Disusun Oleh:
Nim: 10119008
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998).
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,
2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
b. Kontraksi
c. Tempat plasenta
d. Lochea Rabas
e. Serviks
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
b. Hormon hipofisis
3. Abdomen
b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
a. Volume darah
b. Curah jantung
c. Tanda-tanda vital
1. . Pasca persalinan
Dua jam setelah melahirkan bayi adalah waktu yang paling kritis yang membutuhkan
pengawasan ketat. Dalam waktu 2 jam ini dilakukan monitor ketat tekanan darah
setiap 15 menit, suhu tubuh setiap 4 jam pada 8 jam pertama lalu setiap 8 jam pada 8
jam berikutnya. Kontraksi dan besarnya rahim diperhatikan, jumlah perdarahan per
vaginam dimonitor. Jika diperlukan diberikan obat untuk kontraksi rahim agar tidak
terjadi perdarahan. Dua jam setelah dipastikan tidak ada komplikasi akibat
persalianan, diperbolehkan makan. Kalori & Protein yang dibutuhkan seikit lebih
banyak. Suplemen zat besi dibutuhkan setidaknya 3 bulan pasca melahirkan.
2. Payudara
Payudara wanita memiliki kelenjar air susu, banyaknya 15-20 lobus pada setiap
payudara. Sesaat- lima hari setelah melahirkan payudara mulai memproduksi
colostrum, yang berwarna kekuningan. Colostrum ini sedikit mengandung gula dan
lemak namun kaya akan komponen imunitas, mineral , protein globulin, asam amino,
immunoglobulin A (IgA), macrophages, lymphocytes, lactoferrin, lactoperoxidase,
and lysozymes yang sangat baik untuk bayi. Payudara akan memproduksi colostrum
sampai sekitar 2 minggu lalu mulai transisi ke air susu pada 4-6 minggu. Sedikit
berbeda dari colostrum, air susu ibu yang matur terdiri dari lemak, protein,
karbohidrat, bioactive factors, minerals, vitamins, hormones, dan produk imunitas.
Konsentrasi dan komposisi air susu ibu dipengaruhi oleh asupan makanan ibu, usia
bayi, dan kebutuhan bayi. Ibu yang menyusui dapat menghasilkan 600 ml per hari.
3. Perineum
Perineum adalah daerah sekitar kemaluan dan anus. Biasanya pada daerah perineum
inilah dilakukan tindakan episiotomi atau pelebaran jalan lahir pada saat persalinan.
Daerah ini harus dibersihkan dengan arah dari depan ke belakang. Kompres dingin
dapat diberikan pada daerah luka jahitan untuk mengurangi pembengkakan. Apabila
terdapat nyeri hebat daerah perineum dan anus maka harus hati-hati akan terjadinya
hematoma (perdarahan). Luka jahitan biasanya menyembuh sekitar 3 minggu. Walau
jarang dijumpai dapat terjadi prolapse rahim dimana rahim turun atau terbalik keluar
dari kemaluan, hal ini merupakan salah satu kondisi yang gawat dan memerlukan
penanganan segera. Hemoroid atau ambeyen atau wasir seringkali terjadi biasanya
akibat penekanan dan saat mengejan. Penatalaksanaannya adalah dengan salep anti
nyeri, berendam di air hangat, dan obat pelunak kotoran.
4. Kandung kemih
Pada proses persalianan yang lama dan sulit dengan bayi besar, atau bantuan alat
seperti vakum atau forcep, penggunaan kateter urin, operasi sesar, dapat
mengakibatkan komplikasi pada kandung kemih yaitu terjadinya retensio urin.
Retensio urin merupakan suatu kondisi dimana tidak dapat berkemih sehingga urin
tertahan di kandung kemih sehingga terasa sangat nyeri.
Apabila dalam waktu 4 jam pasca persalinan tidak dapat berkemih maka
menandakan adanya masalah. Cara mengatasinya dimasukan kateter urin minimal 24
jam untuk mengeluarkan urinnya dan mengistirahatkan kandung kemih seraya
evaluasi penyebab terjadinya retensio. Selain itu dapat diberikan obat-obatan dan cek
laboratorium terhadap urinnya apakah ada infeksi. Jika yam aka dapat diberikan
antibiotika.
Dapat terjadi pada saat peregangan posisi yang telalu berlebihan. Curiga terjadi
kondisi abnormal apabila wanita pasca melahirkan tidak dapat berjalan dan atau terasa
nyeri perut bawah sampai ke belakang dan tungkai. Bila terjadi maka dapat dievaluasi
dengan pemeriksaan lanjutan seperti Xray.
Setelah 2 minggu pasca persalinan dapat dilakukan kegiatan seksual apabila terasa
nyaman. Menurut penelitian, 90% dari 484 wanita pasca melahirkan anak pertama
melakukan kegiatan seksual setelah 6 bulan. Berhubungan seksual yang terlalu cepat
dapat tidak menyenangkan dan mengaggu luka jahitan dan mengakibatkan laserasi
jalan lahir. Dyspareunia (nyeri saat berhubungan seksual) dapat terjadi beberapa orang
setelah operasi sesar.
8. Kontrasepsi
Kontrasepsi merukan hal yang paling sering diabaikan oleh ibu pasca persalinan
karena merasa tidak terlalu penting dan dapat ditunda. Padahal kenyataannya
merupakan suatu hal yang penting. Wanita yang tidak menyusui menstruasi dapat
kembali pada 6-8 minggu pasca persalinan. Ovulasi terjadi pada rata-rata 7 minggu
(antara 5-11 minggu). Pada wanita menyusui menstruasi dan kesuburan kembali
sekitar 18 bulan pasca persalinan.
Kondisi lainnya yang dapat terjadi pasca persalinan antara lain adalah kelelahan,
konstipasi (sulit buang air besar), anemia (kurang darah), sakit kepala, komplikasi luka
jahitan. Secara umum monitoring kondisi ibu pasca melahirkan dilakukan hingga 18
bulan. Demikianlah hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu pasca persalinan.
Kiranya artikel ini dapat memberi sedikit wawasan pada calon ibu atau yang sudah
melahirkan. Seorang ibu yang sehat tentu dapat merawat dan membesarkan anak-anak
yang sehat generasi muda penerus bangsa.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai
macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus
dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik
dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).
10. Pengkajian fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat
ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudar
a 1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status
rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004)
11. Diagnose keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan. (Doenges, 2001
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan. (Doenges, 2001)
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004)
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi. (Bobak, 2004)
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral. (Doenges, 2001)
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)
12. Intervensi dan rasional
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100 x/menit, RR 16-24
x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang
nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S :
skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai
salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan
respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang Rasional :
membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal
lain Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari
rasa nyeri e. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk menekan atau
mengurangi nyeri 10
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu postp artum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya Rasional :
meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi pasien
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi
ibu menyusui Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusu
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak pada
payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi Tujuan :
kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. .Observasi adanya nyeri abdomen Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut
untuk BAB
c. . Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat Rasional : makanan tinggi serat
melancarkan BAB d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
d. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan Rasional : penggunana
laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau
evakuasi feses
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria
hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk memenuhi
kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda syok 14
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung masuk ke
pembuluh darah.
6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh mengungkapkan laporan kesulitan
jatuh tidur / tidak merasa segera setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di
bawah mata sering menguap
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi Kriteria hasil :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan peningkatan rasa
sejahtera istirahat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelahiran
rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan.
b. . Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi, menurunkan
rangsang
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta
menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian
psikologis, suplai ASI dan penurunan reflek secara psikologis