Disusun Oleh :
Siska Alisnawati
10119002
2A Keperawatan
4. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1) Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2) Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3) Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama
kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Synopsis Obstetri I, 2002: 115)
4. Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni memberikan
fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati
proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan
memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai
sejak plasenta lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan
episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong
persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses
persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni harus tidur
terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke
kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di pembuluh darah (trombosis dan
tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak. Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari
ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut
tidak mutlak, tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun
sekarang, setelah melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika
sudah memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk
berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah. Namun
sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24 jam, terutama bila
mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda halnya jika persalinan dengan cara
bedah sesar yang menggunakan pembiusan melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti
tahap-tahap bergerak tersebut, untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala
yang hebat.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang timbul
keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot kandung kemih
mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai pembengkakan kandung kemih. Bila kandung
kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan
pemasangan kateter (selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang
berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu
harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat diberikan obat pencahar
atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di
usus besar.
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini mungkin
setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih berbaring, kemudian
dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan berusaha mencari puting susu
ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk kontrol
kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan, selera makan, gangguan
berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting susu), luka jalan lahir, keputihan,
riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak
merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya
ringan. (Fredy Dinata, 2011)
5. Tanda-Tanda Bahaya Post Partum
a. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
d. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
e. Pembengkakan di wajah/tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
k. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%, dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.
2) Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan mengumpulkan data
– data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
1) Identitas Klien
a. Nama Klien
b. Umur
c. Suku / Bangsa
d. Agama
e. PekerjaanAlamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.
2) Anamnesa (Data Subjektif)
a. Tanggal / jam
b. Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan pengkajian
c. Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan sesudah
hamil
d. Riwayat persalinan
e. Riwayat persalinan:
1. Jenis Pesalinan.
2. Komplikasi dalam persalinan
3. Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak, ada kelainan
atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
4. Tali pusat
5. Perineum
6. Perdarahan
f. Proses persalinan Bayi
1. Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
2. Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
3. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit, Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit,
suhu normalnya 360 C
4. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr, BBLR <
2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
5. Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
6. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh. Banyaknya
normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
3) Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal biasanya
baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi post partum blues
(depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
a. Muka
1) Kelopak mata : ada edema atau tidak
2) Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3) Sklera : Putih atau tidak
b. Mulut: Lidah bersih
1). Gigi : ada karies atau tidak ada.
c. Leher
1) Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
2) Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
3) Dada
4) Jantung : irama jantung teratur.
5) Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
6) Payudara
7) Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran colostrum
(Mochtar, 1990 : 102).
8) Punggung dan pinggang
9) Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.
10) CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
11) Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi uterus.
Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik.
Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan menentukan
adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha warna merah
jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan atau tidak. Pada
nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal kandung
kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
1) Edema : ada atau tidak
2) Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3) Kemerahan : ada atau tidak
4) Varices : ada atau tidak
5) Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada hypovitaminase B1 dan
penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)
4) Uji Diagnostik
a) Darah: pemeriksaan Hb. HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
b) Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001
yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi shock berhubungan dengan trauma jalan lahir.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
4. Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan ketidaknyamanan post partum.
5. Proses laktasi tidak adekuat berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
payudara.
6. Kurang pengetahuan mengenal kondisi berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan kebutuhan istirahat berhubungan dengan kelelmahan fisik
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah masalah
klien.
Intervensi keperawatan yang mungkin dilakukan pada pasien dengan Post Partum Normal seperti
tabel di bawah ini :
Perencanaan
a. Dx 1 : Sepsis berhubungan dengan infeksi
Tujuan : tidak terjadi septikemia.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital menunjukkan terjadinya infeksi.
2) Observasi pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional : lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea purulenta dan
berbau busuk menandakan adanya infeksi.
3) Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional : dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda infeksi
sehingga bisa dicegah secara dini.
4) Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3
kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasiona : diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak
terjadi.
5) Delegatif dalam pemberian antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi berlanjut.
6) Kolaborasi dalam pemantauan hasil laboratorium terutama WBC.
Rasional : WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui terjadinya infeksi.
b. Dx 2 : Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
Tujuan : tidak terjadi infeksi.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital menunjukkan tanda infeksi.
b. Observasi pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional : lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea purulenta dan
berbau busuk menandakan adanya infeksi.
c. Monitor tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
Rasional : kegagalan miometrium untuk involusi post partum menandakan terjadinya infeksi.
d. Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional : dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda infeksi
sehingga bisa dicegah secara dini.
e. Jelaskan kepada pasien tanda-tanda infeksi.
Rasional : diharapkan pasien mengetahui tanda infeksi sehingga pasien dapat melaporkan
terjadinya tanda infeksi.
f. Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3
kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasional : diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak
terjadi.
g. Delegatif dalam pemberian antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi.
h. Kolaborasi dalam pemantauan hasil laboratorium terutama WBC.
Rasional : WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui terjadinya infeksi.
c. Dx : 3 Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan penurunan
masukan/pergantian tidak adekuat, peningkatan haluaran urine dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat misalnya perdarahan.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Intervensi :
a. Observasi adanya rasa haus.
Rasional : rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan melalui peningkatan rasa
haus.
b. Kaji masukan cairan dan haluaran urine.
Rasional : membantu dalam analisa keseimbangan cairan.
c. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa (bibir).
Rasional : merupakan indikator langsung keadekuatan cairan.
d. Anjurkan pasien untuk minum ± 2500 ml/hari.
Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
e. Observasi lokasi dan kontraksi uterus, jumlah lochea setelah 2 jam pada 8 jam pertama
kemudian 8 jam untuk waktu selanjutnya.
Rasional : uterus yang rileks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat
diakibatkan dari kelelahan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta.
f. Observasi tanda-tanda vital (khususnya suhu).
Rasional : suhu merupakan salah satu indikator kekurangan cairan dalam tubuh.
d. Dx : 4 Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi.
Tujuan : nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10).
Rasional : membantu dan mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital, khususnya peningkatan nadi.
Rasional : peningkatan tanda-tanda vital (nadi) dapat menandakan peningkatan nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi (menonton TV) dan relaksasi (nafas dalam).
Rasional : dapat merelaksasikan otot-otot dan mengalihkan perhatian pasien sehingga rasa
nyeri berkurang.
d. Observasi perbaikan episiotomi dan penyatuan perbaikan luka, perhatikan adanya edema
dan haemoroid.
Rasional : trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan.
e. Beri posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya (dalam posisi miring atau
terlentang).
Rasional : meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional : anlgetik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk menurunkan persepsi nyeri.
e. Dx : 5 Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Tujuan : pasien dapat BAK secara normal.
Intervensi :
a. Kaji masukan cairan dan haluaran urine.
Rasional : persalinan lama dan pergantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan
dehidrasi dan menurunkan haluaran urine.
b. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Rasional : kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus.
c. Kaji adanya edema pada luka episiotomi.
Rasional : trauma kandung kemih atau uretra dan edema dapat mengganggu berkemih.
d. Ajarkan klien teknik Kegel exercise setiap hari.
Rasional : kegel exercise 100 kali sehari meningkatkan sirkulasi pada perinium membantu
penyembuhan dan penyembuhan tonus otot pubokoksigeal.
e. Anjurkan minum 6-8 gelas/hari.
Rasional : membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu
melahirkan.
f. Dx : 6 Menyusui tak efektif berhubungan dengan riwayat menyusui yang gagal.
Tujuan : menyusui efektif.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang laktasi.
Rasional : mengetahui pemahaman ibu mengenai laktasi.
b. Ajarkan ibu cara meyusui yang benar.
Rasional : meningkatkan pengetahuan tentang cara menyusui.
c. Beri penjelasan tentang pentingnya laktasi.
Rasional : laktasi meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
d. Ajarkan mengenai perawatan payudara.
Rasional : membersihkan puting susu dan melancarkan pengeluaran ASI.
g. Dx : 7 Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan,
ketidakefektifan dan tidak tersedia modal peran.
Tujuan : pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua.
Intervensi :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan pendukung.
Rasional : mengidentifikasi faktor-faktor risiko, potensial dan sumber-sumber pendukung
yang mempengaruhi kemampuan klien atau pasangan untuk menjadi orang tua.
b. Evaluasi sifat menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien.
Rasional : peran menjadi orang tua dapat dipelajari dan individu pemakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
c. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini.
Rasional : kejadian seperti persalinan preterm, hemorargi, infeksi atau adanya komplikasi ibu
dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
d. Berikan rawat bersama dan privasi untuk kontak di antara ayah dn bayinya.
Rasional : memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
h. Dx : 8 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
tranmisi/kontak interpersonal, kurang pengetahuan tentang rutinitas pra operasi.
Tujuan : ansietas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan pasien.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim.
Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru mengurangi
perasaan ansietas.
c. Beri informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional : kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
i. Dx : 9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
post partum.
Tujuan : pengetahuan pasien meningkat.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan post partum.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang cara perawatan post
partum.
b. Beri rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format standarisasi.
Rasional : membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang tua dari perawat.
c. Berikan penyuluhan yang berhubungan dengan perawat post partum seperti : cara
perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional : menambah pengetahuan pasien tentang perawatan post partum seperti : cara
perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
d. Demonstrasikan cara perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara
cebok yang benar.
Rasional : demonstrasikan akan lebih mengingatkan pasien tentang penjelasan yang diberikan.
e. Evaluasi kembali penjelasan yang telah diberikan kepada pasien tentang perawatan post
partum.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien pada penjelasan yang diberikan.
f. Libatkan keluarga dalam perawatan post partum.
Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya dalam pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA