliah keperawatan maternitas

Pembimbing : Ibu Hj.Eni Nurjani, Skep ,Ners

Disusun Oleh:

Nama: Nida rosyida

Nim: 10119008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2020
1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000).

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998).

2. Anatomi dan fisiologi


a. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna berkembang menjadi matur
akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b. Mons pubis Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi
rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons 10 berperan
dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari
mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan
introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam,
kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur
di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan
arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada
jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah
luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi
rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal
ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi
selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar
6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap 12 sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah
dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu,
sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen h. Perineum Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi
kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum.
2.Struktur internal

a. Ovarium Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di


belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni
bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-
lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di
sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan
otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites
peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada
saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di
tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,
kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung
kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa
perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus 16
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
3. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua 17 kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala
lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu
belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi
yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang
dan terjadi perdarahan.
d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu
menghasilkan janin hidup di luar 18 rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas
menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan
telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara
robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran
dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang
(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi
tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir
lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya
resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan 19 jaringan lunak pada ibu seperti
laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang
pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki,
dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).
4. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.
22 Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11
kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan
uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak 23 teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan
segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua
setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada
hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang
semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu kelima sampai
keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan
anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah
kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
5. Manifestasi klinik

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,
2004).

1. Sistem reproduksi

a. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,


proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.

b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi


lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi 25 pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir.

c. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan


trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga
masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

d. Lochea Rabas

uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,


kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel 26 epitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi
lahir.

e. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca


partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali
ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.

f. Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke


ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,


serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah
plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama
masa hamil.

b. Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan


tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-
stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di
simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bowes, 1991).

3. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan


menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna

a. Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia,


dan keletihan, ibu merasa sangat lapar.

b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

6. Payu dara Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara


selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. a) Ibu
tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa
terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat
jika di raba. b) Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak
dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara
teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya


kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh
yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga
dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang


masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes,
1991).

c. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam


keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).

8. Sistem neurologi Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan


adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang
dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama
masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang
saat kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
6. Klasifikasi
Masa nifas dibagi menjadi 3 periode:
a. Puerpurium dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan –jalan
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerpurium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
7. Perawatan masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan wanita setelah selesai bersalin hingga
alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Perawatan nifas berlangsung 6
minggu, dan seluruh alat genital akan pulih seperti semula setelah 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sejak kala uri untuk menghindari kemungkinan
perdarahan post partum maupun infeksi puerpuralis. Selain itu juga dilakukan
pemantauan perawatan payudara yang berhubungan dengan kesejahteraan bayi.
Perawatan setelah ibu melahirkan:
a. Merawat luka persalinan
b. Pencegahan infeksi pasca melahirkan
c. Perawatan payudara
d. Perawatan gangguan buang air kecil
e. Perawatan untuk kontraksi yang muncul
f. Perawatan kulit
g. Perawatan untuk hemoroid yang muncul
h. Atasi sembelit
i. Kesehatan mental ibu
j. Control ke dokter kandungan
8. Tanda tanda bahaya ibu post partum
a. Pendarahan berlebihan
b. Infeksi rahim
c. Sakit kepala tak tertahankan
d. Gangguan buang air kecil
e. Sedih terus terusan dan merasa depresi
f. Sesak nafas dan nyeri dada
g. Nyeri dan bengkak di betis
9. Perawatan/penatalaksaan post partum

1. . Pasca persalinan

Dua jam setelah melahirkan bayi adalah waktu yang paling kritis yang membutuhkan
pengawasan ketat. Dalam waktu 2 jam ini dilakukan monitor ketat tekanan darah
setiap 15 menit, suhu tubuh setiap 4 jam pada 8 jam pertama lalu setiap 8 jam pada 8
jam berikutnya. Kontraksi dan besarnya rahim diperhatikan,  jumlah perdarahan per
vaginam dimonitor. Jika diperlukan diberikan obat untuk kontraksi rahim agar tidak
terjadi perdarahan. Dua jam setelah dipastikan tidak ada komplikasi akibat
persalianan, diperbolehkan makan. Kalori & Protein yang dibutuhkan seikit lebih
banyak. Suplemen zat besi dibutuhkan setidaknya 3 bulan pasca melahirkan.

2. Payudara

Payudara wanita memiliki kelenjar air susu, banyaknya 15-20 lobus pada setiap
payudara. Sesaat- lima hari setelah melahirkan payudara mulai memproduksi 
colostrum, yang berwarna kekuningan. Colostrum ini sedikit mengandung gula dan
lemak namun kaya akan komponen imunitas, mineral , protein globulin, asam amino,
immunoglobulin A (IgA), macrophages, lymphocytes, lactoferrin, lactoperoxidase,
and lysozymes  yang sangat baik untuk bayi. Payudara akan memproduksi colostrum
sampai sekitar 2 minggu lalu mulai transisi ke air susu pada 4-6 minggu.  Sedikit
berbeda dari colostrum, air susu ibu yang matur terdiri dari lemak, protein,
karbohidrat, bioactive factors, minerals, vitamins, hormones, dan produk imunitas.
Konsentrasi dan komposisi air susu ibu dipengaruhi oleh asupan makanan  ibu, usia
bayi, dan kebutuhan bayi. Ibu yang menyusui dapat menghasilkan 600 ml per hari.

3. Perineum

Perineum adalah daerah sekitar kemaluan dan anus. Biasanya pada daerah perineum
inilah dilakukan tindakan episiotomi atau pelebaran jalan lahir pada saat persalinan.
Daerah ini harus dibersihkan dengan arah dari depan ke belakang. Kompres dingin
dapat diberikan pada daerah luka jahitan untuk mengurangi pembengkakan. Apabila
terdapat nyeri hebat daerah perineum dan anus maka harus hati-hati akan terjadinya
hematoma (perdarahan). Luka jahitan biasanya menyembuh sekitar 3 minggu. Walau
jarang dijumpai dapat terjadi prolapse rahim dimana rahim turun atau terbalik keluar
dari kemaluan, hal ini merupakan salah satu kondisi yang gawat dan memerlukan
penanganan segera. Hemoroid atau ambeyen atau wasir seringkali terjadi biasanya
akibat penekanan dan saat mengejan. Penatalaksanaannya adalah dengan salep anti
nyeri, berendam di air hangat, dan obat pelunak kotoran.

4. Kandung kemih

Pada proses persalianan yang lama dan sulit dengan bayi besar, atau bantuan alat
seperti vakum atau forcep, penggunaan kateter urin, operasi sesar, dapat
mengakibatkan komplikasi pada kandung kemih yaitu terjadinya retensio urin.
Retensio urin merupakan suatu kondisi dimana tidak dapat berkemih sehingga urin
tertahan di kandung kemih sehingga terasa sangat nyeri.

Apabila dalam waktu 4 jam pasca persalinan tidak dapat berkemih maka
menandakan adanya masalah. Cara mengatasinya dimasukan kateter urin minimal 24
jam untuk mengeluarkan urinnya dan mengistirahatkan kandung kemih seraya
evaluasi penyebab terjadinya retensio. Selain itu dapat diberikan obat-obatan dan cek
laboratorium terhadap urinnya apakah ada infeksi. Jika yam aka dapat diberikan
antibiotika.

5. Mood & psikologi


Adalah penting mengamati apakah terjadi depresi pasca melahirkan. Seringkali terjadi
depresi pada beberapa hari setelah melahirkan. Beberapa kasus yang lebih parah dapat
terjadi post partum baby blues syndrome. Kondisi ini ditandai dengan ketakutan dan
kecemasan akan kemampuan akan mengurus anak, menyediakan kebutuhan dan
perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan. Biasanya gejala ini menghilang pada 2-10
hari. Kpada kondisi yang parah dapat terjadi keinginan untuk bunuh diri atau
membunuh bayinya. Dalam ondisi ini maka diperlukan terapi obat-obatan lebih lanjut.

6. Komplikasi otot dan tulang pada saat melahirkan.

Dapat terjadi pada saat peregangan posisi yang telalu berlebihan. Curiga terjadi
kondisi abnormal apabila wanita pasca melahirkan tidak dapat berjalan dan atau terasa
nyeri perut bawah sampai ke belakang dan tungkai. Bila terjadi maka dapat dievaluasi
dengan pemeriksaan lanjutan seperti Xray.

7. Waktu berhubungan seksual kembali

Setelah 2 minggu pasca persalinan dapat dilakukan kegiatan seksual apabila terasa
nyaman. Menurut penelitian, 90% dari  484 wanita pasca melahirkan anak pertama
melakukan kegiatan seksual setelah 6  bulan.  Berhubungan seksual yang terlalu cepat
dapat tidak menyenangkan dan mengaggu luka jahitan dan mengakibatkan laserasi
jalan lahir. Dyspareunia (nyeri saat berhubungan seksual) dapat terjadi beberapa orang
setelah operasi sesar.

8. Kontrasepsi

Kontrasepsi merukan hal yang paling sering diabaikan oleh ibu pasca persalinan
karena merasa tidak terlalu penting dan dapat ditunda. Padahal kenyataannya
merupakan suatu hal yang penting. Wanita yang tidak menyusui menstruasi dapat
kembali pada 6-8 minggu pasca persalinan. Ovulasi terjadi pada rata-rata 7 minggu
(antara 5-11 minggu).  Pada wanita menyusui menstruasi dan kesuburan kembali
sekitar 18 bulan pasca persalinan.

Kondisi lainnya yang dapat terjadi pasca persalinan antara lain adalah kelelahan,
konstipasi (sulit buang air besar), anemia (kurang darah), sakit kepala, komplikasi luka
jahitan. Secara umum monitoring kondisi ibu pasca melahirkan dilakukan hingga 18
bulan. Demikianlah hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu pasca persalinan.
Kiranya artikel ini dapat memberi sedikit wawasan pada calon ibu atau yang sudah
melahirkan. Seorang ibu yang sehat tentu dapat merawat dan membesarkan anak-anak
yang sehat generasi muda penerus bangsa.

Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai
macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus
dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik
dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).
10. Pengkajian fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat
ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudar
a 1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status
rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004)
11. Diagnose keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan. (Doenges, 2001
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan. (Doenges, 2001)
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004)
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi. (Bobak, 2004)
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral. (Doenges, 2001)
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)
12. Intervensi dan rasional
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100 x/menit, RR 16-24
x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang
nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S :
skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai
salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan
respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang Rasional :
membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal
lain Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari
rasa nyeri e. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk menekan atau
mengurangi nyeri 10
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu postp artum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya Rasional :
meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi pasien
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi
ibu menyusui Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusu
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak pada
payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi Tujuan :
kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. .Observasi adanya nyeri abdomen Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut
untuk BAB
c. . Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat Rasional : makanan tinggi serat
melancarkan BAB d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
d. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan Rasional : penggunana
laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau
evakuasi feses
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria
hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk memenuhi
kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda syok 14
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung masuk ke
pembuluh darah.
6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh mengungkapkan laporan kesulitan
jatuh tidur / tidak merasa segera setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di
bawah mata sering menguap
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi Kriteria hasil :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan peningkatan rasa
sejahtera istirahat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelahiran
rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan.
b. . Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi, menurunkan
rangsang
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta
menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian
psikologis, suplai ASI dan penurunan reflek secara psikologis

Anda mungkin juga menyukai