Anda di halaman 1dari 3

A.

Mekanisme Proses Koagulasi


Proses koagulasi merupakan salah satu cara pengolahan air untuk menghilangkan
kontaminan yang terkandung didalamnya. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan
partikel koloid, suspended solid, serta padatan tidak mengendap, dengan penambahan koagulan
disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu
suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi,
karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta
adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik
yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air (insoluble).
Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, maka koagulan akan terdisosiasi dan ion logam
akan mengalami hidrolisis dan menghasilkan ion komplek logam hidrokso yang bermuatan
positif. Komplek-komplek logam hidrokso ini merupakan ion-ion yang bermuatan sangat positif
dan teradsorbsi pada permukaan koloid. Ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi dalam air,
antara lain:
 Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van
der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung
serta membentuk flok.
 Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid.
 Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.
Pengurangan potensial elektrostatis yang terjadi dalam proses koagulasi bisa disebut
dengan destabilisasi. Mekanisme proses destabilisasi ini terdiri dari beberapa langkah antara
lain :
1. Pengurangan muatan permukaan partikel dengan menekan lapisan muatan ganda (double-
change layer).
Penambahan ion ke dalam air akan meningkatkan kekuatan ionikdan menurunkan gaya
tolak. Dengan penambahan garam ke dalam air, muatan koloidal tidak dikurangi secara
signifikan, tetapi hanya memperkecil jarak muatan dari permukaan partikel, sehingga lapisan
ganda dapat berkurang.
2. Netralisasi muatan dengan adsopsi ion yang berlawanan muatan
Proses ini dilakukan dengan penambahan bahan kimia untuk proses destabilisasi.
Penambahan ion yang muatannya berlawanan dengan ion koloid dapat menyebabkan netralisasi
lapisan tunggal dari koloid. Netralisasi muatan terjadi saat koagulan ditambahkan secara
berlebihan.
3. Penggabungan antar partikel dengan polimer
Polimer-polimer yang mengandung situs aktif sepanjang rantainya dapat menyebabkan
adsorbsi koloid. Koloid akan terikat pada beberapa situs sepanjang rantai polimer.
4. Penjebakan oleh flok
Saat sejumlah koagulan ditambahkan ke dalam air, maka akan membentuk flok yang
akan mengendap. Karena flok besar dan tiga dimensi, maka koloid akan terjebak di dalam flok,
dan akhirnya ikut mengendap.Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi
koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, Bila digunakan dosis
koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini,
agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka
dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan.
Tindakan ini dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengolahan.

.2. Prinsip Dasar koagulasi/flokulasi


Dalam proses koagulasi/flokulasi ada dua hal sebagai dasar menyangkut proses
penanganan partikel-partikel yang tidak dapat mengendap yaitu :
• Ukuran Partikel
• Gaya alami antar partikel
.2.1. Ukuran partikel , umumnya air alam terdiri dari tiga macam padatan yang tidak dapat
mengendap. Dari bentuk yang terbesar sampai yang terkecil.
• Suspensi
• Koloid
• Padatan terlarut
Padatan tersuspensi adalah partikel yang terbawa terus akibat adanya gaya alami pada
aliran air. Padatan terlarut ini terlalu kecil dimana ukurannya (±0,01 mm) dan tidak dapat
mengendap dengan cepat dan pada proses pengolahan air, partikel ini biasanya disebut
suspended solid. Suspended solid yang lebih besar dari (>0,01 mm) adalah padatan yang dapat
mengendap pada bagian bawah wadah atau bagian dasar kolam sedimentasi dalam waktu 4 jam.
Contoh koloidal solid yang terdapat pada pada air adalah lumpur, bakteri zat warna dan
virus. Koloid tersebut tidak dapat mengendap di dalam rentang waktu yang layak (Tabel 3-2).
Padatan koloid tersebut juga tidak dapat dilihat dengan kasat mata, namun demikian pengaruh
dari adanya koloid tersebut dapat dilihat sebagai warna atau kekeruhan pada air. Partikel tersebut
terlalu kecil ukurannya untuk dapat diolah pada proses lanjutan jika tidak dibuat menjadi
koagulan dan flokulan.
2.2. Clarifier (Penjernihan)
Sesudah flokulasi, air akan diendapkan di dalam tangki koagulasi. Dalam tangki ini flok-
flok akan mengendap pada dasar tangki sedangkan air yang jernih dialirkan ke proses
selanjutnya seperti filtrasi. Tangki koagulasi dimana flok diendapkan disebut clarifier
(penjernihan). Perancangan clarifier sama dengan tangki sedimentasi sederhana yakni kecepatan
aliran horizontal berkisar dari 30 hingga 90 cm/menit, dan Surface loadingnya adalah 40000
hingga 60000l/hari per m2 . Waktu tinggal lebih kecil dari tangki sedimentasi yang berkisar
antara 1,5 hingga 3 jam. Lumpur yang mengendap dibuang secara kontinu menggunakan tekanan
hidrostatik. Contoh clarifier Dor Oliver and Co.

Anda mungkin juga menyukai