Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

PEMBAHASAN

A.status sosial ekonomi

Stunting disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kondisi sosial ekonomi, gizi ibu
saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Kondisi ekonomi
berkaitan erat dengan risiko terjadinya stunting karena dari kondisi ekonomi akan terlihat
bagaimana kemampuan keluarga dalam memenuhi asupan makanan yang bergizi

Pendapatan keluarga yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan keluarga terutama


kebutuhan pangan yang beragam, sehingga asupan makanan balita tercukupi. Keluarga yang
memiliki akses ekonomi dan pemenuhan kebutuhan yang cukup akan berpengaruh terhadap
meningkatknya kualitas konsumsi pangan anggota keluarga yang merupakan gambaran dari
perilaku gizi yang baik.

B. Kebudayaan

Budaya atau kepercayaan seseorang dapat mempengaruhi pantangan dalam


mengkonsumsi makanan tertentu. Pada umumnya, pantangan yang didasari kepercayaan
mengandung sisi baik atau buruk. Kebudayaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah makanan yang akan dikonsumsi.
Keyakinanan terhadap pemenuhan makanan berperan penting untuk memelihara perilaku
dalam mengontrol pola makan seseorang. Budaya atau kepercayaan seseorang dapat
mempengaruhi pantangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu. Pada umumnya,
pantangan yang didasari kepercayaan mengandung sisi baik atau buruk. Kebudayaan
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan
mengolah makanan yang akan dikonsumsi. Keyakinanan terhadap pemenuhan makanan
berperan penting untuk memelihara perilaku dalam mengontrol pola makan seseorang

C.kepercayaan

Segala bentuk kehidupan di dunia ini telah diatur dalam agama. Salah satunya yaitu tentang
mengkonsumsi makanan. Sebagai contoh, agama Islam terdapat peraturan halal dan haram
yang terdapat pada setiap bahan makanan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi konsumsi
dan memilih bahan makanan.

D.Faktor risiko

faktor risiko kejadian stunting di wilayah pesisir antara lain tingkat kecukupan energi
yang rendah, tingkat kecukupan Zn yang rendah, dan tingkat kecukupan Fe yang rendah.
Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat kecukupan protein yang rendah bukan merupakan
faktor risiko kejadian stunting di wilayah pesisir dikarenakan sebagian besar subyek
mengkonsumsi cukup protein yang bersumber dari laut seperti ikan, kerang, cumi-cumi dan
sebagainya. Selain itu, bila protein dikaitkan dengan status gizi berdasarkan TB/U, ada anak-
anak yang nilai TB/U nya kurang namun memiliki asupan protein yang baik, dan ada juga
anak-anak yang memiliki skor TB/U yang baik namun saat ini memiliki asupan protein yang
rendah. Konsumsi protein tidak secara langsung berkaitan dengan tinggi badan karena tinggi
badan merupakan gambaran status gizi masa lampau sehingga kemungkinan anak mengalami
kekurangan protein pada masa lampau.

E.upaya pencegahan

Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1).Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan
yang cukupgizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantaukesehatannya.
Namun, kepatuhan ibu hamiluntuk meminum tablet tambah darah hanya 33%.padahal mereka
harus minimalmengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.

2).ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dansetelah umur 6 bulan diberi makananpendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlahdan kualitasnya. 3.Memantau pertumbuh- an balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan.

3).Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga keber- sihan
lingkungan.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Kementrian Kesehatan yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992
tentang definisi kesehatan adalah keadaan kejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pengertian kesehatan
disempurnakan dalam UU No.44/2009 tentang kesehatan yang di definisikan sebagai keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO menyatakan sehat adalah suatu
keadaan jasmaniah, mental dan sosial yang baik, tidak berpenyakit atau cacat. Dapat diartikan
secara bebas, seorang dikatakan sehat apabila memiliki tubuh jasmaniah yang tidak
berpenyakit, gizi yang baik, mental, rohaniah yang tenang, tidak gelisah-resah, mempunyai
kedudukan sosial yang baik, mempunyai sumber hidup dan rumah tempat berlindung serta
dihargai sebagai manusia.

Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat
perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan
dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Balita yang
mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,
produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. bagaimana status sosial-ekonomi penyakit stuntimg !

2. bagaimana kebudayaan penyakit stunting di daerah pesisir!

3. bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap penyakit stunting bahwa penyakit tersebut itu
ada !

4. apa faktor risiko terhadap penyakit stunting !

5. bagaimana upaya pencegahan penyakit stunting !

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari laporan ini adalah, sebagai berikut :

1. untuk mengetahui status sosial-ekonomi penyakit stuntimg !

2. untuk mengetahui kebudayaan penyakit stunting di daerah pesisir!

3. untuk mengetahui bahwa penyakit stunting itu ada

4. untuk mengetahui faktor risiko terhadap penyakit stunting !

5. untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit stunting

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi

Patofisiologi stunting

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi. oleh berbagai faktor


penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan. masalah pangan. Masalah gizi pada anak
balita tidak mudah dikenali. oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak
tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana
kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi
pangan melimpah masih. mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi
pada. anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau. hidden
hunger.Stunting merupakan retradasi pertumbuhan linier dengan. deficit dalam panjang atau
tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan pertumbuhan World Health.
Organization/National Center for Health Statistics (WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh
kumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan
yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).

frekuensi

Distribusi Stunting Menurut Orang (Person)

1) Distribusi menurut umur

Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi status gizi kurang terdapat pada kelompok umur 48-
59 bulan (16,7%), dan yang terendah pada kelompok umur 0-5 bulan (7,2%). Untuk status
gizi balita pendek, terdapat kesamaan prevalensi tertinggi yaitu pada kelompok umur 48-59
bulan (22,0%), dan terendah pada kelompok umur 0-5 bulan (10,8 %).

2) Distribusi menurut jenis kelamin

Data WHO (2005-2012), berdasarkan penelitian di beberapa negara diperoleh prevalensi


stunting pada umur lima tahun dan dibawahnya, di negara miskin dan berkembang lebih
rendah pada jenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki yaitu 27,0% dan 30,9%.
Penelitian yang dilaporkan Mahgoup (2006), di daerah kumuhAfrika menunjukkan bahwa
kejadian underweight dan stunting secara signifikan lebih umum terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Hasil Riskesdas 2013 yang menunjukkan gizi kurang pada balita,
prevalensinya lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 14,0%, sedangkan 13,8% untuk
balita dengan jenis kelamin perempuan

Determinan penyakit stunting

Syafiq dkk 2015 dalam Fikawati (2017) mengatakan bahwa secara sederhana penyebab
langsung stunting adalah kurangnya asupan zat gizi sejak saat janin dan terus berlanjut
sampai bayi lahir dan memasuki fase anak hingga remaja, juga penyakit infeksi yang kerap
diderita bayi atau anak. Namun, dibalik penyebab langsung yang sederhana terdapat
kompleksitas penyebab berbedabeda. Studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam
dan observasi terhadap anak penderita stunting yang dilakukan di Maluku menunjukkan
bahwa stunting pada level penyebab tidak langsung dapat muncul karena situasi yang
berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai